Liputan6.com, Sucre - Di pinggiran kota El Alto, Bolivia, ratusan bangunan yang berdiri di tepi jurang tanah curam mendapat julukan suicide homes alias rumah bunuh diri karena risiko tinggi terkena longsor yang berdampak pada kematian.
Meski ancaman bencana sudah nyata, para penghuni rumah ini tetap enggan meninggalkan tempat tinggal dan tempat usaha mereka.
Baca Juga
Dilansir Oddity Central, Selasa (17/12/2024), berada di Avenida Panorámica dan La Ceja, salah satu kawasan komersial tersibuk di El Alto, rumah-rumah ini menarik perhatian karena lokasinya yang sangat berbahaya. Bangunan-bangunan tersebut berdiri di pinggir jurang yang hampir tegak lurus dan dinyatakan sangat rentan terhadap tanah longsor.
Advertisement
Dalam beberapa pekan terakhir, hujan deras telah melanda ibu kota Bolivia dan sekitarnya, sehingga meningkatkan risiko longsor di area tersebut. Meski demikian, penghuni rumah-rumah ini, yang mayoritas terdiri dari pedagang dan dukun tradisional lokal yang dikenal sebagai yatiri, bersikeras tidak akan meninggalkan tempat mereka.
"Kami tidak akan pindah dari tempat ini, karena ini adalah tempat kerja kami sehari-hari," ujar seorang yatiri kepada Reuters.
"Namun, kami akan merawat tanah ini, terutama dengan mengalirkan air hujan agar tidak menyebabkan erosi."
Sayangnya, upaya untuk mencegah erosi tanah akibat air hujan tidak semudah yang dibayangkan.
Menurut Sekretaris Kota untuk Air, Sanitasi, Manajemen Lingkungan, dan Risiko Gabriel Pari, risiko longsor di wilayah ini sangat besar sehingga bangunan harus segera dikosongkan demi keselamatan penghuni.
"Jurang di lembah ini memiliki kemiringan 90 derajat," jelas Pari.
"Karena itu, kami ingin mereka meninggalkan tempat ini. Jika mereka tidak mau pergi, kami harus menggunakan pemaksaan."
Keyakinan Terhadap Ritual Tradisional
Rumah-rumah yang rapuh ini, terbuat dari bata dan dilapisi atap seng bergelombang, memiliki makna penting bagi para yatiri. Banyak dari mereka bersikeras untuk tetap tinggal, bahkan mengusulkan solusi berbasis kepercayaan tradisional.
"Kami bisa melakukan upacara persembahan. Kami melakukannya sebagai bentuk pembayaran kepada Pachamama, dan dengan cara ini tanah tidak akan bergerak," ujar seorang dukun.
"Ini seperti memberikan makanan, dan tempat ini tidak akan runtuh. Sebaliknya, tanah akan stabil."
Pachamama, dewi yang dihormati oleh masyarakat adat Andes, diyakini dapat menjaga keseimbangan alam jika diberi persembahan yang sesuai. Namun, para ahli tetap skeptis bahwa ritual tradisional ini bisa mencegah longsor yang sudah mendesak.
Rumah-rumah di tepi jurang ini telah lama berada dalam kondisi berbahaya. Namun, perubahan iklim dan hujan lebat yang terjadi belakangan ini semakin memperburuk risiko longsor.
Advertisement