Liputan6.com, Moskow - Pada Kamis (19/12/2024), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia siap berkompromi soal Ukraina dengan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang.Â
Trump, yang dikenal sebagai ahli dalam membuat kesepakatan dan penulis buku "The Art of the Deal", berjanji akan segera mengakhiri konflik ini. Namun, dia belum memberikan rincian mengenai cara dia akan mewujudkan janjinya.
Baca Juga
Putin, saat menjawab pertanyaan dalam konferensi pers jawab tahunan pada Kamis (19/12/2024), mengatakan kepada seorang reporter saluran berita AS bahwa dia siap untuk bertemu Trump, yang menurutnya sudah bertahun-tahun tidak berkomunikasi dengannya.
Advertisement
Ketika ditanya apa yang bisa dia tawarkan kepada Trump, Putin membantah tuduhan bahwa Rusia berada dalam posisi lemah. Dia mengaku Rusia menjadi lebih kuat sejak perang dimulai pada 2022.
"Kami selalu mengungkapkan kami siap untuk bernegosiasi dan berkompromi," kata Putin seperti dikutip dari CNA, Jumat (20/12).
Dia menambahkan pasukan Rusia sedang bergerak maju di seluruh front dan mendekati pencapaian tujuan utama mereka di Ukraina.
"Saya rasa, orang Ukraina yang masih ingin berperang akan segera 'habis'. Kami siap, tapi pihak lain juga perlu siap untuk bernegosiasi dan berkompromi," tegas Putin.
Reuters melaporkan bulan lalu bahwa Putin terbuka untuk membahas gencatan senjata dengan Trump, namun dia menegaskan Rusia tidak akan menyerahkan wilayahnya dan meminta Ukraina untuk menghentikan ambisinya bergabung dengan NATO.
Pada Kamis, Putin menyebutkan Rusia tidak memiliki syarat untuk memulai pembicaraan dengan Ukraina dan siap bernegosiasi dengan siapa saja, termasuk Presiden Volodymyr Zelenskyy.
Bagaimanapun, sebut Putin, setiap kesepakatan hanya dapat dilakukan dengan pemerintah Ukraina yang sah, yang saat ini diwakili oleh parlemen Ukraina.
Zelenskyy, yang masa jabatannya sudah berakhir namun menunda pemilihan karena perang, perlu terpilih kembali agar bisa dianggap sah oleh Rusia sebagai penandatangan kesepakatan.
Putin juga menolak ide gencatan senjata sementara dengan Ukraina, dengan menuturkan hanya perdamaian yang tahan lama yang dapat diterimanya.
Menurutnya, setiap pembicaraan seharusnya dimulai dengan kesepakatan awal yang dibahas oleh negosiator Rusia dan Ukraina pada awal perang di Istanbul, namun kesepakatan itu tidak pernah dilaksanakan.
Beberapa politikus Ukraina menganggap draf kesepakatan tersebut sebagai bentuk penyerahan yang akan melemahkan kekuatan militer dan politik Ukraina.
Ukraina Pasti Akan Diusir dari Kursk
Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, dan memicu krisis terbesar dalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
Rusia, yang menganggap konflik ini sebagai operasi militer khusus untuk menghentikan ekspansi NATO ke timur, kini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina dan telah merebut ribuan kilometer persegi wilayah pada tahun ini.
Dengan tekad untuk menggabungkan empat wilayah Ukraina ke dalam Rusia, pasukan Rusia telah merebut desa demi desa di bagian timur Ukraina dan kini mengancam kota-kota yang strategis, seperti Pokrovsk, titik transportasi utama di Ukraina.
Putin mengatakan pertempuran ini kompleks, sehingga "sulit dan tidak ada gunanya untuk menebak apa yang akan terjadi... (tapi) kami terus bergerak ... menuju penyelesaian tugas utama kami, yang telah kami tetapkan di awal operasi militer khusus ini."
Ketika ditanya mengenai pasukan Ukraina yang masih berada di wilayah Kursk, Rusia, Putin menyebutkan pasukan Ukraina pasti akan dipaksa keluar.
Advertisement
Putin: Rusia Harusnya Invasi Ukraina Lebih Cepat
Perang ini telah mengubah ekonomi Rusia, dan Putin mengatakan ekonomi Rusia menunjukkan tanda-tanda ketegangan yang menyebabkan inflasi yang sangat tinggi. Namun, dia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Rusia lebih tinggi dibandingkan dengan banyak negara lain, seperti Inggris.    Â
Ketika ditanya apakah dia akan melakukan sesuatu yang berbeda, Putin mengatakan seharusnya dia mengirim pasukan ke Ukraina lebih awal dari 2022 dan bahwa Rusia seharusnya lebih siap menghadapi konflik ini.
Ketika ditanya oleh reporter BBC apakah dia telah menjaga Rusia, sesuatu yang diminta Boris Yeltsin darinya sebelum menyerahkan jabatan presiden pada akhir 1999, Putin menjawab dia sudah melakukannya.
"Kami telah mundur dari tepi jurang," kata Putin. "Saya sudah melakukan segala yang saya bisa untuk memastikan Rusia tetap menjadi negara yang independen dan berdaulat."
Dalam kesempatan yang sama, Putin juga memuji rudal hipersonik Oreshnik yang diklaimnya tidak bisa dihancurkan. Dia mengatakan siap untuk meluncurkannya lagi ke Ukraina untuk menguji apakah sistem pertahanan udara Barat bisa menembaknya.
Di Brussels, Zelenskyy menanggapi pernyataan Putin mengenai rudal tersebut, dengan mengatakan, "Apakah menurut Anda dia orang yang waras?"
Â