Liputan6.com, Bukares - Pada 22 Desember 1989, puluhan ribu warga Bukares, ibu kota Rumania, turun ke jalan dan membuat diktator Nicolae Ceausescu melarikan diri dengan helikopter. Beberapa jam kemudian, lembaga-lembaga publik diserang oleh "teroris" dengan tembakan. Para dokter di ambulans mengatakan bahwa mereka mengangkut puluhan orang yang terluka pada hari itu.
Melansir dari Romania Journal pada Minggu (22/12/2024), pada pagi hari itu, setelah kurang dari delapan jam sejak Nicolae Ceausescu mengumumkan bahwa demonstrasi telah ditumpas dan daerah pusat ibu kota kembali damai, puluhan ribu pekerja dari lokasi-lokasi industri besar bergerak menuju gedung Komite Sentral Partai Komunis Rumania dan Alun-Alun Universitas (Piaţa Universităţii), tempat di mana para demonstran ditembaki sehari sebelumnya.
Baca Juga
Orang-orang turun ke jalan pada pukul 07:00 pagi dan berpawai menuju ke pusat kota, dengan membawa bendera yang tidak memiliki lambang Republik Sosialis Rumania.Â
Advertisement
Penghalang jalan yang dipasang untuk mencegah akses ke Alun-Alun Universitas dan Alun-Alun Istana nyatanya tidak berguna. Dua jam kemudian, Alun-Alun Universitas dipenuhi oleh para demonstran yang menuntut Angkatan Darat dan milisi (mantan polisi komunis) untuk mendukung mereka.
Sesaat sebelum pukul 10:00 pagi, Ceausescu memimpin pertemuan terakhirnya di dalam gedung Komite Pusat, mengumumkan bahwa ia telah mengambil alih kepemimpinan militer karena situasi yang sangat serius.Â
Dia juga menginformasikan bahwa dia telah menetapkan keadaan darurat di seluruh negeri, yang melarang orang untuk bertemu dalam kelompok yang terdiri lebih dari lima orang. Namun, pada saat ia mengumumkan langkah-langkah tersebut, ada ratusan ribu orang yang berkumpul di pusat kota Bukares.
Para pengunjuk rasa yang memenuhi alun-alun di depan Komite Sentral memaksa membuka pintu-pintu besar gedung dan memanjat balkon. Nicolae dan Elena Ceausescu melarikan diri ke atap gedung, di mana sebuah helikopter telah siap untuk membawa mereka.Â
Setelah pelarian sang diktator, para pengunjuk rasa menduduki gedung Komite Sentral dan kantor pusat stasiun TV publik sekitar pukul 12:30, yang dianggap sebagai momen kemenangan.
Meskipun pasangan diktator tersebut melarikan diri, pada malam hari tanggal 22 Desember keadaan euforia umum digantikan oleh kekacauan yang ditimbulkan oleh serangan tembakan di berbagai institusi publik oleh orang-orang tak dikenal yang secara umum disebut "teroris". Para dokter di ambulans menceritakan bahwa mereka dipanggil melalui nomor darurat 961 untuk mengambil korban tewas dan terluka dari berbagai daerah di ibu kota.
Selama beberapa hari berikutnya, militer dan kelompok sukarelawan berpatroli di jalan-jalan di Bukares dan kota-kota lain di Rumania, sementara baku tembak dengan orang-orang yang disebut sebagai teroris terus memakan korban.
Statistik resmi menyebutkan bahwa 1.142 orang kehilangan nyawa mereka selama Revolusi 1989, 3.138 lainnya terluka dan 760 orang ditahan.
Pertempuran di jalanan dengan beberapa musuh yang sebagian identitasnya masih belum diketahui berakhir pada 25 Desember 1989, ketika Nicolae dan Elena Ceausescu, yang sebelumnya tertangkap di Targoviste, dieksekusi setelah melalui persidangan cepat yang diputuskan oleh pengadilan militer ad-hoc.
Berdasarkan dakwaan tersebut, pasangan diktator ini dijatuhi hukuman mati. Eksekusi tersebut dilaksanakan di dalam garnisun di Targoviste pada tanggal 25 Desember, sekitar pukul 14:45 siang.