Liputan6.com, Jakarta - Bangkai paus yang terdampar di pantai sering kali mengundang perhatian. Bukan hanya karena ukurannya yang besar, tetapi juga karena fenomena yang tak biasa, yakni ledakan bangkai paus.
Meskipun terdengar seperti kejadian dari film fiksi ilmiah, peristiwa ini nyata dan memiliki penjelasan sains yang menarik. Melansir laman Live Science pada Selasa (24/12/2024), bangkai paus terdampar ditemukan di Baile Uí Chuill Strand, Irlandia pada Juli 2023 lalu.
Penyebab kematiannya tidak diketahui secara pasti. Tetapi paus sirip (Balaenoptera physalus) yang memiliki panjang sekitar 19 meter ini kemungkinan besar telah mati hingga 3 minggu sebelum terdampar.
Advertisement
Baca Juga
Saat itu, para ahli dari Irish Whale and Dolphin Group (IWDG) tiba di lokasi untuk mengumpulkan sampel untuk nekropsi atau autopsi hewan. Tetapi tiba-tiba ahli membatalkan autopsi paus sirip yang sudah mati itu.
Rupanya mereka mendengar suara menggelegak dari usus makhluk tersebut, yang menunjukkan ada kemungkinan bisa meledak jika mereka membukanya. Ledakan bangkai paus terjadi saat isi perut paus mulai terisi gas metana yang dihasilkan bakteri.
Ketika paus mati, tubuhnya mulai mengalami proses pembusukan, seperti halnya organisme lain. Di dalam tubuh paus, bakteri anaerob mulai menguraikan jaringan tubuhnya, terutama di dalam organ-organ besar seperti lambung dan usus.
Proses pembusukan ini menghasilkan gas-gas seperti, metana (CH₄), hidrogen sulfida (H₂S), karbon dioksida (CO₂). Pada hewan sebesar paus, gas-gas ini dapat terperangkap dalam jumlah besar di dalam rongga tubuh karena kulit paus sangat tebal dan elastis.
Akibatnya, tubuh paus mulai menggelembung seperti balon. Jika tekanan gas tersebut terus meningkat tanpa ada pelepasan alami, tubuh paus bisa meledak seperti bom biologis.
Ledakan paus juga bisa dipicu oleh sentuhan, tusukan, atau tekanan dari luar. Contohnya, seseorang yang mencoba memotong tubuh paus atau hanya menyentuhnya dengan alat tajam dapat memicu pelepasan tekanan yang besar.
Suhu yang panas juga mempercepat proses pembusukan dan pembentukan gas, meningkatkan risiko ledakan. Contoh ledakan bangkai dilaporkan pernah terjadi pada 2013 silam.
Bangkai paus sperma (Physeter macrocephalus) yang terdampar meledak dengan keras saat para ilmuwan memotong perutnya. Beruntung, seorang ahli biologi kelautan di Kepulauan Faroe masih sempat melarikan diri.
Sementara pada 2019, bangkai seekor paus balin secara spontan meledak di permukaan laut lepas pantai California. Bangkai paus ini menyemburkan darah dan isi perut ke dalam air.
Adakalanya, petugas satwa liar dengan sengaja meledakkan bangkai paus berisi gas saat terdampar. Hal ini mencegah bangkai mamalia ini membusuk secara perlahan dan mengeluarkan bau busuk.
Kasus paling terkenal terjadi pada 1970, ketika paus sperma sepanjang 14 meter yang terdampar di Florence, Oregon. Otoritas setempat meledakkan bangkai paus tersebut dengan setengah ton dinamit.
Namun, ledakan tersebut terlalu besar, menyebabkan potongan tubuh paus terlempar ke berbagai arah. Bahkan, ledakan ini menghancurkan mobil yang diparkir.
(Tifani)