Sukses

Misteri Lubang Gravitasi di Samudra Hindia Terungkap

Salah satu lubang gravitasi paling terkenal dan terbesar di Bumi berada di dasar Samudra Hindia, dikenal dengan nama Indian Ocean Geoid Low (IOGL). Keberadaan lubang gravitasi ini telah menjadi perhatian ilmuwan sejak ditemukan pada 1948.

Liputan6.com, Jakarta - Lubang gravitasi adalah anomali gravitasi yang terjadi di wilayah tertentu di mana tarikan gravitasinya lebih lemah dibandingkan daerah sekitarnya. Fenomena ini juga dikenal dengan istilah geoid rendah, yang menggambarkan ketidakteraturan permukaan laut akibat variasi gravitasi Bumi.

Salah satu lubang gravitasi paling terkenal dan terbesar di Bumi berada di dasar Samudra Hindia, dikenal dengan nama Indian Ocean Geoid Low (IOGL). Keberadaan lubang gravitasi ini telah menjadi perhatian ilmuwan sejak ditemukan pada 1948.

Fenomena ini sempat membingungkan para ilmuwan karena sifatnya yang unik dan berbeda dari variasi gravitasi lainnya di planet ini. Melansir laman Advanced Science News pada Kamis (26/12/2024), lubang gravitasi di Samudra Hindia disebabkan oleh aktivitas geologis yang kompleks, terutama yang melibatkan pecahan-pecahan kerak samudra yang tenggelam dan dasar laut yang lebih tua.

Di wilayah ini, tarikan gravitasi secara signifikan lebih lemah dibandingkan lokasi lain di dunia, menjadikannya anomali gravitasi terbesar yang pernah tercatat. Geoid adalah model teoritis dari bentuk permukaan laut Bumi jika tidak dipengaruhi oleh angin, arus, atau pasang surut, tetapi hanya ditentukan oleh gravitasi.

Ketidakteraturan pada geoid biasanya mencerminkan variasi dalam kepadatan lapisan batuan di permukaan dan bawah kerak bumi. Namun, ukuran dan amplitudo anomali gravitasi di Samudra Hindia sangat ekstrem sehingga sulit dijelaskan hanya dengan perbedaan kepadatan biasa.

Penelitian dari tim ilmuwan di Indian Institute of Science (IIS) mengungkapkan bahwa lubang gravitasi ini terbentuk akibat proses geologis yang dimulai sekitar 120 juta tahun yang lalu. Pada masa itu, lempeng tektonik India terpisah dari super benua Gondwana dan mulai bergerak menuju lempeng Eurasia, yang akhirnya menciptakan pegunungan Himalaya.

Namun, sebelum mencapai tempatnya sekarang, lempeng India melewati Lempeng Tethys, yang menutupi samudra kuno bernama Tethys. Ketika bagian dari Lempeng Tethys terdorong lebih dalam ke mantel Bumi, pecahan-pecahan ini memengaruhi dinamika material dalam mantel.

Salah satu pengaruhnya adalah interaksi dengan fenomena geologis lain yang dikenal sebagai gumpalan Afrika. Gumpalan Afrika adalah struktur geologis berupa gelembung besar magma yang terletak sekitar 1.000 km di bawah Afrika Timur.

Gumpalan ini memiliki ukuran sebanding dengan sebuah benua kecil. Saat pecahan Lempeng Tethys terdorong ke bawah, material yang lebih ringan dari mantel terdorong naik melalui gumpalan ini.

Sekitar 20 juta tahun yang lalu, material ringan ini muncul kembali ke permukaan dalam bentuk gumpalan, yang kemudian memengaruhi distribusi massa dan gravitasi di wilayah tersebut. Anomali gravitasi di Samudra Hindia tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah geologi Bumi tetapi juga memengaruhi navigasi satelit dan model geofisika global.

Wilayah ini memiliki tarikan gravitasi yang lebih rendah, sehingga permukaan laut di atasnya berada beberapa meter lebih rendah dibandingkan wilayah sekitarnya. Kondisi ini menciptakan salah satu fitur geoid paling unik di planet ini.

(Tifani)