Liputan6.com, Gaza - Pasukan Israel menahan lebih dari 240 warga Palestina termasuk puluhan staf medis dan direktur rumah sakit Gaza utara yang mereka razia pada Jumat (27/12/2024).
Hal ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan di daerah kantong itu dan militer Israel, dikutip dari laman Japan Today, Minggu (29/12).
Baca Juga
Kementerian Kesehatan mengatakan, mereka khawatir tentang kesejahteraan Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, karena beberapa staf yang dibebaskan oleh militer Israel pada hari Jumat malam mengatakan dia dipukuli oleh tentara.
Advertisement
Militer Israel mengatakan, rumah sakit itu digunakan sebagai pusat komando untuk operasi militer Hamas dan mereka yang ditangkap adalah tersangka militan. Dikatakan Abu Safiya dibawa untuk diinterogasi karena dia dicurigai sebagai anggota Hamas.
Sebelumnya, Hamas menepis pernyataan Israel bahwa para pejuangnya telah beroperasi dari rumah sakit tersebut selama perang Gaza yang telah berlangsung selama 15 bulan, dengan mengatakan tidak ada pejuang di rumah sakit tersebut. Kelompok itu belum mengomentari 240 penangkapan tersebut.
Serangan terhadap rumah sakit tersebut, salah satu dari tiga fasilitas medis di tepi utara Gaza, membuat fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara tidak dapat beroperasi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah posting di X.
"WHO terkejut dengan serangan kemarin. Pembongkaran sistematis sistem kesehatan dan pengepungan selama lebih dari 80 hari di Gaza Utara membahayakan nyawa 75.000 warga Palestina yang tersisa di daerah tersebut," kata WHO.
Beberapa pasien dievakuasi dari Kamal Adwan ke Rumah Sakit Indonesia, yang tidak beroperasi, dan petugas medis dicegah untuk bergabung dengan mereka di sana, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Pasien dan staf lainnya dibawa ke fasilitas medis lainnya.
Proses Evakuasi
Militer Israel mengatakan, 350 pasien dan personel medis dievakuasi sebelum operasi Kamal Adwan, sementara 95 lainnya dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia selama operasi, berkoordinasi dengan otoritas kesehatan setempat.
Secara terpisah, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel di seluruh wilayah kantong itu menewaskan 18 warga Palestina pada hari Sabtu, sedikitnya sembilan dari mereka berada di sebuah rumah di kamp Maghazi di Jalur Gaza bagian tengah.
Militer Israel belum memberikan komentar langsung mengenai serangan dan korban jiwa tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir pasukan Israel telah mengusir orang-orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah di sekitar kota-kota di Gaza utara, yaitu Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya.
Warga Palestina menuduh Israel melakukan pembersihan etnis dengan mengosongkan wilayah-wilayah tersebut untuk menciptakan zona penyangga. Israel membantah melakukan hal itu, dengan mengatakan bahwa Israel bertujuan untuk mencegah para pejuang Hamas berkumpul kembali di wilayah-wilayah tersebut.
Militer Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah mulai beroperasi semalam terhadap target-target di wilayah Beit Hanoun, dengan menambahkan bahwa "pasukan mengizinkan warga sipil yang masih berada di wilayah itu untuk menyingkir demi keselamatan mereka sendiri".
Militer juga mengeluarkan perintah evakuasi baru kepada penduduk Beit Hanoun, memerintahkan mereka untuk pergi dan menuju wilayah selatan Jalur Gaza, dengan alasan adanya roket yang ditembakkan dari wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, disebutkan dua roket yang ditembakkan dari Gaza utara menuju Yerusalem dan wilayah Israel lainnya berhasil dicegat.
Kampanye Israel terhadap Hamas, yang sebelumnya menguasai Gaza, telah menewaskan lebih dari 45.400 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan di daerah kantong itu. Sebagian besar dari populasi yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi dan sebagian besar wilayah Gaza hancur.
Perang itu dipicu oleh serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan membawa 251 orang ke Gaza sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.
Advertisement