Liputan6.com, Jakarta - Fenomena menyusutnya awan akibat pemanasan global tengah menjadi sorotan. Para ilmuwan menyebut, jumlah awan menyusut 1,5 persen setiap dekade.
Kondisi ini dapat memperparah efek pemanasan global akibat perubahan iklim. Penyusutan jumlah awan diketahui dari penelitian yang didasarkan pada data satelit NASA.
Fenomena ini, meskipun sering kali kurang disadari, memiliki implikasi besar bagi ekosistem, manusia, dan kehidupan di Bumi secara keseluruhan. Dikutip dari laman Live Science pada Senin (30/12/2024), awan adalah komponen penting dalam sistem iklim bumi.
Advertisement
Mereka berfungsi sebagai penyeimbang energi, memantulkan sebagian besar radiasi matahari kembali ke angkasa, sekaligus menjebak panas di atmosfer. Komposisi, ketinggian, dan ketebalan awan menentukan sejauh mana mereka memengaruhi suhu global.
Baca Juga
Awan rendah, misalnya, cenderung lebih efektif dalam memantulkan sinar matahari. Sementara itu, awan tinggi sering kali lebih banyak menyerap panas.
Namun, perubahan pola atmosfer dan suhu global yang semakin meningkat dapat mengubah karakteristik awan, baik dalam hal distribusi geografis maupun jumlahnya. Inilah yang dikenal sebagai "awan menyusut," yaitu berkurangnya jumlah awan rendah di beberapa wilayah tertentu.
Melansir laman IFL Science pada Senin (30/12/2024), peneliti iklim di Goddard Institute for Space Studies NASA, George Tselioudis dan rekan penulisnya mengamati kumpulan data satelit yang mencakup dua periode waktu. Pertama dari tahun 1984 sampai 2018 dan yang kedua dari tahun 2000 sampai 2018.
Salah satu perubahan signifikan yang mereka catat terjadi di zona konvergensi intertropis (ITCZ), alias wilayah bertekanan rendah di dekat khatulistiwa bumi tempat bertemunya angin pasat timur laut dan tenggara. Biasanya, awan tebal terbentuk di bagian dunia ini ketika udara hangat naik dan digantikan oleh udara yang lebih dingin.
Menurut hasil penelitian, zona tersebut telah menyempit, sehingga menghasilkan tutupan awan yang lebih rendah. Sebaliknya, zona kering subtropis telah meluas.
Secara keseluruhan, perubahan ini telah menghasilkan tingkat cakupan awan global yang lebih rendah. Jumlah penyusutan awan bervariasi berdasarkan kumpulan data dan periode, tetapi tampaknya terjadi pada tingkat antara 0,72 persen dan 0,17 persen per dekade.
Penelitian terbaru Tselioudis dkk meneliti data dari satelit Terra milik NASA selama 22 tahun terakhir. Penelitian ini tampaknya mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya, yang dilaporkan menemukan bahwa cakupan awan turun sekitar 1,5 persen setiap dekade.
Temuan ini menunjukkan bahwa tutupan awan menurun dan bahwa perubahan tersebut berkontribusi pada tingkat pemanasan yang lebih tinggi.
Â
Penyebab Awat Menyusut
Menyusutnya awan erat kaitannya dengan aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca memerangkap lebih banyak panas di atmosfer, yang pada gilirannya memengaruhi siklus air dan dinamika atmosfer.
Berikut adalah beberapa mekanisme utama yang menyebabkan awan menyusut. Pemanasan global meningkatkan suhu lapisan atmosfer, terutama di bagian troposfer.
Hal ini menyebabkan penguapan yang lebih besar, tetapi juga mengurangi kemampuan udara untuk membentuk awan rendah yang padat. Selain itu, angin pasat yang melemah dapat mengurangi pembentukan awan stratokumulus di wilayah tropis.
Awan ini biasanya berperan penting dalam memantulkan sinar matahari. Polusi udara yang mengandung aerosol dapat mengubah sifat mikro fisik awan.
Beberapa jenis aerosol membantu pembentukan awan, tetapi polusi yang berlebihan justru dapat mengganggu proses ini.
Dampak Menyusutnya Awan
Ketika awan menyusut, kemampuan bumi untuk memantulkan sinar matahari menurun, sehingga lebih banyak energi matahari yang terserap oleh permukaan bumi. Ini menciptakan efek umpan balik positif, di mana pemanasan yang sudah terjadi akan semakin memperburuk kondisi iklim.
Menyusutnya awan rendah di wilayah tropis dapat berkontribusi pada kenaikan suhu global secara signifikan. Studi menunjukkan bahwa setiap pengurangan kecil dalam cakupan awan dapat berdampak besar pada pemanasan bumi.
Kurangnya awan juga dapat memengaruhi distribusi curah hujan, menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah dan banjir di tempat lain. Perubahan dalam pola awan juga memengaruhi fotosintesis tanaman, siklus air, dan habitat hewan, yang semuanya berkontribusi pada kerusakan ekosistem global.
(Tifani)
Advertisement