Sukses

Studi di Inggris Peringatkan Bahaya AI bagi Ekonomi

Para peneliti Universitas Cambridge memperingatkan bahaya AI bagi ekonomi.

Liputan6.com, London - Alat-alat dalam percakapan kecerdasan buatan (AI) diprediksi akan memengaruhi pengambilan keputusan pengguna dalam medan komersial baru yang disebut ekonomi berbasis niat.

Para peneliti Universitas Cambridge memperingatkan hal tersebut dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada Senin (30/12/2024).

Penelitian tersebut berpendapat bahwa pasar yang berpotensi menguntungkan namun meresahkan bisa muncul untuk memengaruhi segalanya mulai dari membeli tiket film hingga memilih kandidat politik, dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (31/12).

Keakraban kita kian meningkat dengan chatbot dan diprediksi akan mengakibatkan berkembangnya teknologi persuasi, tambah penelitian itu.

Dampaknya akan membuat AI mampu menggabungkan pengetahuan tentang kebiasaan daring kita dengan kemampuan yang berkembang untuk mengetahui pengguna dan mengantisipasi keinginannya, serta membangun tingkat kepercayaan dan pemahaman baru, kata dua penulis laporan tersebut.

Jika tidak dicegah, hal itu dapat memungkinkan manipulasi sosial dalam skala industri. Demikian menurut dua penulis dari Leverhulme Centre for the Future of Intelligence (LCFI) Cambridge, dalam makalah yang diterbitkan di Harvard Data Science Review.

Makalah tersebut mencirikan bagaimana sektor yang baru muncul ini -- yang dijuluki ekonomi berbasis niat -- akan memetakan perhatian dan gaya komunikasi pengguna serta menghubungkannya dengan pola perilaku dan pilihan yang mereka buat.

"Aplikasi AI yang sudah dikembangkan untuk memperoleh, menyimpulkan, mengumpulkan, mencatat, memahami, memperkirakan, pada akhirnya akan memanipulasi dan mengkomodifikasi rencana dan tujuan manusia," kata salah satu penulis Yaqub Chaudhary.

2 dari 2 halaman

Target AI Bergantung pada LLM

AI akan bergantung pada apa yang disebut Large Language Models (LLM) untuk menargetkan irama, politik, kosakata, usia, jenis kelamin, riwayat daring pengguna, dan bahkan preferensi untuk sanjungan dan pujian, menurut penelitian tersebut.

Itu akan dikaitkan dengan teknologi AI baru lainnya yang berupaya mencapai tujuan tertentu, seperti menjual tiket perjalanan ke bioskop, atau mengarahkan percakapan ke platform, pengiklan, bisnis, dan bahkan organisasi politik tertentu.

Penulis lain dalam penelitian ini, Jonnie Penn, memperingatkan: "Jika tidak diatur, ekonomi yang berbasis pada niat akan memperlakukan motivasi Anda sebagai mata uang baru."

"Ini akan menjadi perburuan emas bagi mereka yang menargetkan, mengarahkan, dan menjual tujuan manusia," tambahnya.

"Kita harus mulai mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi dari pasar semacam itu terhadap aspirasi manusia, termasuk pemilihan umum yang bebas dan adil, pers yang bebas, dan persaingan pasar yang adil, sebelum kita menjadi korban dari konsekuensi yang tidak diinginkan," tambahnya.

Penn mencatat bahwa kesadaran publik terhadap masalah ini adalah kunci untuk memastikan kita tidak menempuh jalan yang salah.