Sukses

Pembunuhan Merajalela, Trinidad dan Tobago Deklarasikan Keadaan Darurat

Bagaimana penjelasan pemerintah Trinidad dan Tobago soal deklarasi keadaan darurat ini? Berikut selengkapnya.

Liputan6.com, Port of Spain - Trinidad dan Tobago menyatakan keadaan darurat setelah serangkaian pembunuhan. Peristiwa ini menambah angka kekerasan yang membuat tahun 2024 menjadi salah satu yang paling mematikan bagi negara itu.

Berdasarkan kewenangan darurat yang diumumkan pada Senin (30/12/2024) oleh kantor Perdana Menteri Keith Rowley, polisi akan memiliki wewenang untuk memeriksa orang dan tempat tanpa surat perintah, serta menahan tersangka hingga 48 jam, sebagai upaya untuk menurunkan apa yang disebut oleh pemimpin negara itu sebagai "tingkat kejahatan kekerasan yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima".

Namun, tidak akan ada jam malam. Demikian seperti dikutip dari CNN, Selasa (31/12).

Keputusan untuk menerapkan keadaan darurat diambil setelah kekerasan senjata api merenggut sejumlah nyawa pada akhir pekan, membuat jumlah pembunuhan di negara ini pada tahun 2024 mencapai 623 – angka tertinggi dalam catatan polisi sejak 2013.

Menurut Kantor Akuntabilitas Pemerintah Amerika Serikat (GAO), Trinidad dan Tobago yang memiliki populasi 1,5 juta jiwa, termasuk memiliki tingkat pembunuhan tertinggi di Karibia, bersama dengan Jamaika dan Haiti. Kematian akibat kekerasan di wilayah ini hampir tiga kali lipat lebih tinggi daripada rata-rata global.

Polisi memperingatkan mereka mengantisipasi meningkatnya kekerasan yang melibatkan geng dengan senjata serbu berkaliber besar.

Jaksa agung sementara, Stuart Young, mengungkapkan pada Senin bahwa telah terjadi 61 kasus pembunuhan hanya dalam bulan Desember, termasuk penembakan pada Sabtu yang melibatkan senjata otomatis kaliber besar di luar sebuah kantor polisi yang menewaskan satu orang, serta insiden kurang dari 24 jam kemudian yang menyebabkan lima orang tewas dan satu terluka di daerah Port of Spain.

Menteri Keamanan Nasional Fitzgerald Hinds mengatakan dalam briefing yang sama bahwa dua orang tewas pada hari Jumat (27/12) —satu dalam insiden yang terkait geng dan satu lagi dalam situasi domestik. Selain itu, 15 orang lainnya tewas dalam insiden terkait senjata api sejak Senin (23/12) lalu.

"Polisi melihat gelombang kejadian terakhir ini sebagai wabah kekerasan geng," kata Hinds, seraya menambahkan bahwa militer akan membantu dalam penegakan keadaan darurat.

Jaksa Agung Young juga menuturkan bahwa penggunaan senjata api kaliber besar oleh geng kriminal telah membuat kekerasan terbaru ini sangat mengkhawatirkan, sehingga memicu deklarasi keadaan darurat.

"Tingkat kelangsungan hidup sangat kecil karena kecepatan dan kaliber senjata-senjata ini. Ini menjadi kekhawatiran besar tidak hanya bagi kami di Trinidad dan Tobago, tetapi juga di seluruh wilayah CARICOM," ujarnya, merujuk pada kelompok negara-negara Komunitas Karibia.

2 dari 2 halaman

Asal Senjata Kaliber Besar

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa sebagian besar kekerasan di Trinidad dan Tobago – seperti pembunuhan, penyerangan, dan penculikan – terkait dengan aktivitas geng kriminal dan perdagangan narkotika.

Pada Juli, Kementerian Luar Negeri AS menetapkan peringatan perjalanan level 3 ke Trinidad dan Tobago, menyarankan warga AS untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke negara itu menyusul tingginya tingkat kejahatan.

"Berhati-hatilah lebih saat berada di Trinidad dan Tobago karena terorisme dan penculikan," bunyi pemberitahuan perjalanan tersebut.

Jaksa agung mengatakan bahwa pemerintah sedang berkomunikasi dengan AS, dari mana banyak senjata api berkaliber besar berasal, untuk membahas cara mengendalikan situasi ini.

Meskipun negara-negara Karibia tidak memproduksi senjata api, lebih dari 7.000 senjata api ditemukan di negara-negara tersebut antara 2018 dan 2022. Hampir tiga perempat dari senjata tersebut, menurut GAO, berasal dari AS.

Video Terkini