Sukses

Gegap Gempita Tahun Baru 2025 Dibayangi Krisis dan Tantangan Global

Dunia menyambut 2025 dengan selebrasi spektakuler dari Sydney hingga Taipei, sementara tantangan global seperti perang, perubahan iklim, dan krisis kemanusiaan tetap menjadi sorotan.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia resmi menyambut tahun baru 2025 dengan pesta kembang api yang meriah dan sorak sorai di berbagai belahan dunia.

Tahun 2024 yang penuh dengan pencapaian besar, krisis politik, dan bencana alam kini ditinggalkan, memberi ruang untuk harapan baru di tahun mendatang.

Dilansir CNA, Kamis (2/1/2025), Sydney, yang disebut sebagai "Ibu Kota Tahun Baru Dunia," memulai pergantian tahun dengan sembilan ton kembang api yang mewarnai langit di atas Opera House dan Harbour Bridge. Di Taipei, ribuan orang memadati jalanan untuk menyaksikan kembang api dari gedung tertinggi Taiwan, di mana mahasiswa Justin Chang berharap 2025 membawa keberuntungan akademis dan finansial.

Di Paris, Olimpiade musim panas 2024 menjadi kenangan manis ketika dunia bersatu untuk menyaksikan atlet berlaga di lokasi ikonik seperti Sungai Seine dan Istana Versailles. Namun, cuaca buruk di Edinburgh memaksa pembatalan pesta Hogmanay, yang biasanya menarik puluhan ribu turis setiap tahun.

2 dari 2 halaman

Isu Global: Politik, Perang, dan Krisis Kemanusiaan

Tahun 2024 mencatatkan diri sebagai tahun politik global dengan pemilu di lebih dari 60 negara, membawa harapan, perubahan, dan kontroversi. Di Rusia, Vladimir Putin memenangkan pemilu yang banyak pihak kecam sebagai lelucon demokrasi. Di Bangladesh, gelombang protes mahasiswa berhasil menumbangkan perdana menteri yang berkuasa lama.

Namun, perhatian terbesar tertuju pada Amerika Serikat, di mana pemilu 5 November mengantarkan Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Presiden terpilih ini telah mengguncang panggung dunia dengan ancaman sanksi ekonomi terhadap Tiongkok dan klaim ambisiusnya untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam.

Di Ghana, transisi damai kekuasaan membawa secercah harapan. Presiden terpilih John Mahama dijadwalkan dilantik pada 7 Januari, memberikan optimisme bagi warga seperti Kwesi Antwi, seorang lulusan universitas yang menganggur.

"Transisi damai ini memberi saya harapan bahwa mungkin keadaan akan membaik bagi kami," katanya kepada AFP saat perayaan tahun baru di Accra.

Sementara itu, kawasan Timur Tengah terus dilanda pergolakan. Bashar al-Assad melarikan diri dari Suriah, sementara Israel meningkatkan operasi militer di Lebanon Selatan. Serangkaian serangan elektronik yang dirancang menghantam para pemimpin Hezbollah, meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.

Di Gaza, warga sipil semakin lelah dengan konflik yang tak kunjung usai. Persediaan makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan semakin menipis, menciptakan krisis kemanusiaan yang kian memburuk.

"Semoga keamanan dan keselamatan kembali, dan semoga perang akhirnya berakhir," ujar Wafaa Hajjaj, warga Deir al-Balah yang kini tinggal di tenda pengungsian.

Video Terkini