Liputan6.com, Damaskus - Kehidupan di ibu kota Suriah, Damaskus, kini menunjukkan wajah baru pasca tergulingnya Bashar al-Assad dari kursi kepresidenan.
Warga Suriah, yang selama bertahun-tahun hidup di bawah tekanan, mulai merasakan kebebasan berpendapat, optimisme, dan semangat untuk membangun kembali negara mereka.
Baca Juga
Rakyat Suriah menyambut Tahun Baru 2025 dengan harapan situasi terus membaik setelah mereka terbebas dari cengkeraman rezim Presiden Bashar al-Assad. Warga Indonesia di Damaskus, ibu kota Suriah, melaporkan bahwa mereka melihat orang-orang umumnya lebih bebas dan mengaku bahagia.Â
Advertisement
Tubagus Muhammad Duby, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang menempuh pendidikan di Damaskus, mengungkapkan perubahan yang signifikan setelah Assad turun dari kekuasaan. Mahasiswa yang akrab disapa Habibi ini menyatakan bahwa masyarakat lokal kini terlihat lebih bahagia dan bebas mengungkapkan pendapat.
Sebelumnya, berbicara tentang politik atau pemerintahan adalah sesuatu yang tabu. Habibi menjelaskan bahwa penggunaan mata uang asing seperti dolar bahkan sempat dianggap kriminal. Namun, kini kebebasan ekonomi dan sosial semakin terasa.
"Dulu, kita bahkan tidak berani menyebut dolar secara langsung, sampai menyamarkannya dengan istilah seperti 'ijo'. Tapi sekarang, dolar sudah biasa di sini," ungkap Habibi, seperti mengutip VOA Indonesia, Kamis (2/1/2025).Â
Ia juga menambahkan bahwa di media sosial, orang-orang mulai berani memposting pandangan mereka tentang pemerintahan tanpa rasa takut.
Berani Berdiskusi
Kebebasan berbicara ini juga dirasakan oleh masyarakat lokal. Menurut laporan kantor berita AFP, kafe-kafe di Damaskus kini kembali ramai dengan diskusi terbuka, termasuk tentang politik—sesuatu yang tidak mungkin terjadi di masa lalu.
Nisrin Shouban, seorang agen real estat, menceritakan bahwa sebelumnya orang takut berbicara karena khawatir disadap oleh intelijen.
"Sekarang, situasinya jauh lebih baik. Kami tidak takut lagi," ujar Shouban.
Ia juga menegaskan bahwa kebebasan ini akan terus diperjuangkan.
"Ke depannya, kami tidak akan tinggal diam lagi, bahkan dalam seratus tahun ke depan," tambahnya.
Fitria Herdiani, seorang ibu dua anak asal Indonesia yang telah delapan tahun tinggal di Damaskus, juga merasakan perubahan positif ini. Setelah sempat takut keluar rumah pasca Assad digulingkan, kini ia merasa lebih tenang dan optimis.
Bersama keluarga dan komunitas Indonesia di Suriah, Fitria menikmati suasana pasar malam yang meriah untuk menyambut Natal. Dalam sebuah video, ia terlihat ceria dan berbagi kebahagiaan dengan warga lokal.
Advertisement
Fokus Menyambut Masa Depan
Optimisme juga datang dari upaya masyarakat dan pemerintah baru untuk bekerja sama membangun kembali Suriah. Muklas, salah satu warga Indonesia di Damaskus, mencatat adanya kesadaran kolektif di masyarakat untuk melupakan masa lalu dan fokus pada masa depan.
Habibi juga mencermati bahwa pemerintah baru lebih mendengar aspirasi rakyatnya.
"Teman-teman Suriah bilang pemerintah sekarang lebih welcome dan mendengar rakyatnya. Intinya, mungkin demokrasinya akan lebih terasa," kata Habibi.