Liputan6.com, Kyiv - Presiden Volodymyr Zelenskyy meyakini bahwa Donald Trump dapat mengakhiri perang Rusia versus Ukraina. Namun, Zelenskyy menyatakan bahwa mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, seperti yang pernah diklaim Trump selama kampanyenya.
"Fase 'panas' perang ini bisa berakhir dengan cepat jika Trump teguh dalam posisinya," kata Zelenskyy dalam wawancara dengan televisi Ukraina pada Kamis (2/1/2024) malam seperti dikutip dari AP, Sabtu (4/1).
Baca Juga
"Saya percaya (Trump) kuat dan tidak dapat diprediksi. Saya sangat berharap ketidakpastian Presiden Trump akan diarahkan terutama untuk menghadapi Federasi Rusia."
Advertisement
Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, belum mengungkapkan secara rinci kebijakannya mengenai Ukraina, namun pernyataan-pernyataannya sebelumnya menimbulkan pertanyaan apakah Amerika Serikat akan tetap menjadi pendukung militer terbesar Ukraina.
Dengan perang yang hampir memasuki tahun keempatnya bulan depan dan dengan Trump yang akan segera berkuasa, pertanyaan mengenai bagaimana dan kapan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II ini akan berakhir semakin mendesak.
Rusia menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, dan tahun lalu memanfaatkan kelemahan pertahanan Ukraina untuk perlahan maju di wilayah timur meski dengan kerugian besar pada pasukan dan peralatan.
Arah perang disebut tidak berpihak pada Ukraina. Negara ini kekurangan pasukan di garis depan dan membutuhkan dukungan terus-menerus dari mitra-mitra Barat-nya.
Klaim Zelenskyy
Zelenskyy mengaku bahwa Trump merespons positif saran Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai kemungkinan penempatan pasukan perdamaian Barat di Ukraina untuk mengawasi kesepakatan yang dapat menghentikan pertempuran. Zelenskyy bertemu dengan Trump dan Macron di Paris bulan lalu.
Namun, Zelenskyy mengangkat pertanyaan mengenai negara-negara yang akan bergabung dalam inisiatif ini dan apakah AS akan berpartisipasi.
Pemimpin Ukraina ini sangat berharap negaranya bisa menjadi anggota NATO. Negara-negara anggota NATO, yang berjumlah 32, telah menyatakan bahwa Ukraina akan bergabung suatu hari nanti, namun itu tidak akan terjadi sampai perang selesai.
Zelenskyy menegaskan bahwa penerjunan pasukan Eropa untuk menjaga perdamaian di Ukraina tidak boleh menghalangi Ukraina untuk bergabung dengan NATO di masa depan. Dia juga menyebut serangan pasukan Ukraina ke wilayah Kursk, Rusia, sebagai "kartu truf yang sangat kuat" dalam negosiasi perdamaian.
Pada Agustus lalu, Ukraina berhasil merebut sebagian wilayah Kursk, yang merupakan pendudukan pertama atas wilayah Rusia sejak Perang Dunia II. Bagaimanapun, serangan tersebut tidak mengubah jalannya perang secara signifikan dan para analis militer menyebutkan bahwa Ukraina telah kehilangan sekitar 40 persen dari wilayah yang sebelumnya berhasil direbut.
Meski demikian, Zelenskyy menyatakan bahwa pencapaian tersebut mengesankan negara-negara di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika, serta merusak reputasi militer Rusia.
Advertisement