Liputan6.com, Addis Ababa - Pemerintah Ethiopia mengatakan mengevakuasi sekitar 80.000 orang setelah serangkaian gempa bumi skala kecil di wilayah Afar, Oromia, dan Amhara.
Setidaknya 10 gempa bumi Ethiopia dilaporkan sejak Jumat (3/1), dan ada tanda-tanda kemungkinan aktivitas gunung berapi yang bisa memicu gunung meletus. Demikian mengutip laporan Voice of America, Minggu (5/1/2024).
Baca Juga
Gempa Ethiopia terbaru mengguncang Distrik Awash Fentale, yang membentang antara wilayah Afar dan Oromia, pada Sabtu (5/1) pukul 03.52 dini hari.
Advertisement
United States Geological Survey (USGS) atau Survei Geologi Amerika Serikat mencatat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,8 sekitar 56 kilometer (35 mil) di tenggara Ambosa, di wilayah Oromia, pada dini hari Sabtu (4/1).
Atalay Ayele, kepala Departemen Seismologi dan profesor ilmu seismik di Universitas Addis Ababa, mengatakan episentrumnya berada di tengah Gunung Dofen, Distrik Awash Fentale, di wilayah Afar.
Beberapa jam kemudian gempa kedua, bermagnitudo 4,7 dilaporkan terjadi sekitar 10 kilometer (6 mil) di sebelah timur Awash di wilayah Afar.
"Peristiwa tersebut semakin besar dan sering terjadi dari waktu ke waktu. Khususnya, pekan ini, data menunjukkan bahwa gempa bermagnitudo hingga 5,8," menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah federal Ethiopia pada hari Sabtu (4/1).
Gempa tersebut terasa di ibu kota, Addis Ababa, dan kota-kota seperti Adama dan Metehara. Warga yang tinggal di kondominium dan gedung-gedung tinggi juga merasakannya, demikian menurut laporan yang beredar.
Sebanyak dua lusin gempa dan gempa susulan dilaporkan terjadi di distrik Awash Fentale sejak September, menurut warga dan pihak berwenang.
Di wilayah Afar, gempa yang sering terjadi menciptakan kawah air panas alami yang dilaporkan semakin melebar.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, tetapi gempa tersebut merusak puluhan rumah di Afar.
Kekhawatiran akan Letusan Gunung Berapi
Gempa bumi hari Jumat (3/1) di Afar mengakibatkan kekhawatiran akan letusan gunung berapi setelah asap keluar dari lubang di gunung berapi Dofen, yang menandakan potensi aktivitas gunung berapi.
“Pemerintah memantau kejadian tersebut secara ketat dengan para ahli di lapangan. Selain itu, pemerintah telah mengidentifikasi episentrum gempa bumi dan mengerahkan petugas darurat dari berbagai daerah di 12 kebeles [distrik] untuk menilai tingkat kerusakan,” kata pernyataan dari pemerintah Ethiopia.
“Pemerintah melakukan upaya besar untuk mengidentifikasi yang paling rentan di antara 80.000 warga yang tinggal di kebeles tersebut dan mengevakuasi mereka dari daerah tersebut. Pemerintah juga memantau kemungkinan dampak gempa bumi terhadap lembaga layanan sosial, lembaga ekonomi, dan infrastruktur.”
Komisi Manajemen Risiko Bencana Ethiopia mengumumkan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu (4/1) bahwa lebih dari 51.000 penduduk di wilayah Afar dan Oromia berisiko, karena gempa bumi yang berulang dalam dua bulan terakhir. Untuk mengurangi risiko, lebih dari 13.000 orang telah direlokasi ke daerah yang lebih aman, kata komisi tersebut.
Di Distrik Fentale di wilayah Oromia, lebih dari 16.000 penduduk menghadapi risiko serupa, dengan lebih dari 7.000 di antaranya direlokasi ke lokasi yang aman, pernyataan tersebut menambahkan.
Advertisement
Ada Penduduk yang Meninggalkan Rumah Setelah Gempa
Beberapa penduduk di kota-kota yang terkena dampak mengatakan mereka meninggalkan rumah mereka setelah gempa bumi.
Zumara Mamo adalah penduduk Abomsa, tempat gempa bumi terasa. Dia mengatakan gempa bumi terjadi saat dia sedang tidur.
"Saya sedang tidur di lantai bersama anak saya. Tiba-tiba saya merasakan Bumi di bawah saya berguncang. Guncangan itu menggeser kaca di pintu saya," katanya kepada VOA Horn of Africa Service.
Menurut Zumara, guncangan itu berlangsung hampir satu menit dan lebih hebat daripada guncangan sebelumnya yang dilaporkan di daerah itu pada bulan Oktober.
Distrik Fentale di wilayah Oromia terletak kurang dari 30 kilometer (19 mil) dari episentrum gempa bumi Sabtu (4/1) pagi di dekat Kota Abomsa.
Abayneh Urgo, yang tinggal di Distrik Fentale, mengatakan guncangan gempa bumi yang kuat terasa di kotanya dan kini warga tidur di luar.
Efrem Wakjira, yang tinggal di dekat German Square di Addis Ababa, mengatakan gempa bumi sering terjadi pekan ini.
“Guncangan gempa bumi sudah biasa terjadi selama lima hari terakhir, tetapi Sabtu (4/1) pagi cukup kuat. Itu terjadi sekitar pukul 4 pagi waktu setempat, dan saya terbangun dari tidur karena guncangan itu.”
Pemerintah mengatakan gempa bumi belum berdampak signifikan pada kota-kota besar dan telah mendesak warga untuk “mematuhi dan menerapkan dengan ketat pesan pencegahan yang dikeluarkan oleh para ahli.”
Kota-kota di Ethiopia Rentan Gempa Bumi
Para ahli Ethiopia telah memperingatkan bahwa banyak bangunan di negara itu, khususnya di Addis Ababa, sangat rentan terhadap gempa bumi.
Esayas Gebreyohannes, seorang profesor madya teknik sipil dan lingkungan di Institut Teknologi Universitas Addis Ababa, mengatakan Ethiopia memperkenalkan standar kode bangunan pada tahun 1983 yang perlu diperbarui setiap 10 hingga 20 tahun, dengan pembaruan berikutnya dijadwalkan tahun ini.
“Meskipun ada pembaruan ini, masih ada kesenjangan yang signifikan dalam kepatuhan terhadap standar selama desain dan konstruksi bangunan,” kata Esayas Gebreyohannes.
“Banyak bangunan yang dievaluasi di Universitas Addis Ababa mengungkapkan kesalahan desain karena ketidakpatuhan terhadap standar. Selain itu, bahan bangunan dan pengerjaan sering kali tidak memenuhi tingkat kualitas yang disyaratkan. Sebagian besar bangunan di Addis Ababa menunjukkan kekurangan ini, yang membahayakan keselamatan dan kualitasnya,” kata Esayas.
“Gempa bumi yang sering terjadi baru-baru ini merupakan tanda bahwa kita tinggal di daerah vulkanik aktif,” kata Profesor Ayele kepada VOA melalui telepon.
“Negara harus berhati-hati saat membangun infrastruktur di tempat-tempat tersebut. Badan-badan bantuan harus bersiaga, dan masyarakat juga harus waspada terhadap guncangan,” jelas Profesor Ayele.
Insinyur pemerintah mengatakan rencana sedang dilakukan untuk memperkuat bangunan-bangunan publik utama agar tahan terhadap gempa bumi berkekuatan tinggi.
Insinyur Mesfin Negewo, direktur jenderal Otoritas Konstruksi Ethiopia, mengakui meningkatnya kekhawatiran atas meningkatnya frekuensi gempa bumi.
“Kami telah mengamati aktivitas seismik yang sering terjadi selama dua bulan terakhir, dan kami secara aktif menilai situasi,” katanya melalui telepon kepada VOA.
Insinyur Mesfin Negewo mengatakan untuk mengatasi risiko yang muncul — pemerintah telah membentuk satuan tugas untuk mempelajari situasi dan memantau insiden dengan saksama. "Tim-tim ini akan menyampaikan laporan yang komprehensif kepada pihak berwenang," katanya.
Advertisement