Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Antariksa James Webb (JWST) berhasil membuat penemuan luar biasa dengan mendeteksi sebuah monster kosmik berupa lubang hitam raksasa yang terbentuk pada masa-masa awal alam semesta. Lubang hitam tersebut diyakini muncul sekitar 800 juta tahun setelah peristiwa Big Bang, yang menandai kelahiran alam semesta.
Penemuan ini memberikan wawasan penting tentang evolusi kosmik dan pembentukan struktur masif di alam semesta. Lubang hitam supermasif ini dikenal sebagai monster kosmik karena ukurannya yang sangat besar.
Menurut laporan yang dipublikasikan oleh laman Space pada Selasa (07/01/2025), lubang hitam tersebut memiliki massa sekitar 400 juta kali massa matahari. Hal ini menjadikannya salah satu lubang hitam paling masif yang pernah ditemukan oleh JWST di alam semesta awal.
Advertisement
Baca Juga
Lebih mengejutkan lagi, massa lubang hitam ini mencakup sekitar 40 persen dari total massa galaksi induknya, suatu perbandingan yang sangat tidak biasa. Dalam pengamatan sebelumnya, lubang hitam supermasif di galaksi muda biasanya memiliki massa yang jauh lebih kecil, hanya sekitar 0,1 persen dari massa galaksi induknya.
Temuan ini menantang pemahaman ilmiah saat ini tentang bagaimana lubang hitam bisa tumbuh begitu besar dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature ini juga menyoroti bahwa fenomena tersebut masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan.
Para ilmuwan percaya bahwa lubang hitam masif umumnya bertambah besar dengan menyerap gas dan debu di sekitarnya dalam jumlah besar. Proses ini dikenal sebagai akresi, di mana materi yang jatuh ke dalam lubang hitam membentuk piringan akresi yang berputar di sekitar cakrawala peristiwa, batas luar lubang hitam di mana cahaya dan materi tidak bisa lagi melarikan diri.
Gravitasi ekstrem dari lubang hitam memanaskan materi di piringan akresi, menciptakan gesekan yang menghasilkan cahaya yang sangat terang. Cahaya inilah yang biasanya membantu para astronom mendeteksi lubang hitam yang aktif.
Namun, lubang hitam yang ditemukan oleh JWST memiliki perilaku yang berbeda. Meskipun massanya luar biasa besar, laju akresinya sangat lambat.
Para peneliti menemukan bahwa lubang hitam ini hanya menyerap gas dengan kecepatan sekitar satu persen dari laju maksimum yang diperkirakan untuk ukuran tersebut.
Tidak Aktif
Fenomena ini membuat lubang hitam tampak tidak aktif, sehingga sulit dideteksi dengan cara konvensional. Meski begitu, gravitasi kolosal yang dihasilkan oleh massanya yang besar tetap memberikan tanda-tanda keberadaannya.
Penemuan ini memunculkan pertanyaan baru tentang bagaimana lubang hitam dapat mencapai ukuran yang sangat besar di alam semesta muda tanpa aktivitas akresi yang signifikan. Selain itu, pengamatan JWST ini memperluas batas kemampuan manusia dalam mempelajari alam semesta yang jauh dan masa-masa awalnya.
Teknologi canggih pada teleskop ini memungkinkan para astronom untuk meneliti objek-objek yang terlalu redup atau jauh untuk diamati oleh instrumen sebelumnya. Dengan sensitivitas dan resolusi yang tinggi, JWST dapat melihat lebih jauh ke dalam sejarah kosmik, membuka peluang baru untuk memahami evolusi galaksi, bintang, dan lubang hitam.
Penemuan lubang hitam supermasif di masa awal alam semesta memberikan tantangan besar bagi model teoretis yang ada. Model standar pembentukan galaksi dan lubang hitam saat ini sulit menjelaskan pertumbuhan luar biasa cepat yang ditunjukkan oleh objek ini.
Beberapa hipotesis mengusulkan bahwa mungkin terdapat proses pembentukan langsung yang melibatkan runtuhnya awan gas masif tanpa melalui tahap bintang perantara, atau mungkin ada mekanisme penggabungan lubang hitam kecil menjadi satu entitas yang jauh lebih besar. Dalam konteks lebih luas, keberadaan lubang hitam supermasif yang tidak aktif di masa awal menunjukkan bahwa evolusi alam semesta dipenuhi dengan dinamika yang lebih kompleks daripada yang kita bayangkan sebelumnya.
(Tifani)
Advertisement