Sukses

AS Transfer 11 Tahanan Guantanamo ke Oman Usai 2 Dekade Ditahan Tanpa Dakwaan

Sebelum terpilih pada 2020, Biden pernah berjanji akan berupaya menutup Guantanamo. Namun, hanya beberapa pekan jelang akhir masa jabatannya, penjara itu masih beroperasi.

Liputan6.com, Washington, DC - Pentagon pada Senin (6/1/2025), mengumumkan bahwa mereka mentransfer 11 pria asal Yaman ke Oman pekan ini setelah menahan mereka lebih dari dua dekade tanpa dakwaan di pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) di Guantanamo Bay, Kuba.

Transfer ini merupakan dorongan terbaru dan terbesar oleh pemerintahan Joe Biden dalam beberapa pekan terakhir untuk membersihkan Guantanamo dari tahanan yang belum pernah didakwa dengan kejahatan.

Dengan rilis terbaru ini, jumlah tahanan di Guantanamo kini tinggal 15 orang, jumlah terendah sejak 2002. Pada tahun itu, pemerintahan George W. Bush menjadikan Guantanamo sebagai pusat penahanan bagi sebagian besar pria muslim yang ditangkap di seluruh dunia dalam rangka "perang melawan teror" AS, setelah serangan al-Qaeda pada 11 September 2001.

AS menginvasi Afghanistan dan Irak serta melancarkan operasi militer dan rahasia di berbagai tempat menyusul serangan tersebut.

Para pria yang termasuk dalam transfer terbaru ini antara lain Shaqawi al Hajj, yang telah berulang kali melakukan mogok makan dan dirawat di rumah sakit di Guantanamo sebagai bentuk protes atas penahanannya selama 21 tahun. Sebelumnya, menurut Center for Constitutional Rights yang berbasis di AS, dia juga sempat ditahan dan disiksa selama dua tahun dalam tahanan CIA. Demikian seperti dikutip dari AP, Rabu (8/1).

Kelompok hak asasi manusia dan beberapa anggota legislatif AS telah mendorong pemerintahan-pemerintahan yang silih berganti untuk menutup Guantanamo atau, jika tidak, membebaskan semua tahanan yang tidak pernah didakwa dengan kejahatan. Pada puncaknya, Guantanamo menahan sekitar 800 orang.

Pemerintahan Biden dan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya mengungkapkan bahwa mereka berusaha mencari negara-negara yang bersedia menerima tahanan yang belum pernah didakwa. Banyak dari mereka yang "terperangkap" di Guantanamo berasal dari Yaman, negara yang terpecah akibat perang dan didominasi oleh kelompok militan Houthi yang beraliansi dengan Iran.

Oman, yang terletak di ujung timur Semenanjung Arab, pada Selasa (7/1) tidak mengakui bahwa mereka telah menerima para tahanan tersebut. Namun, negara sekutu Barat ini telah menerima lebih dari dua puluh tahanan sebelumnya sejak Guantanamo didirikan.

Dengan transfer ini, masih ada enam pria yang belum pernah didakwa yang tetap ditahan di Guantanamo, dua tahanan yang sudah dihukum, serta tujuh lainnya yang didakwa terkait serangan 11 September 2001, pengeboman USS Cole pada 2000, dan bom Bali pada 2002.

Video Terkini