Liputan6.com, Washington, DC - Pada Kamis (9/1/2025), mendiang Jimmy Carter membawa momen singkat persatuan bagi Amerika Serikat yang terpecah. Kelima presiden AS yang masih hidup berkumpul di Katedral Nasional Washington untuk menghadiri upacara pemakaman kenegaraan yang penuh emosi, sebagai penghormatan terakhir baginya
Dalam adegan bersejarah, hanya 11 hari sebelum masa jabatan keduanya dimulai, Donald Trump berjabat tangan dengan mantan presiden Barack Obama di tengah prosesi upacara pemakaman kenegaraan untuk Carter.
Baca Juga
Joe Biden serta mantan presiden George W. Bush dan Bill Clinton juga hadir untuk menghormati Carter, presiden ke-39 AS, yang meninggal pada 29 Desember 2024 dalam usia 100 tahun.
Advertisement
Biden, yang berusia 82 tahun, menyampaikan eulogi yang memuji "karakter" Carter dengan mengatakan bahwa meskipun sering dianggap berasal dari era yang lampau, sebenarnya Carter memiliki pandangan yang jauh ke depan.
Dalam kesempatan yang sama, Biden dilaporkan juga menyampaikan sindiran halus terhadap Trump, sosok yang kerap dikritiknya karena retorika bernuansa rasial dan upayanya untuk membatalkan hasil Pilpres AS 2020, yang dianggapnya sebagai ancaman besar terhadap demokrasi.
"Kita memiliki kewajiban untuk tidak memberi tempat bagi kebencian dan untuk berdiri melawan ... dosa terbesar dari semua dosa, penyalahgunaan kekuasaan," kata Biden, yang akan menyerahkan jabatan kepada Trump pada 20 Januari, seperti dikutip dari CNA, Jumat (10/1).
Carter menjabat sebagai presiden AS pada periode 1977-1981.
Jabat Tangan Obama-Trump
Upacara pemakaman presiden ini merupakan yang pertama sejak George HW Bush meninggal pada 2018 - dan memberikan serangkaian momen unik dan kadang canggung saat para mantan pemimpin bertemu.
Obama berjabat tangan, tertawa, dan berbincang dengan penerusnya, Trump, meskipun miliarder tersebut membangun gerakan politiknya dengan meragukan apakah Obama benar-benar lahir di AS.
Di barisan depan Trump duduk Wakil Presiden Kamala Harris, saingan yang kalah dalam Pemilu 2024.
Ada juga momen rekonsiliasi singkat antara Trump dan mantan wakil presidennya, Mike Pence. Keduanya bertemu dan berjabat tangan untuk pertama kalinya sejak kerusuhan Capitol pada 2021, saat Pence menolak mendukung klaim palsu Trump yang menyatakan dirinya menang dalam Pilpres AS 2020.
Pemakaman Carter menjadi jeda singkat di tengah hiruk-pikuk menjelang pelantikan Trump sekaligus menjadi pengingat akan gaya kepemimpinan presiden yang sangat berbeda.
Carter, yang menjabat hanya satu periode sebelum kalah dalam pemilu telak melawan Ronald Reagan pada 1980, menghadapi banyak tantangan, termasuk krisis penyanderaan warga AS di Teheran setelah revolusi Islam Iran, yang akhirnya menentukan nasibnya.
Seiring waktu, pandangan terhadap kepemimpinannya berubah. Sejarah kini menyoroti perannya dalam menjembatani perdamaian antara Israel dan Mesir. Dia juga mendapat banyak pujian atas upaya kemanusiaannya setelah masa jabatannya, bahkan meraih Nobel Perdamaian pada 2002.
Sejak Februari 2023, Carter menjalani perawatan di rumah sakit hospice di Plains, di mana dia mengembuskan napas terakhir. Carter akan dimakamkan di Plains tepat di samping istrinya, Rosalynn Carter, yang meninggal pada November 2023.
Kamis telah ditetapkan sebagai hari berkabung nasional di AS, di mana kantor-kantor pemerintah federal ditutup.
Perpisahan terhadap Carter ini dimulai pada Sabtu (4/1) dengan bendera AS dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri, serta kereta jenazah hitam membawa jenazahnya dari kampung halamannya di Plains.
Pada Kamis, jenazah Carter kembali ke Georgia untuk dimakamkan, melakukan perjalanan terakhir dengan pesawat kepresidenan AS yang biasanya hanya digunakan oleh presiden yang sedang menjabat.
Advertisement