Tersangka bomber Boston yang masih hidup, Dzhokar Tsarnaev bersama kakaknya Tamerlan ternyata melakukan pemboman sebagai aksi balas dendam. Balasan itu ditujukan terhadap perlakuan militer Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan.
Menurut pemberitaan CBS News yang dilansir dari News.com.au, Jumat (17/5/2013), fakta terbaru itu diketahui dari pesan yang yang ditulis Dzhokar di sebuah kapal di Watertown yang menjadi tempat persembunyian terakhirnya sebelum dibekuk polisi pada 19 Mei.
Dzhokar menulis dengan pena di dinding dalam kabin kapal, mengatakan pemboman itu adalah aksi balas dendam kepada militer AS yang bertugas di Irak dan Afghanistan. Dalam pesan tertulisnya itu, ia juga mengatakan ia tak bisa melupakan kakaknya Tamerlan Tsarnaev, yang tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Lebih lanjut, dalam pesan tertulis itu Dzhokar juga menyebutkan bahwa korban di bom Boston tak seberapa jika dibanding dengan umat muslim yang tewas di pertempuran yang melibatkan pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Â
"Ketika Anda menyerang muslim, berarti Anda menyerang semua Muslim," tulis Dzhokar dengan pena di dinding kapal itu.
Dzhokar juga menulis bahwa kakaknya, Tamerlan itu sekarang menjadi martir di surga. Ia juga diminta sang kakak untuk bergabung bersama di Surga.
Tsarnaev bersaudara diduga meledakkan bom yang menewaskan 3 orang dan melukai lebih dari 260 orang di lokasi lomba maraton Boston pada tanggal 15 April. Dzhokar ditemukan mengalami pendarahan hebat akibat luka tembak, saat bersembunyi di perahu milik seorang pria tua di pinggiran kota Boston.
Dzhokar juga telah mengakui perannya dalam serangan bom Boston, tapi ia menghentikan bicaranya ketika dia diberitahu tentang hak untuk tetap diam.
Meski masih trauma, namun penyelenggara Maraton Boston mengatakan 5.000 pelari yang belum menyelesaikan lombanya karena serangan itu bisa kembali mengikuti lomba serupa tahun depan.
Bukti
Tulisan Dzhokar itu tentu saja akan dijadikan bukti pendukung, yang akan digunakan di persidangan bahkan jika pengakuan rumah sakit tidak diterima sebagai bukti.
Dzhokar dituduh menggunakan senjata pemusnah massal dan membuat kerusakan besar yang menyebabkan kematian. Jika terbukti bersalah, ia pun terancam menghadapi hukuman mati. (Tnt/*)
Menurut pemberitaan CBS News yang dilansir dari News.com.au, Jumat (17/5/2013), fakta terbaru itu diketahui dari pesan yang yang ditulis Dzhokar di sebuah kapal di Watertown yang menjadi tempat persembunyian terakhirnya sebelum dibekuk polisi pada 19 Mei.
Dzhokar menulis dengan pena di dinding dalam kabin kapal, mengatakan pemboman itu adalah aksi balas dendam kepada militer AS yang bertugas di Irak dan Afghanistan. Dalam pesan tertulisnya itu, ia juga mengatakan ia tak bisa melupakan kakaknya Tamerlan Tsarnaev, yang tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Lebih lanjut, dalam pesan tertulis itu Dzhokar juga menyebutkan bahwa korban di bom Boston tak seberapa jika dibanding dengan umat muslim yang tewas di pertempuran yang melibatkan pasukan AS di Irak dan Afghanistan. Â
"Ketika Anda menyerang muslim, berarti Anda menyerang semua Muslim," tulis Dzhokar dengan pena di dinding kapal itu.
Dzhokar juga menulis bahwa kakaknya, Tamerlan itu sekarang menjadi martir di surga. Ia juga diminta sang kakak untuk bergabung bersama di Surga.
Tsarnaev bersaudara diduga meledakkan bom yang menewaskan 3 orang dan melukai lebih dari 260 orang di lokasi lomba maraton Boston pada tanggal 15 April. Dzhokar ditemukan mengalami pendarahan hebat akibat luka tembak, saat bersembunyi di perahu milik seorang pria tua di pinggiran kota Boston.
Dzhokar juga telah mengakui perannya dalam serangan bom Boston, tapi ia menghentikan bicaranya ketika dia diberitahu tentang hak untuk tetap diam.
Meski masih trauma, namun penyelenggara Maraton Boston mengatakan 5.000 pelari yang belum menyelesaikan lombanya karena serangan itu bisa kembali mengikuti lomba serupa tahun depan.
Bukti
Tulisan Dzhokar itu tentu saja akan dijadikan bukti pendukung, yang akan digunakan di persidangan bahkan jika pengakuan rumah sakit tidak diterima sebagai bukti.
Dzhokar dituduh menggunakan senjata pemusnah massal dan membuat kerusakan besar yang menyebabkan kematian. Jika terbukti bersalah, ia pun terancam menghadapi hukuman mati. (Tnt/*)