Sukses

Terkuak! Misteri Wabah Kelaparan Pembunuh 1 Juta Orang Irlandia

Wabah kelaparan dramatis terjadi di Irlandia tahun 1845-1852: Irish Potato Famine. 1 Juta orang tewas.

Wabah kelaparan dramatis terjadi di Irlandia tahun 1845-1852 -- Irish Potato Famine. Dipicu kegagalan panen
kentang, makanan pokok penduduk kala itu. Akibatnya tak main-main, 1 juta orang tewas, 1 juta lainnya meninggalkan negeri itu.

Kini para ilmuwan berhasil menguak misteri penyebab gagalnya panen kentang kala itu. Tim yang dipimpin  Sainsbury Laboratory, Norwich, menelusuri penyebaran secara global hawar --salah satu dari gejala serangan suatu patogen tumbuhan-- kentang dari tahun 1800-an hingga sekarang.

Caranya, para peneliti dari Inggris, Jerman, dan AS menganalisa daun kering koleksi museum Kew Royal Botanical Gardens, Inggris dan Botanische Staatssammlung Munchen, Jerman.

Teknik sekuensing DNA berteknologi tinggi membuka peluang para ilmuwan untuk memecahkan kode DNA dari sampel patogen yang disimpan pada awal 1845 itu.

DNA yang diekstraksi dari spesimen koleksi museum menunjukkan, strain yang menyebabkan wabah kelaparan besar berbeda dengan epidemi modern: strain HERB-1. Yang kini diperkirakan telah punah.

Infeksi mirip jamur itu telah mengakibatkan kerugian amat besar, hilangnya jumlah kentang yang bisa menghidupi jutaan orang tiap tahun.

"Strain ini berbeda dari semua strain modern yang kami analisis, kemungkinan besar baru bagi ilmu pengetahuan," kata Prof Sophien Kamoun dari  Sainsbury Laboratory seperti dilansir dari BBC News, Rabu (22/5/2013).

"Kami belum bisa memastikannya, namun diperkirakan kini telah punah."

Membuka Cakrawala Baru

Para peneliti yakin, strain HERB-1 muncul pada awal tahun 1800-an dan menyebar ke seluruh dunia sepanjang abad ke-19.

Phytophthora infestans -- yang menyebabkan hawar kentang -- muncul di Amerika Serikat pada 1844, dan menyebar ke Eropa pada tahun berikutnya.

Musim panas 1845 yang ringan tetapi sangat basah di Inggris dan Irlandia, memberikan kondisi yang sempurna untuk penyebaran hawar.

Dan pada abad ke-20, setelah varietas kentang baru diperkenalkan, HERB-1 tersingkir, digantikan strain Phytophthora infestans yang lain, US-1, yang mendominasi sebagai hama kentang hingga saat ini.

Hingga kini belum jelas bagaimana strain awal Phytophthora infestans tersebut saling terkait dengan yang ada saat ini. Namun, dengan memperbandingkan dengan jenis genetik modern dari Eropa, Afrika dan Amerika, memberikan wawasan baru terkait evolusi patogen.

"Mungkin strain ini menjadi punah ketika varietas kentang tahan hama pertama dibiakkan pada awal abad ke-20," kata Kentaro Yoshida dari Sainsbury Laboratory.

"Yang pasti adalah bahwa temuan ini akan sangat membantu kita memahami dinamika patogen. Membuka jalan untuk penemuan lebih banyak harta karun ilmu dalam bidang herbarium."

Para ilmuwan menyajikan temuannya dalam jurnal eLife. Pesan penting yang ingin disampaikan bahwa metode pemuliaan tanaman dapat berdampak pada evolusi patogen. (Ein/*)