Liputan6.com, Jakarta - Hujan meteor Gamma Normid akan mencapai puncaknya pada 14 hingga 15 Maret 2025. Fenomena astronomi ini akan menghiasi langit malam bersama dengan gerhana bulan dan worm moon.
Melansir laman Starwalk pada Kamis (13/03/2025), hujan meteor adalah fenomena yang terjadi ketika bumi melewati jalur yang pernah dilintasi oleh komet atau asteroid. Saat berada di lintasan tersebut, puing-puing komet atau asteroid yang tertinggal akan tertarik oleh gravitasi bumi.
Puing-puing tersebut masuk ke atmosfer bumi dan terbakar di angkasa, sehingga menciptakan bola api. Meski begitu, induk komet atau asteroid dari hujan meteor Gamma Normid tidak diketahui hingga saat ini.
Advertisement
Satu hal yang pasti, titik radian atau kemunculan hujan meteor ini berada di konstelasi Norma, dekat bintang Gamma2 Normae. Konstelasi tersebut merupakan rasi bintang yang terletak di Bumi bagian selatan.
Hujan meteor Gamma Normid aktif dari 25 Februari hingga 28 Maret 2025 dan puncaknya diprediksi berlangsung pada 14 Maret 2025. Di Indonesia, hujan meteor Gamma Normid bisa diamati mulai pukul 21.48 hingga 05.34 WIB.
Saat mencapai puncaknya, Gamma Normid akan memproduksi sekitar 4 hingga 6 meteor per jam. Kecepatan meteor-meteor ini saat memasuki atmosfer bumi mencapai 68 km/detik.
Selain hujan meteor Gamma Normid, fenomena gerhana bulan total juga akan terjadi pada 14 Maret 2025. Gerhana bulan total ini bakal berlangsung pada pukul 12.09 hingga 15.47 WIB, sehingga tidak bisa disaksikan di Indonesia.
Gerhana bulan total terjadi ketika bumi berada di antara matahari dan bulan dengan posisi sejajar sempurna, sehingga bayangan bumi menutupi bulan secara keseluruhan. Selama fase totalitas ini, bulan akan tampak berwarna merah tua hingga oranye karena efek pembiasan cahaya.
Meski gerhana bulan total hanya dapat dilihat oleh beberapa benua, tetapi pemandangan bulan purnama yang muncul di ufuk timur dan naik lebih tinggi di langit akan bisa dilihat di seluruh belahan dunia.
Tak hanya gerhana bulan total, puncak hujan meteor Gamma Normid juga terjadi bersamaan dengan fenomena bulan cacing (worm moon). Bulan cacing merupakan istilah yang merujuk pada fenomena bulan purnama yang terjadi pada Maret setiap tahunnya.
Waktu terbaik untuk mengamati worm moon sekaligus blood moon adalah saat totalitas, ketika bulan purnama terbenam sepenuhnya dalam bayangan bumi dan memancarkan cahaya kemerahan dan bahkan tembaga. Warnanya yang mencolok secara singkat disebabkan oleh sinar matahari yang disaring melalui atmosfer bumi dan dibiaskan ke permukaan bulan, dengan asap atau abu di atmosfer yang berkontribusi pada warna yang terlihat.
(Tifani)