Damai belum tercipta di Turki. Ribuan demonstran masih memblokade Taksim Square, sementara aparat keamanan bersiaga penuh dengan mengerahkan pasukan dan meriam air. Tetesan darah dan gas air mata memenuhi jalanan.
Demo yang awalnya diperkirakan damai, yang dipicu protes menentang pembangunan taman kota, menjadi gerakan massif melawan pemerintah yang digelar di 67 kota di seantero Turki. Lebih dari 1.700 orang ditahan terkait aksi, demikian diungkap Menteri Dalam Negeri Muammer Guler.
"Kebanyakan yang ditahan akhirnya dibebaskan setelah menjalani pemeriksaan dan proses identifikasi," kata Guler seperti dimuat News.com. au, Senin (3/6/2013).
Pak Mendagri juga membantah klaim yang menyebar di media sosial bahwa sejumlah demonstran tewas dalam bentrok dengan petugas keamanan. Ia mengatakan 58 warga sipil dan 115 aparat terluka. Sementara, pihak demonstran mengatakan, rakyat kebanyakan yang terluka mencapai ratusan orang.
Total sejak Selasa pekan lalu, 235 demonstrasi digelar di seluruh negeri. Sementara pihak keamanan melansir kerusakan yang diakibatkan bentrok antara aktivis dan aparat keamanan: 100 mobil polisi rusak, 94 toko, dan lusinan kendaraan tak lagi utuh.
Minggu kemarin polisi menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah 1.000 demonstran yang berusaha menembus barisan aparat keamanan yang menjaga ketat kantor Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Polisi anti huru hara di Istanbul juga melontarkan gas air dan terlibat bentrok dengan demonstran di dekat bekas istana Ottoman, Dolmabahce, tempat Recep Tayyip Erdogan juga berkantor.
Para demonstran minta Erdogan mundur. Sebagian massa memperbandingkannya dengan Sutlan dan menyebutnya "diktator".
Sementara PM Erdogan membantah tudingan pemerintahannya otoriter, dan menuding balik para demonstran sebagai ekstremis.
"Jika mereka menyebut seseorang yang melayani rakyat sebagai 'diktator', aku tak bisa menanggapi apapun," kata Erdogan, yang menuding protes yang dilakukan masyarakat punya misi "ideologis" dan dimanipulasi pihak oposisi.
Demonstrasi yang makin meluas diawali kekerasan aparat mengusir aksi damai menentang penebangan pohon di Taksim Square.
Demo saat itu menentang pembangunan kembali barak militer bersejarah Kekaisaran Ottoman dan pusat perbelanjaan di lokasi taman. Mereka menuding, konservasi sejarah hanya kedok penguasa meraup uang. (Ein/Yus)
Demo yang awalnya diperkirakan damai, yang dipicu protes menentang pembangunan taman kota, menjadi gerakan massif melawan pemerintah yang digelar di 67 kota di seantero Turki. Lebih dari 1.700 orang ditahan terkait aksi, demikian diungkap Menteri Dalam Negeri Muammer Guler.
"Kebanyakan yang ditahan akhirnya dibebaskan setelah menjalani pemeriksaan dan proses identifikasi," kata Guler seperti dimuat News.com. au, Senin (3/6/2013).
Pak Mendagri juga membantah klaim yang menyebar di media sosial bahwa sejumlah demonstran tewas dalam bentrok dengan petugas keamanan. Ia mengatakan 58 warga sipil dan 115 aparat terluka. Sementara, pihak demonstran mengatakan, rakyat kebanyakan yang terluka mencapai ratusan orang.
Total sejak Selasa pekan lalu, 235 demonstrasi digelar di seluruh negeri. Sementara pihak keamanan melansir kerusakan yang diakibatkan bentrok antara aktivis dan aparat keamanan: 100 mobil polisi rusak, 94 toko, dan lusinan kendaraan tak lagi utuh.
Minggu kemarin polisi menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah 1.000 demonstran yang berusaha menembus barisan aparat keamanan yang menjaga ketat kantor Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan.
Polisi anti huru hara di Istanbul juga melontarkan gas air dan terlibat bentrok dengan demonstran di dekat bekas istana Ottoman, Dolmabahce, tempat Recep Tayyip Erdogan juga berkantor.
Para demonstran minta Erdogan mundur. Sebagian massa memperbandingkannya dengan Sutlan dan menyebutnya "diktator".
Sementara PM Erdogan membantah tudingan pemerintahannya otoriter, dan menuding balik para demonstran sebagai ekstremis.
"Jika mereka menyebut seseorang yang melayani rakyat sebagai 'diktator', aku tak bisa menanggapi apapun," kata Erdogan, yang menuding protes yang dilakukan masyarakat punya misi "ideologis" dan dimanipulasi pihak oposisi.
Demonstrasi yang makin meluas diawali kekerasan aparat mengusir aksi damai menentang penebangan pohon di Taksim Square.
Demo saat itu menentang pembangunan kembali barak militer bersejarah Kekaisaran Ottoman dan pusat perbelanjaan di lokasi taman. Mereka menuding, konservasi sejarah hanya kedok penguasa meraup uang. (Ein/Yus)