Sukses

Dipukul Polisi, Pendemo Wanita yang Sedang Hamil Keguguran

Wanita 33 tahun yang sedang hamil 10 minggu itu mengalami keguguran, setelah dipukul polisi selama protes berlangsung.

Akibat dipukuli oleh polisi, demonstran wanita asal Kamboja yang sedang hamil kehilangan bayinya. Ia mengalami keguguran. 

"Wanita 33 tahun yang sedang hamil 10 minggu mengalami keguguran setelah dipukul selama protes berlangsung," jelas Cambodian Human Rights and Development Association (ADHOC) dalam sebuah pernyataannya seperti dilansir News.com.au, Senin (1/7/2013).

Dia berada di antara sekitar 100 orang yang memblokir jalan, di luar sebuah gedung di pusat kota Phnom Penh dalam protes kedua dari jenisnya untuk putus dengan kekerasan.

"Polisi awalnya mencoba untuk menyeret para demonstran dari jalan tetapi mereka menolak. Mereka mendorong petugas untuk mengalahkannya," ujar seorang saksi mata yang tak mau disebutkan identitasnya.

"Para wanita hamil ditendang dan dipukuli," urai Nyonya Chakrya dari ADHOC sekaligus menyatakan bahwa mereka (wanita hamil itu) dibawa ke rumah sakit dan dikonfirmasi mengalami keguguran.

Dalam pernyataan ADHOC, protes keras itu masuk ke dalam kategori serius dan melanggar hukum serta HAM.
Namun kepala polisi di Phnom Penh menolak berkomentar tentang insiden yang melibatkan oknumnya itu.

Para pengunjuk rasa - dari wilayah Danau Phnom Penh - menuntut kompensasi lebih atau pengembalian tanah yang diberikan oleh pemerintah kepada sebuah perusahaan Cina untuk pembangunan komersial.

Tanah itu milik pemerintah dan diserahkan kepada perusahaan China, yang sejauh ini ditinggalkan tak terurus.

Sengketa tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian kasus penggusuran paksa dan dugaan perampasan tanah oleh kepentingan tertentu.

Menurut para aktivis, konflik tanah di Kamboja yang memicu protes telah meningkat sejak tahun lalu.

Penggusuran paksa di seluruh negeri telah membuat ribuan keluarga mengungsi, dan mendorong protes serta bentrokan antara warga dan aparat keamanan bersenjata. (Tnt)