Sukses

Ilmuwan Klaim Bisa Transplantasi Kepala Manusia, Frankenstein?

Transplantasi kepala manusia segera mungkin bisa dilakukan. Solusi akhir bagi pasien lumpuh yang mengalami kegagalan organ menyeluruh.

Transplantasi kepala -- mendengar kata itu ingatan bakal melayang ke Frankenstein, jasad yang disatukan dari potongan tubuh manusia, lalu dibangkitkan dengan kekuatan listrik.

Namun, seorang ilmuwan Italia mengatakan dengan yakin, transplantasi kepala manusia segera mungkin bisa dilakukan. Prosedur ini, secara hipotesis, merupakan solusi akhir bagi pasien lumpuh yang mengalami kegagalan organ menyeluruh -- namun dengan otak yang masih berfungsi baik.

Dalam makalahnya, Dr Sergio Canavero, ahli syaraf anggota kelompok Turin Neuromodulation, membeberkan prosedur medis, yang diklaimnya sukses mengoneksikan otak dengan sumsum tulang belakang -- yang selama ini merupakan tantangan utama.

"Saya berpendapat, teknologi baru yang saat ini ada bisa digunakan untuk menyambungkannya," kata dia dalam jurnal Surgical Neurology International, seperti dilansir News.com.au, Selasa (2/7/2013).

"Hambatan teknis utama dalam transplantasi kepala adalah menyambungkan sumsum tulang belakang donor dan penerima," kata dia.

Ia merujuk keberhasilan para ilmuwan di Case Western Reserve University akhir bulan lalu, yang mengklaim bisa mengembalikan sejumlah konektivitas saraf di tulang belakang tikus.

Namun, Canavero menambahkan, ongkos untuk prosedur semacam ini membutuhkan banyak biaya. Setidaknya US$ 15 juta atau nyaris menyentuh angka Rp 150 miliar. Mahal!

Berisiko tinggi

Dr Canavero menjelaskan prosedurnya ini berasal dari keberhasilan mentransplantasikan kepala hewan yang dilakukan pada tahun 1970-an. Kepala monyet rhesus ditransplantasikan ke tubuh monyet lain pada tahun 1970 dalam sebuah prosedur eksperimental.

Syarat mutlak yang harus dipenuhi: tubuh donor dan penerima harus ada di ruangan operasi yang sama.

Kemudian, kepala donor dan penerima  dipenggal. Dr Canavero menekankan, "potongan bersih" menggunakan alat pemotong ultra-tajam adalah kunci keberhasilan -- karena memungkinkan sel-sel saraf yang putus menyatu satu sama lain.

Lalu, kepala monyet secepat mungkin didinginkan di suhu 12 derajat Celcius, dan segera ditransplantasikan ke tubuh yang baru, yang juga didinginkan-- serta dalam kondisi cardiac arrest atau jantung dalam kondisi berhenti.

Setelah kepala terhubung dengan sistem peredaran darah, jantung akan kembali di-restart, dan fungsi tubuh dipulihkan dengan menghubungkan sistem syaraf. Atau singkatnya, seseorang atau mahluk lain harus dibunuh dan didinginkan dalam rangka transplantasi kepala.

Monyet penerima bisa mendengar, rasa, bau, dan melihat -- dan itu bertahan untuk sementara setelah operasi itu selesai.

Memang, seperti dimuat Gizmodo, ini baru dalam tataran hipotesis. Ada banyak isu etik yang jadi perdebatan terkait prosedur ini. Tapi, siapa tahu, Frankenstein memiliki dasar dalam kehidupan nyata? (Ein/Mut)