Sistem navigasi di Bandara Internasional San Francisco, Amerika Serikat, dimatikan saat pesawat Boeing 777 milik maskapai Asiana Airlines jatuh dan terbakar. Padahal sistem navigasi itu berfungsi membantu pilot mendarat dengan aman.
Laman Reuters, Minggu (7/7/2013) memberitakan, sistem yang mati itu disebut Glide Path. Alat ini membantu pesawat mendarat dalam kondisi cuaca buruk. Memang, saat pesawat yang terbang dari Seoul, Korea Selatan ini hendak mendarat, kondisi cuaca di San Francisco tidak buruk. Situasi cuaca saat itu cerah dan angin tidak terlalu kencang.
Ahli keselamatan penerbangan mengatakan, Glide Path ini sebenarnya tidak terlalu penting dalam pendaratan rutin di bandara. Namun, tidak biasa pula sistem ini dimatikan. Sebab, pilot telah bergantung pada teknologi yang telah berkembang beberapa dekade, yang didesain khusus untuk mencegah pesawat tergelincir.
"Pilot mengandalkan isyarat visual Glide Path untuk terbang dengan tepat di atas landas pacu dan tidak memiliki informasi elektronik khusus dalam kondisi cuaca bagus di hampir semua bandara besar," kata mantan pilot US Airways, Kapten Chesley Sullenberger.
"Itu artinya peringatan otomatis yang akan terjadi di kokpit, ketika Anda menyimpang di bawah lintasan yang diinginkan oleh jalur elektronik, tidak akan tersedia. Jadi kami belum tahu apakah faktor ini berbeda dalam situasi ini, tapi itu pasti sesuatu yang akan dilihat," kata pilot yang pernah sukses mendarat darurat di Sungai Hudson pada 2009 ini.
Glide Path adalah sistem yang terkomputerisasi dalam transportasi di bandara yang menghitung jalur pendaratan pesawat dan mengirimkan data real time kepada pilot. Bandara San Francisco mematikan sistem ini di landasan selama musim panas. Berdasarkan situs administrasi penerbangan federal, sistem yang dipasang di landas pacu 28 sebelah kiri dimatikan mulai 1 Juni hingga 22 Agustus.
Sementara, Juru Bicara Bandara San Francisco Doug Yakel mengatakan saat itu memang ada konstruksi untuk landasan baru. Tapi tidak dikerjakan pada hari Sabtu.
"Mengingat bahwa kita memiliki visibilitas yang jelas hari ini, kita beroperasi di bawah apa yang disebut peraturan visual penerbangan," tutur Yakel. Ketika cuaca bagus, pilot bisa melihat dengan bagus, diizinkan mengoperasikan pesawat. (Eks/Yus)
Laman Reuters, Minggu (7/7/2013) memberitakan, sistem yang mati itu disebut Glide Path. Alat ini membantu pesawat mendarat dalam kondisi cuaca buruk. Memang, saat pesawat yang terbang dari Seoul, Korea Selatan ini hendak mendarat, kondisi cuaca di San Francisco tidak buruk. Situasi cuaca saat itu cerah dan angin tidak terlalu kencang.
Ahli keselamatan penerbangan mengatakan, Glide Path ini sebenarnya tidak terlalu penting dalam pendaratan rutin di bandara. Namun, tidak biasa pula sistem ini dimatikan. Sebab, pilot telah bergantung pada teknologi yang telah berkembang beberapa dekade, yang didesain khusus untuk mencegah pesawat tergelincir.
"Pilot mengandalkan isyarat visual Glide Path untuk terbang dengan tepat di atas landas pacu dan tidak memiliki informasi elektronik khusus dalam kondisi cuaca bagus di hampir semua bandara besar," kata mantan pilot US Airways, Kapten Chesley Sullenberger.
"Itu artinya peringatan otomatis yang akan terjadi di kokpit, ketika Anda menyimpang di bawah lintasan yang diinginkan oleh jalur elektronik, tidak akan tersedia. Jadi kami belum tahu apakah faktor ini berbeda dalam situasi ini, tapi itu pasti sesuatu yang akan dilihat," kata pilot yang pernah sukses mendarat darurat di Sungai Hudson pada 2009 ini.
Glide Path adalah sistem yang terkomputerisasi dalam transportasi di bandara yang menghitung jalur pendaratan pesawat dan mengirimkan data real time kepada pilot. Bandara San Francisco mematikan sistem ini di landasan selama musim panas. Berdasarkan situs administrasi penerbangan federal, sistem yang dipasang di landas pacu 28 sebelah kiri dimatikan mulai 1 Juni hingga 22 Agustus.
Sementara, Juru Bicara Bandara San Francisco Doug Yakel mengatakan saat itu memang ada konstruksi untuk landasan baru. Tapi tidak dikerjakan pada hari Sabtu.
"Mengingat bahwa kita memiliki visibilitas yang jelas hari ini, kita beroperasi di bawah apa yang disebut peraturan visual penerbangan," tutur Yakel. Ketika cuaca bagus, pilot bisa melihat dengan bagus, diizinkan mengoperasikan pesawat. (Eks/Yus)