Warga muslim di Cina memulai bulan suci Ramadan dengan rasa syukur. Meskipun mereka juga gelisah lantaran di beberapa lokasi penjagaan diperketat karena rawan bentrok antaretnis.
Liputan 6 Malam SCTV, (Rabu (10/7/2013), memberitakan, rasa syukur muslim di China terlihat dari munculnya rasa semangat dari sejumlah umat muslim dari etnis Hui dan Uighur yang menghadiri salat zuhur pertama di bulan Ramadan meski hujan deras mengguyur Mesjid Niujie di Beijing, China. Mesjid tersebut bergaya China klasik yang telah berusia seribu tahun.
Imam Mesjid Niujie yang merupakan Mesjid terbesar di Beijing ini mengimbau agar kaum muslim setempat bisa mengendalikan amarah dan kekerasan selama bulan Ramadan sehingga dapat menjalankan bulan yang suci ini dengan tenang dan bahagia. Hal terserbut diungkapkan menyusul adanya peristiwa kekerasan di Xinjiang pada 26 juni lalu hingga menewaskan 26 orang.
Bulan Ramadan di Cina adalah masa yang relatif sensitif terutama di kawasan daerah otonomi Uighur. Pemerintah Cina bahkan menempatkan personel militer guna mengamankan suasana, mengingat daerah ini rawan gesekan antara suku Han China dan suku Uighur. Warga Uighur yang jumlahnya minoritas, merasa pemerintah China membatasi budaya, bahasa, dan agama mereka. (Adm/Mut)
Liputan 6 Malam SCTV, (Rabu (10/7/2013), memberitakan, rasa syukur muslim di China terlihat dari munculnya rasa semangat dari sejumlah umat muslim dari etnis Hui dan Uighur yang menghadiri salat zuhur pertama di bulan Ramadan meski hujan deras mengguyur Mesjid Niujie di Beijing, China. Mesjid tersebut bergaya China klasik yang telah berusia seribu tahun.
Imam Mesjid Niujie yang merupakan Mesjid terbesar di Beijing ini mengimbau agar kaum muslim setempat bisa mengendalikan amarah dan kekerasan selama bulan Ramadan sehingga dapat menjalankan bulan yang suci ini dengan tenang dan bahagia. Hal terserbut diungkapkan menyusul adanya peristiwa kekerasan di Xinjiang pada 26 juni lalu hingga menewaskan 26 orang.
Bulan Ramadan di Cina adalah masa yang relatif sensitif terutama di kawasan daerah otonomi Uighur. Pemerintah Cina bahkan menempatkan personel militer guna mengamankan suasana, mengingat daerah ini rawan gesekan antara suku Han China dan suku Uighur. Warga Uighur yang jumlahnya minoritas, merasa pemerintah China membatasi budaya, bahasa, dan agama mereka. (Adm/Mut)