Death Valley atau Lembah Kematian yang terletak Death Valley National Park, California, Amerika Serikat bisa dikatakan sebagai tempat terpanas di muka Bumi. Di musim panas seperti ini, suhunya bisa mencapai 54 derajat Celcius. Suhu tertinggi yang pernah tercatat mencapai 57 derajat Celcius, pada 10 Juli 1913.
Meski suhu teramat terik, masih banyak orang yang berkunjung ke sana. Dan mereka punya kegemaran baru: uji coba menggoreng telur langsung di permukaan tanahnya, tanpa kompor.
Death Valley National Park baru-baru ini mengeluarkan larangan menggoreng telur bagi turis, karena area itu menjadi penuh sampah.
"Awalnya, ada seorang karyawan yang memposting uji coba goreng telur dengan wajan di Death Valley. Itu dilakukan untuk memberitahu betapa panasnya di sini,” ujar pihak Death Valley National Park melalui media sosial Facebook-nya, seperti yang diberitakan News.com.au, Rabu (10/7/2013).
Percobaan itu memang menarik hingga ditiru banyak wisatawan. Tanpa wajan atau panci. Pihak taman nasional pun disibukkan membersihkan bekas dari "acara masak" itu, seperti karton tempat telur juga kerak telur yang berserakan di area parkir Death Valley National Park.
"Bagaimanapun ini taman nasional Anda, buang sampah di tempatnya dan jangan memecahkan telur di trotoar," lanjut pihak taman nasional.
`Misteri Batu Berjalan`
Death Valley tak hanya terkenal dengan panasnya. Tapi juga fenomena batu yang bergerak sendiri. Bahkan yang berbobot sampai 317 kilogram.
Jejak-jejaknya terlihat jelas tergores di datarannya yang kering kerontang, tanpa kehidupan, di tanah yang retak, memanjang hingga 182 meter. Meski tak ada yang pernah melihat batu itu bergerak.
Kekuatan "magis" di balik batu bergerak ini telah menjadi misteri bagi para ilmuwan sejak hampir seabad lalu. Lokasi di mana fenomena itu terjadi, Racetrack Playa, terus menjadi daya tarik dan obyek penelitian. Kini, para geolog Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yakin, mereka telah menemukan jawabannya.
Ilmuwan yang berafiliasi dengan NASA, Doktor Ralph Lorenz yakin, batu-batu itu terbungkus lapisan es selama musim dingin. Lalu, ketika tanah di danau yang mengering menjadi becek, es itu memungkinkan batuan "meluncur" di atas lumpur. Dibantu terpaan angin gurun. Jejak luncuran itu lalu mengering di musim panas. Baca selengkapnya di tautan ini. (Ein)
Meski suhu teramat terik, masih banyak orang yang berkunjung ke sana. Dan mereka punya kegemaran baru: uji coba menggoreng telur langsung di permukaan tanahnya, tanpa kompor.
Death Valley National Park baru-baru ini mengeluarkan larangan menggoreng telur bagi turis, karena area itu menjadi penuh sampah.
"Awalnya, ada seorang karyawan yang memposting uji coba goreng telur dengan wajan di Death Valley. Itu dilakukan untuk memberitahu betapa panasnya di sini,” ujar pihak Death Valley National Park melalui media sosial Facebook-nya, seperti yang diberitakan News.com.au, Rabu (10/7/2013).
Percobaan itu memang menarik hingga ditiru banyak wisatawan. Tanpa wajan atau panci. Pihak taman nasional pun disibukkan membersihkan bekas dari "acara masak" itu, seperti karton tempat telur juga kerak telur yang berserakan di area parkir Death Valley National Park.
"Bagaimanapun ini taman nasional Anda, buang sampah di tempatnya dan jangan memecahkan telur di trotoar," lanjut pihak taman nasional.
`Misteri Batu Berjalan`
Death Valley tak hanya terkenal dengan panasnya. Tapi juga fenomena batu yang bergerak sendiri. Bahkan yang berbobot sampai 317 kilogram.
Jejak-jejaknya terlihat jelas tergores di datarannya yang kering kerontang, tanpa kehidupan, di tanah yang retak, memanjang hingga 182 meter. Meski tak ada yang pernah melihat batu itu bergerak.
Kekuatan "magis" di balik batu bergerak ini telah menjadi misteri bagi para ilmuwan sejak hampir seabad lalu. Lokasi di mana fenomena itu terjadi, Racetrack Playa, terus menjadi daya tarik dan obyek penelitian. Kini, para geolog Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yakin, mereka telah menemukan jawabannya.
Ilmuwan yang berafiliasi dengan NASA, Doktor Ralph Lorenz yakin, batu-batu itu terbungkus lapisan es selama musim dingin. Lalu, ketika tanah di danau yang mengering menjadi becek, es itu memungkinkan batuan "meluncur" di atas lumpur. Dibantu terpaan angin gurun. Jejak luncuran itu lalu mengering di musim panas. Baca selengkapnya di tautan ini. (Ein)