Sukses

Cara Agen Rusia Cegah Kebocoran Rahasia Negara: Pakai Mesin Ketik

Pemerintah Rusia tak mau jadi korban aksi pembocor rahasia seperti yang dilakukan WikiLeaks dan Edward Snowden.

Para agen Federalnaya Sluzhba Okhrany (FSO) yang bertanggung jawab atas keamanan Kantor Presiden Rusia di Kremlin punya cara untuk mencegah agar informasi rahasia tak bocor: memakai mesin ketik.

Mereka tak mau Pemerintah Rusia jadi korban aksi pembocor rahasia seperti yang dilakukan WikiLeaks dan Edward Snowden.

Pembelian mesin ketik listrik senilai  486.540 rubel atau Rp 143 juta dimintakan oleh FSO, seperti tertera dalam situs pengadaan negara.

Sejauh ini, seperti dimuat BBC, Jumat (12/7/2013), FSO secara resmi belum menjelaskan mengapa pihaknya butuh peralatan "jadul" itu.

Namun seorang agen, kepada koran Izvestiya mengatakan, tujuannya adalah mencegah kebocoran dari perangkat keras komputer.

"Setelah skandal penyebaran dokumen rahasia oleh WikiLeaks, pengungkapan oleh Edward Snowden, dan laporan tentang Dmitry Medvedev yang disadap saat menghadiri KTT G20 London tahun 2009, kami memutuskan untuk mencari alternatif pembuatan dokumen tertulis yang tak mudah bocor," kata dia.

Sumber itu juga menambahkan, mesin ketik sudah digunakan secara luas di Kementerian Pertahanan dan Kondisi Darurat untuk menyusun catatan rahasia. Bahkan, sejumlah laporan yang disiapkan untuk Presiden Putin diketik menggunakan mesin ketik. Bukan komputer.

Sebelumnya, sejumlah pembocoran dokumen rahasia membikin Pemerintah Amerika Serikat pusing bukan kepalang. Setelah jadi "bulan-bulanan" situs pembocor WikiLeaks, belakangan muncul Mr Snowden, mantan kontraktor CIA yang membocorkan ribuan data rahasia intelijen AS.

Ia kini kabur dari AS. Setelah dideteksi berada di Hong Kong, Snowden diyakini masih berada di Bandara Moskow -- meski di mana batang hidung pria berkacamata itu tak bisa dipastikan.

Sementara, WikiLeaks menjadi berita utama dunia pada tahun 2010 karena merilis ribuan kabel diplomatik AS, termasuk file rahasia yang berkaitan dengan perang di Irak dan Afghanistan. (Ein/Sss)
Video Terkini