Ulah gadis asal Brasil, Catarina Migliorini sempat menghebohkan dunia, membuat para orangtua mengelus dada: amit-amit. Ia melelang keperawanannya secara online, yang berakhir Oktober 2012 lalu di angka US$ 780 ribu atau sekitar Rp 7,49 miliar. Pemenangnya adalah seorang pria Jepang bernama Natsu.
Namun, baru-baru ini, Catarina kembali muncul. Kali ini, perempuan 21 tahun itu mengaku sebagai korban.
Kepada Huffington Post, ia mengaku ditipu pembuat film dokumenter Justin Sisely, demi publisitas film "Virgins Wanted".
Aku merasa dikorbankan... Aku ditipu oleh Justin Sisely," kata dia seperti dimuat News.com.au, Jumat (12/7/2013). "Aku yakin dia sedang mencoba menipuku dan juga orang lain."
Setelah lelang berakhir, dikabarkan seorang pria Jepang berusia 53 tahun yang dipanggil "Natsu" keluar sebagai pemenang.
Namun, kata Catarina, saat ia pergi ke sebuah restoran di Sydney, Australia untuk bertemu dengannya, pria yang ia temui di sana tak sesuai dengan deskripsi yang dibeikan Sisely. Mereka juga tak berhubungan seks.
Kekecewaan yang lain, Catarina menambahkan, ia dijanjikan 20 persen dari keuntungan film dokumenter ditambah nilai lelang. Tapi ia tak mendapatkan apapun.
Catarina belakangan juga yakin, Natsu "si pemenang lelang" tak pernah ada. Sosok fiktif. "Aku masih perawan," akunya.
Sementara, sebagai pihak tertuduh, Justin Sisely membantah klaim Catarina. "Kami punya rekaman untuk membuktikannya," kata dia.
Sisely menambahkan, Catarina sudah memutuskan kontrak sebagai aktris dalam filmnya.
Dalih Membantu Orang Lain
Catarina bikin heboh pada September 2012 lalu, saat mengumumkan ia melelang keperawanannya pada dunia.
Mahasiswi pendidikan jasmani itu berdalih, uang hasil lelang akan dia gunakan untuk membangun rumah untuk keluarga miskin.
Toh demikian, tindakan Catarina memicu kemarahan di seluruh dunia. Banyak yang mencercanya bahwa dia tidak lebih seorang pelacur.
Tapi, Catarina mengatakan apa yang dilakukannya tak lebih dari sekadar bisnis biasa. "Saya memiliki kesempatan untuk bepergian keluar negeri, ambil bagian dalam film, dan itu bonus yang saya dapatkan," kata dia, enteng.
Dia membela diri, jika seseseorang melakukan hal semacam ini hanya sekali dalam hidup, maka tidaklah bisa dihakimi sebagai pelacur. Sama halnya, kata dia, seperti seseorang yang mengambil sebuah foto yang menakjubkan. Karya cuma sekali itu tidak lantas membuat dia bisa disebut sebagai fotografer.
"Lelang ini hanyalah bisnis. Saya adalah seorang gadis romantis yang percaya pada cinta. Tapi, tindakan ini akan membawa perubahan besar di daerah asal saya," kata Catarina kepada suratkabar Folha. (Ein/Sss)
Namun, baru-baru ini, Catarina kembali muncul. Kali ini, perempuan 21 tahun itu mengaku sebagai korban.
Kepada Huffington Post, ia mengaku ditipu pembuat film dokumenter Justin Sisely, demi publisitas film "Virgins Wanted".
Aku merasa dikorbankan... Aku ditipu oleh Justin Sisely," kata dia seperti dimuat News.com.au, Jumat (12/7/2013). "Aku yakin dia sedang mencoba menipuku dan juga orang lain."
Setelah lelang berakhir, dikabarkan seorang pria Jepang berusia 53 tahun yang dipanggil "Natsu" keluar sebagai pemenang.
Namun, kata Catarina, saat ia pergi ke sebuah restoran di Sydney, Australia untuk bertemu dengannya, pria yang ia temui di sana tak sesuai dengan deskripsi yang dibeikan Sisely. Mereka juga tak berhubungan seks.
Kekecewaan yang lain, Catarina menambahkan, ia dijanjikan 20 persen dari keuntungan film dokumenter ditambah nilai lelang. Tapi ia tak mendapatkan apapun.
Catarina belakangan juga yakin, Natsu "si pemenang lelang" tak pernah ada. Sosok fiktif. "Aku masih perawan," akunya.
Sementara, sebagai pihak tertuduh, Justin Sisely membantah klaim Catarina. "Kami punya rekaman untuk membuktikannya," kata dia.
Sisely menambahkan, Catarina sudah memutuskan kontrak sebagai aktris dalam filmnya.
Dalih Membantu Orang Lain
Catarina bikin heboh pada September 2012 lalu, saat mengumumkan ia melelang keperawanannya pada dunia.
Mahasiswi pendidikan jasmani itu berdalih, uang hasil lelang akan dia gunakan untuk membangun rumah untuk keluarga miskin.
Toh demikian, tindakan Catarina memicu kemarahan di seluruh dunia. Banyak yang mencercanya bahwa dia tidak lebih seorang pelacur.
Tapi, Catarina mengatakan apa yang dilakukannya tak lebih dari sekadar bisnis biasa. "Saya memiliki kesempatan untuk bepergian keluar negeri, ambil bagian dalam film, dan itu bonus yang saya dapatkan," kata dia, enteng.
Dia membela diri, jika seseseorang melakukan hal semacam ini hanya sekali dalam hidup, maka tidaklah bisa dihakimi sebagai pelacur. Sama halnya, kata dia, seperti seseorang yang mengambil sebuah foto yang menakjubkan. Karya cuma sekali itu tidak lantas membuat dia bisa disebut sebagai fotografer.
"Lelang ini hanyalah bisnis. Saya adalah seorang gadis romantis yang percaya pada cinta. Tapi, tindakan ini akan membawa perubahan besar di daerah asal saya," kata Catarina kepada suratkabar Folha. (Ein/Sss)