Malala Yousafzai baru berusia kurang dari 15 tahun, saat para pria bersenjata sekonyong-konyong melompat masuk ke bus sekolah yang ia naiki, meneriakkan namanya, dan lantas menyarangkan peluru tajam di kepalanya, 9 Oktober 2012 lalu.
Gadis belia sudah dianggap ancaman yang menentang militan Taliban yang melarang perempuan mengenyam pendidikan. Dunia pun mengutuk keras serangan itu. Untung nyawa Malala selamat.
Baru-baru ini terkuak keberadaan sepucuk surat ditujukan kepada Malala. Pengirimnya seorang komandan senior Taliban.
Surat yang dikaitkan dengan komandan bernama Adnan Rashid dirilis hanya beberapa hari setelah Malala menyampaikan pidato emosionalnya di PBB, meminta agar hak-hak pendidikan bagi semua anak dipenuhi.
Dalam suratnya, Adnan Rashid menyebut Malala menjadi target bukan karena ia mengadvokasi hak pendidikan bagi anak perempuan. Namun, karena kritik kerasnya terhadap Taliban.
"Taliban meyakini, kau sengaja menulis untuk melawan mereka, dan melakukan kampanye kotor untuk memfitnah usaha mereka untuk mendirikan sistem Islam di Lembah Swat. Dan tulisan-tulisanmu dianggap provokatif," demikian surat bertanggal Senin lalu, yang dirilis CNN dari seorang sumber intelijen Pakistan.
"Kau telah mengatakan dalam pidatomu ... bahwa pena lebih tajam dari pedang. Jadi mereka menyerang "pedangmu", bukan buku atau sekolah," demikian dikabarkan CNN, Kamis (18/7/2013).
CNN belum mengkonfirmasi keaslian surat berbahasa Inggris itu, namun keabsahannya dibenarkan pejabat intelijen Pakistan.
Adnan Rashid menjadi berita utama tahun lalu setelah Taliban membobol penjara Banu untuk mengeluarkannya. Ia divonis seumur hidup pada 2003 menyusul pengakuannya berperan dalam rencana pembunuhan mantan Presiden Pervez Musharraf. Sekitar 400 narapidana ikut melarikan diri dalam insiden itu.
Dalam suratnya, Rashid mengaku menulis sebagai pribadi, bukan pemimpin Taliban. Ia mengaku terkejut dengan kejadian penembakan Malala. Dan menyatakan penyesalannya bahwa ia tidak sempat memperingatkan Malala sebelum peristiwa itu.
Surat itu juga mengklaim, Taliban mendukung pendidikan untuk perempuan, asal sesuai dengan hukum Islam.
Rashid juga meminta Malala kembali ke Pakistan. "Gunakan penamu untuk Islam dan nasib umat muslim."
Belum ada tanggapan Malala soal surat tersebut. Namun, utusan khusus PBB untuk pendidikan global, Gordon Brown, mengecam surat itu.
"Tak bakal ada yang percaya kata-kata Taliban soal hak anak-anak perempuan seperti Malala untuk bersekolah dan mengenyam pendidikan -- sampai mereka (Taliban) berhenti membakar sekolah dan membantai para murid," kata dia dalam pernyataannya pada Rabu kemarin. (Ein/Yus)
Gadis belia sudah dianggap ancaman yang menentang militan Taliban yang melarang perempuan mengenyam pendidikan. Dunia pun mengutuk keras serangan itu. Untung nyawa Malala selamat.
Baru-baru ini terkuak keberadaan sepucuk surat ditujukan kepada Malala. Pengirimnya seorang komandan senior Taliban.
Surat yang dikaitkan dengan komandan bernama Adnan Rashid dirilis hanya beberapa hari setelah Malala menyampaikan pidato emosionalnya di PBB, meminta agar hak-hak pendidikan bagi semua anak dipenuhi.
Dalam suratnya, Adnan Rashid menyebut Malala menjadi target bukan karena ia mengadvokasi hak pendidikan bagi anak perempuan. Namun, karena kritik kerasnya terhadap Taliban.
"Taliban meyakini, kau sengaja menulis untuk melawan mereka, dan melakukan kampanye kotor untuk memfitnah usaha mereka untuk mendirikan sistem Islam di Lembah Swat. Dan tulisan-tulisanmu dianggap provokatif," demikian surat bertanggal Senin lalu, yang dirilis CNN dari seorang sumber intelijen Pakistan.
"Kau telah mengatakan dalam pidatomu ... bahwa pena lebih tajam dari pedang. Jadi mereka menyerang "pedangmu", bukan buku atau sekolah," demikian dikabarkan CNN, Kamis (18/7/2013).
CNN belum mengkonfirmasi keaslian surat berbahasa Inggris itu, namun keabsahannya dibenarkan pejabat intelijen Pakistan.
Adnan Rashid menjadi berita utama tahun lalu setelah Taliban membobol penjara Banu untuk mengeluarkannya. Ia divonis seumur hidup pada 2003 menyusul pengakuannya berperan dalam rencana pembunuhan mantan Presiden Pervez Musharraf. Sekitar 400 narapidana ikut melarikan diri dalam insiden itu.
Dalam suratnya, Rashid mengaku menulis sebagai pribadi, bukan pemimpin Taliban. Ia mengaku terkejut dengan kejadian penembakan Malala. Dan menyatakan penyesalannya bahwa ia tidak sempat memperingatkan Malala sebelum peristiwa itu.
Surat itu juga mengklaim, Taliban mendukung pendidikan untuk perempuan, asal sesuai dengan hukum Islam.
Rashid juga meminta Malala kembali ke Pakistan. "Gunakan penamu untuk Islam dan nasib umat muslim."
Belum ada tanggapan Malala soal surat tersebut. Namun, utusan khusus PBB untuk pendidikan global, Gordon Brown, mengecam surat itu.
"Tak bakal ada yang percaya kata-kata Taliban soal hak anak-anak perempuan seperti Malala untuk bersekolah dan mengenyam pendidikan -- sampai mereka (Taliban) berhenti membakar sekolah dan membantai para murid," kata dia dalam pernyataannya pada Rabu kemarin. (Ein/Yus)