Sukses

Amrozi, <i>The Smiling Assassin</i>

Warga Australia lebih mengenal Amrozi dibanding tersangka Bom Bali lainnya. Mereka menjuluki Amrozi sebagai The Smiling Assassin. Warga Bali di Melbourne akan menggelar doa khusus untuk arwah para korban.

Liputan6.com, Melbourne: Hentakan house music di Sari Club Legian, Bali, terus menggema dalam keremangan. Puluhan turis asyik bergoyang. Larut dalam keceriaan. Di sana sini dalam ruangan terdengar canda tawa. Sampai suatu ketika... Boom! Bumi terguncang. Potongan tubuh manusia terlempar. Api membumbung tinggi, menjilat liar. Darah berceceran. Sontak, canda tawa berganti tangis. Keceriaan berbuah duka. Kejadian itu persis setahun silam sejak hari ini, 12 Oktober 2003.

Peristiwa berdarah itu membuat dunia marah. Pun dengan Australia, sebab sebagian besar korban dalam tragedi itu adalah warga Negara Kanguru. Media massa di negeri itu habis-habisan mengekspos cerita duka dari Bali. Intinya, mereka meminta pemerintah Indonesia mengusut tuntas kejadian biadab tersebut.

Harapan mereka berbuah ketika, pelan tapi pasti, Polri mulai mengendus bahkan menemukan jejak para pelaku peledakan. Belakangan, Polri malah bisa menggelandang satu per satu, sampai dalang peristiwa tersebut: Imam Samudra. Sukses ini tak luput dari bidikan pers Australia. Bahkan media di sana memberikan porsi lebih besar ketika untuk kali pertama kasus ini disidangkan dengan tersangka Amrozi. Lelaki asal Lamongan, Jawa Timur, itu menjadi headline [baca: Persidangan Amrozi Mendapat Perhatian Pers Australia].

Bahkan, popularitas Amrozi jauh lebih hebat ketimbang tersangka lainnya, termasuk Iman Samudra. Bom Bali adalah Amrozi. The Smiling Assassin, demikian julukan buat pemuda berbadan kurus ini. Faktanya memang demikian: Amrozi murah senyum. Yang aneh, meski warga Australia marah, namun mereka tak menghendaki Amrozi cs dihukum mati. Alasannya hukuman seperti itu sudah lama dicabut dari bumi Australia.

Dan, kini setelah satu tahun berlalu, warga Australia kembali memusatkan perhatian ke Pulau Dewata. Pun demikian dengan media massa di sana. Mereka pasang kuping dan telinga untuk merekam peringatan setahun kejadian berdarah tersebut. Apalagi Perdana Menteri John Howard juga terbang ke Bali untuk memperingati acara itu [baca: Meski Khawatir Howard Tetap ke Bali]. Alhasil semua bidikan publik di sana kembali melayang ke Bali.

Kenyataan tersebut dibenarkan Produser Radio ABC Australia Nuim Hayat. Dia mengaku selama di Australia, tak pernah melihat antusiasme warga yang sebesar ini. Bahkan, Parlemen Australia sempat menghentikan kegiatan selama 88 detik untuk mengheningkan cipta. Waktu 88 detik sengaja dipilih untuk menghormati 88 warga Australis yang tewas dalam tragedi itu.

Apresiasi besar tadi bisa dimaklumi. Sebab selama ini warga Australia selalu tenang-tenang. Sampai kejadian di Bali menyentak mereka. Kini warga di sana sadar, negara mereka yang letaknya jauh dari dunia lain ternyata juga tak luput dari ancaman. "Pernyataan tempat jin buang anak untuk menggambarkan Australia kini tak berlaku," kata Nuim.

Warga Bali di Melbourne, siang ini waktu setempat juga rencananya menggelar upacara sejenis seperti di Legian. Mereka akan menggelar upacara khusus dan doa bersama untuk mengenang arwah para korban. Sedangkan menyikapi ketidakhadiran Presiden Megawati Sukarnoputri di Legian, warga Australia sepertinya tak ambil pusing. Apalagi mereka mengetahui kalau gubernur Bali sudah secara khusus meminta Megawati tak usah datang ke Legian. "Mereka sudah memahami itu," jelas Nuim.(ICH/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini