Makanan gratis yang dibagikan di sebuah sekolah dasar di negara bagian Bihar, India, berujung maut. Sebanyak 22 murid tewas, 47 lainnya sakit akibat mengonsumsi nasi campur kedelai yang diduga tercemar pestisida pada Selasa lalu.
Kini 19 jasad bocah-bocah malang dimakamkan bersamaan, di area sekolah. Para orangtua yang berduka dan marah ingin makam itu menjadi pengingat -- bahwa para korban tewas akibat ketidakpedulian pemerintah.
Sementara kepala sekolah sebagai penanggung jawab, justru tak tampak batang hitungnya dalam upacara pemakaman. Menuru aparat, Bu Kepsek di SD negeri di Dharmasati Gandaman, Distrik Saran itu kabur. Keberadaannya belum diketahui.
Pembagian makanan gratis dalam program Mid-Day Meal Scheme sejatinya bagus. Untuk melawan kelaparan dan meningkatkan angka kehadiran murid, yang menjangkau 120 juta anak di 1,2 juta sekolah di seluruh negeri. Namun, seringkali disiapkan asal-asalan, tak memperhatikan kebersihan. Itu yang jadi biang keladi.
Pemerintah Abai
Dari 19 jasad bocah yang dimakamkan, 3 di antaranya dikebumikan di dalam area sekolah, 16 lainnya berada di wilayah di dekatnya.
"Orang-orang tak boleh lupa, anak-anak kami meninggal di dalam sekolahnya akibat ketidakpedulian pemerintah," kata Rangeela Prasad Yadav, seperti dimuat BBC, Kamis (18/7/2013). Cucunya yang berusia 11 tahun, Mamata, ikut tewas dalam musibah itu.
Lebih dari 100 penduduk menghadiri upacara pemakaman, lebih banyak lagi yang berkumpul di sekitarnya, ikut berduka cita.
Sementara, di dalam sekolah, buku-buku terlihat berserakan. Dan dapur, tempat makanan mematikan itu dimasak, hancur lebur dirusak penduduk desa yang murka.
Kemarahan akibat kematian massal yang dipicu keracunan meletup menjadi kerusuhan. Rabu lalu, ratusan orang tua murid dan penduduk desa membakar 4 mobil polisi hingga hangus.
Bersenjatakan kayu dan tongkat, mereka memblokade jalan dan rel kereta -- menghentikan laju kereta api. Tak hanya di Dharmasati Gandaman, ricuh juga terjadi di kota tetangga Chhapra -- di mana sebuah bus dibakar dan sejumlah properti milik pribadi dirusak.
Minyak Goreng Mencurigakan
Hasil penyelidikan menyebut, para korban menunjukkan gejala keracunan organo-phosphorus, yang sering digunakan sebagai pestisida.
Menteri Pendidikan Bihar, PK Shahi mengatakan, seorang koki mengaku, pihak sekolah membeli minyak goreng jenis baru yang "mencurigakan".
Keanehan minyak itu sudah dilaporkan ke kepala sekolah, sebagai penanggung jawab. Bu Kepsek mengatakan, "Itu minyak buatan rumah dan aman untuk digunakan".
Usut punya usut, ternyata minyak mencurigakan itu dibeli dari toko grosir yang dikelola suami kepala sekolah. Bu Kepsek, suaminya, anggota keluarga, dan seluruh pekerja sudah melarikan diri. (Ein/Sss)
Kini 19 jasad bocah-bocah malang dimakamkan bersamaan, di area sekolah. Para orangtua yang berduka dan marah ingin makam itu menjadi pengingat -- bahwa para korban tewas akibat ketidakpedulian pemerintah.
Sementara kepala sekolah sebagai penanggung jawab, justru tak tampak batang hitungnya dalam upacara pemakaman. Menuru aparat, Bu Kepsek di SD negeri di Dharmasati Gandaman, Distrik Saran itu kabur. Keberadaannya belum diketahui.
Pembagian makanan gratis dalam program Mid-Day Meal Scheme sejatinya bagus. Untuk melawan kelaparan dan meningkatkan angka kehadiran murid, yang menjangkau 120 juta anak di 1,2 juta sekolah di seluruh negeri. Namun, seringkali disiapkan asal-asalan, tak memperhatikan kebersihan. Itu yang jadi biang keladi.
Pemerintah Abai
Dari 19 jasad bocah yang dimakamkan, 3 di antaranya dikebumikan di dalam area sekolah, 16 lainnya berada di wilayah di dekatnya.
"Orang-orang tak boleh lupa, anak-anak kami meninggal di dalam sekolahnya akibat ketidakpedulian pemerintah," kata Rangeela Prasad Yadav, seperti dimuat BBC, Kamis (18/7/2013). Cucunya yang berusia 11 tahun, Mamata, ikut tewas dalam musibah itu.
Lebih dari 100 penduduk menghadiri upacara pemakaman, lebih banyak lagi yang berkumpul di sekitarnya, ikut berduka cita.
Sementara, di dalam sekolah, buku-buku terlihat berserakan. Dan dapur, tempat makanan mematikan itu dimasak, hancur lebur dirusak penduduk desa yang murka.
Kemarahan akibat kematian massal yang dipicu keracunan meletup menjadi kerusuhan. Rabu lalu, ratusan orang tua murid dan penduduk desa membakar 4 mobil polisi hingga hangus.
Bersenjatakan kayu dan tongkat, mereka memblokade jalan dan rel kereta -- menghentikan laju kereta api. Tak hanya di Dharmasati Gandaman, ricuh juga terjadi di kota tetangga Chhapra -- di mana sebuah bus dibakar dan sejumlah properti milik pribadi dirusak.
Minyak Goreng Mencurigakan
Hasil penyelidikan menyebut, para korban menunjukkan gejala keracunan organo-phosphorus, yang sering digunakan sebagai pestisida.
Menteri Pendidikan Bihar, PK Shahi mengatakan, seorang koki mengaku, pihak sekolah membeli minyak goreng jenis baru yang "mencurigakan".
Keanehan minyak itu sudah dilaporkan ke kepala sekolah, sebagai penanggung jawab. Bu Kepsek mengatakan, "Itu minyak buatan rumah dan aman untuk digunakan".
Usut punya usut, ternyata minyak mencurigakan itu dibeli dari toko grosir yang dikelola suami kepala sekolah. Bu Kepsek, suaminya, anggota keluarga, dan seluruh pekerja sudah melarikan diri. (Ein/Sss)