Sukses

Swedia Buat Mesin Ubah Keringat Jadi Air Minum, Bernyali Coba?

Terinspirasi dari teknologi yang pernah diciptakan NASA untuk mendaur ulang urine dan keringat manusia.

Ada ancaman yang sama atau bahkan lebih mengerikan dari krisis energi, yakni kekurangan air bersih. Dalam rangka mengurangi masalah kurang air di Afrika dan Asia, tim ahli teknologi asal Swedia menciptakan mesin unik, yang mengubah keringat menjadi air minum.

Seperti dimuat Oddity Central, Senin (22/7/2013), mesin bernama "Sweat Machine" itu terinspirasi dari teknologi yang pernah diciptakan NASA untuk mendaur ulang urine dan keringat manusia hingga bisa diminum, khususnya untuk kepentingan kru di luar angkasa.

Alat yang dihasilkan tim yang dipimpinn Andreas Hammar memeras keringat dari pakaian manusia yang memiliki unsur air sebesar 99%.

"Sebuah kaus biasanya menyerap 10 ml keringat," kata Hammar kepada BBC.

Begini cara kerjanya: pakaian penuh peluh itu dilemparkan ke dalam mesin pengering. Mesin itu mengumpulkan keringat hingga tetes terakhir. Lalu, keringat itu dipanaskan dengan sinar ultra violet dan melewati berbagai jenis filter berteknologi tinggi hingga menghilangkan unsur garam juga bakteri di dalamnya.

Pada tahap akhir dari proses pemurnian, air itu melewati filter yang biasa digunakan untuk menyaring bubuk kopi, untuk menghilangkan setiap serat tekstil tersisa dari pakaian.

Hasilnya adalah air suling yang sempurna untuk diminum. Meski berapa kapasitas keringat yang tepat untuk diproses di mesin pengering belum diketahui, para penemu mengatakan, dibutuhkan setumpuk penuh baju dan celana pendek berkeringat untuk menghasilkan setengah liter air minum.

Mungkin Sweat Machine tidak akan memecahkan masalah kekurangan air di dunia, tetapi UNICEF dan biro iklan Swedia Deportivo -- yang mendukung proyek cerdik ini yakin, setidaknya mesin itu menyadarkan masyarakat akan ancaman kekurangan air minum.

Sejauh ini lebih dari 500 orang telah menggunakan Sweat Machine. Bahkan, mesin itu akan digunakan pada peresmian Piala Gotha, turnamen sepak bola pemuda di Swedia. Mesin itu akan menghasilkan air minum dari kaus-kaus penuh keringat dari pemain sepakbola.

Papan Reklame Penghasil Air Minum

Selain Sweat Machine, pada Maret 2013 lalu, mesin penyedia air minum unik juga diresmikan di Peru.
Tim peneliti menciptakan billboard pintar yang bisa menyerap kelembaban udara yang tinggi menjadi air untuk 1,2 juta penduduk Lima yang  memang kekurangan air minum. Papan reklakme unik itu mampu menghasilkan 100 liter air per hari.

Kekurangan air dipicu oleh lokasi ibukota Lima yang terletak di ujung utara gurun terkering di dunia, Gurun Atacama. Curah hujannya hanya mencapai 1,3 cm per tahun.

Lima bergantung pada sumber air dari  pegunungan Andes dan limpahan dari gletser yang meleleh untuk kebutuhan air minum.

Dari 8,5 juta orang yang tinggal di Lima, 1,2 juta kekurangan air parah dan harus menimba air dari sumur -- padahal air tersebut diketahui tercemar -- atau mengandalkan truk air perusahaan swasta yang harganya tak punya patokan. Terserah yang jual.

Menyadari masalah kekurangan air yang mengerikan, Universitas Teknik dan Teknologi Lima mulai mencari cara untuk memecahkan masalah.

Pada saat yang sama, mereka juga memperhatikan tingkat kelembaban udara yang  rata-rata di kota ini mencapai 83%. Itu karena lokasinya di sepanjang Samudra Pasifik Selatan, pihak universitas bekerja sama dengan biro iklan Mayo DraftFCB untuk membuat billboard yang menarik perhatian publik, karena menghasilkan air dari udara tipis.

Papan reklame pertama dunia yang menghasilkan air dari kelembaban udara yang menangkap udara lembab. Setelah udara difilter akan masuk ke kondensor untuk membuat air. Penyaringan terakhir lewat filter karbon, lalu udara yang telah berubah menjadi udara itu dikumpulkan dalam tangki pusat.
 
Untuk saat itu, hanya ada 1 dari billboard dipasang di kilometer 89,5 di Pan-American Highway, tapi betapa berarti papan reklame itu bagi rakyat Lima.

Bayangkan jika berjuta-juta alat penghasil air minum ditempatkan di lokasi yang butuh air minum. (Ein/Sss)