Konflik pasca-penggulingan Presiden Mesir Mohammed Morsi kembali memakan korban jiwa. Sedikitnya 15 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi di pusat kota Kairo, pada Senin malam 29 Juli 2013.
"Perkelahian meletus saat pedagang berusaha memasang tenda mereka di luar toko kosmetik besar di Daerah Moski di Kairo Tengah. Dan pemilik toko tersebut menembak hingga tewas 2 di antara pedagang itu," kata petugas keamanan, seperti dimuat News.com.au, Selasa (30/7/2013).
Pedagang yang marah kemudian membakar toko tersebut. Si pemilik toko yang berada di dalam tewas bersama 12 pekerjanya. 5 Mobil pemadam pun bergegas ke lokasi dan berhasil memadamkan kebakaran sebelum api melahap toko lain di sebelahnya.
Personel kepolisian saat ini tengah menyisir daerah tersebut untuk menangkap pedagang yang terlibat dalam perkelahian berdarah itu.
Pada Jumat 26 Juli lalu, pertumpahan darah juga terjadi sekitar Masjid Rabaa al-Adawiya, Mesir. Seperti dilaporkan BBC, lebih dari 100 orang tewas.
Morsi
Setelah dijungkalkan militer, Presiden Morsi ditahan. Pengadilan Mesir memutuskan untuk memeriksa mantan Presiden Mohammed Morsi selama 15 hari atas dugaan kerja sama dengan kelompok Hamas Palestina terkait serangan terhadap kantor polisi dan pembobolan penjara di Mesir pada awal 2011 lalu.
Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton datang ke Mesir untuk mengunjungi Morsi. Setelah bertemu Presiden Interim Mesir, Adly Mansour dan Menteri Pertahanan Mesir, Abdel-Fattah al-Sisi, Catherine meninggalkan Kairo menggunakan helikopter militer menuju ke lokasi yang dirahasiakan di mana Moursi ditahan.
White House
Banyak negara lain prihatin atas kondisi Mesir. Termasuk Amerika Serikat. Gedung Putih menyatakan kecamanannya atas pertumpahan darah yang terjadi di Mesir.
"Amerika Serikat mengecam kekerasan," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest. Dia pun meminta militer Mesir untuk menahan diri. Tidak melancarkan serangan senjata kepada para demonstran. (Riz/Ism)