Namanya 'Ulwaluko', tradisi sunat massal yang dilakukan Suku Xhosa di Afrika Selatan yang dilakukan antara bulan Mei dan Juli setiap tahun. Ritual ini khusus dilakukan untuk remaja pria yang beranjak dewasa.
Namun tradisi ini memakan banyak korban. Laporan terbaru, jumlah korban tewas Ulwaluko ini bertambah 2 kali lipat, dari 30 menjadi 60 orang. Sementara korban luka-luka mencapai 300 orang.
Jumlah korban tewas tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, 2012. Setahun lalu, ada 47 pemuda yang dinyatakan tewas.
Meski demikian, Ulwaluko belum juga diusut pemerintah setempat. Sudah berabad-abad, sunat massal ini diterapkan dengan alat yang cukup sadis, yakni tombak. Parahnya lagi, untuk memotong puluhan remaja, hanya menggunakan 1 tombak.
Maka tak pelak, infeksi dan mutilasi yang malah terjadi. Alih-alih berubah menjadi lebih dewasa dan terhindar dari penyakit, maut malah datang untuk sejumlah pemuda di sana.
Media lokal Sunday Times melaporkan, Rabu (31/7/2013), Rumah Sakit Holy Cross tak punya cukup tempat tidur untuk menampung para korban luka. Sebagian besar korban mengalami gangren. Ujung kelaminnya menghitam busuk hingga tak berfungsi.
Pemerintah Afrika Selatan menduga masih banyak korban lain. Namun mereka enggan melaporkannya karena gengsi dan takut dianggap lemah.
Sementara banyak pemuda yang kabur saat musim Ulwaluko. Tentu mereka takut mengalami hal serupa seperti yang telah menimpa pada seniornya.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Aaron Motsoaled mengatakan, praktik ritual sunat ini sudah berubah menjadi tindak kriminal. Bukan lagi suatu ritual budaya. Karenanya, pemerintah akan memberikan pelatihan kepada ahli medis tradisional yang mengeksekusi Ulwaluko.
Nelson Mandela
Sama dengan kebanyakan pemuda lain, mantan Presiden Afsel Nelson Mandela juga pernah menjalani ritual ini. Beruntung, khitannya tak mengalami hambatan.
Dalam buku otobiografinya, Mandela bercerita bagaimana pengalamannya ikut upacara sunat saat berusia 16 tahun.
"Tanpa sepatah kata, ia mengambil kulup saya. Menariknya ke depan dan dengan 1 gerakan digunakanlah tombak. Saya merasa seolah-olah peluru menembak pembuluh darah saya," tulis Mandela seperti dikutip Dailymail.
"Rasa sakit itu begitu kuat yang membuat saya mengubur dagu saya di dada saya. Beberapa detik tampaknya berlalu sebelum saya menangis dan kemudian saya sembuh dan berseru `Ndiyindoda!` (Saya seorang pria). (Riz/Yus)
Namun tradisi ini memakan banyak korban. Laporan terbaru, jumlah korban tewas Ulwaluko ini bertambah 2 kali lipat, dari 30 menjadi 60 orang. Sementara korban luka-luka mencapai 300 orang.
Jumlah korban tewas tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, 2012. Setahun lalu, ada 47 pemuda yang dinyatakan tewas.
Meski demikian, Ulwaluko belum juga diusut pemerintah setempat. Sudah berabad-abad, sunat massal ini diterapkan dengan alat yang cukup sadis, yakni tombak. Parahnya lagi, untuk memotong puluhan remaja, hanya menggunakan 1 tombak.
Maka tak pelak, infeksi dan mutilasi yang malah terjadi. Alih-alih berubah menjadi lebih dewasa dan terhindar dari penyakit, maut malah datang untuk sejumlah pemuda di sana.
Media lokal Sunday Times melaporkan, Rabu (31/7/2013), Rumah Sakit Holy Cross tak punya cukup tempat tidur untuk menampung para korban luka. Sebagian besar korban mengalami gangren. Ujung kelaminnya menghitam busuk hingga tak berfungsi.
Pemerintah Afrika Selatan menduga masih banyak korban lain. Namun mereka enggan melaporkannya karena gengsi dan takut dianggap lemah.
Sementara banyak pemuda yang kabur saat musim Ulwaluko. Tentu mereka takut mengalami hal serupa seperti yang telah menimpa pada seniornya.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Aaron Motsoaled mengatakan, praktik ritual sunat ini sudah berubah menjadi tindak kriminal. Bukan lagi suatu ritual budaya. Karenanya, pemerintah akan memberikan pelatihan kepada ahli medis tradisional yang mengeksekusi Ulwaluko.
Nelson Mandela
Sama dengan kebanyakan pemuda lain, mantan Presiden Afsel Nelson Mandela juga pernah menjalani ritual ini. Beruntung, khitannya tak mengalami hambatan.
Dalam buku otobiografinya, Mandela bercerita bagaimana pengalamannya ikut upacara sunat saat berusia 16 tahun.
"Tanpa sepatah kata, ia mengambil kulup saya. Menariknya ke depan dan dengan 1 gerakan digunakanlah tombak. Saya merasa seolah-olah peluru menembak pembuluh darah saya," tulis Mandela seperti dikutip Dailymail.
"Rasa sakit itu begitu kuat yang membuat saya mengubur dagu saya di dada saya. Beberapa detik tampaknya berlalu sebelum saya menangis dan kemudian saya sembuh dan berseru `Ndiyindoda!` (Saya seorang pria). (Riz/Yus)