Rabu 31 Juli merupakan hari besar bagi masyarakat Zimbabwe. Sebab pada tanggal itu, dilangsungkan pemilihan umum yang akan menentukan pemimpin baru antara Presiden veteran Robert Mugabe dengan Perdana Menteri Morgan Tsvangirai.
Banyak kalangan menilai Tsvangirai tak akan berhasil dalam usahanya menggulingkan Mugabe (89), yang telah menjalankan Afrika bagian selatan sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1980. Namun kedua kubu tetap optimis memenangkan pemilihan tersebut.
Â
Meski demikian, beredar kabar bahwa terjadi kecurangan dalam proses pemilu tersebut. Mendengar hal itu, Mugabe membantahnya dan akan men gakuinya dengan besar hati jika memang ia kalah nanti.
"Saya yakin rakyat akan memilih secara bebas dan adil," katanya kepada wartawan setelah memberikan suara di sebuah sekolah di Kota Highfields, Harare.
"Tidak ada tekanan yang diberikan pada siapa pun," sambungnya.
Pada pemilihan yang dibuka pada pukul 07.00 hingga 19.00 waktu setempat, masyarakat Zimbabwe pun rela mengantre panjang dalam cuaca dingin bahkan sebelum terbit fajar.
Pada satu tempat pemungutan suara di provinsi timur Manicaland, para pemilih yang mengantre sepanjang 1 km pun terbungkus selimut.
Optimis
Komisi Pemilihan mengatakan secara nasional jumlah pemilih tinggi, tetapi dengan tidak ada rincian pemilih antara daerah perkotaan dan pedesaan, maka tidak mungkin untuk mengatakan apakah ini akan menguntungkan Mugabe atau penantangnya tang berumur 61 tahun.
Di Harare, pusat dukungan untuk Tsvangirai dan Gerakan untuk Perubahan Demokratik (MDC) partai begitu optimis.
"Kami di sini untuk memilih, dan saya yakin masyarakat Harare akan memimpin perubahan," kata John Phiri, seorang pembersih rumah di sebuah TPS di wilayah pinggiran Mount Pleasant.
Begitu pula dengan Tsvangirai, yang memberikan suara di sebuah sekolah tinggi Harare yang berharap untuk menang dengan perolehan "cukup menyolok".
Sekitar 6,4 juta orang, atau setengah dari populasi, terdaftar untuk memilih pemimpin Zimbabwe baru. Sementara hasil pemilu tersebut diperkirakan rampung dalam 5 hari. (Tnt)
Banyak kalangan menilai Tsvangirai tak akan berhasil dalam usahanya menggulingkan Mugabe (89), yang telah menjalankan Afrika bagian selatan sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1980. Namun kedua kubu tetap optimis memenangkan pemilihan tersebut.
Â
Meski demikian, beredar kabar bahwa terjadi kecurangan dalam proses pemilu tersebut. Mendengar hal itu, Mugabe membantahnya dan akan men gakuinya dengan besar hati jika memang ia kalah nanti.
"Saya yakin rakyat akan memilih secara bebas dan adil," katanya kepada wartawan setelah memberikan suara di sebuah sekolah di Kota Highfields, Harare.
"Tidak ada tekanan yang diberikan pada siapa pun," sambungnya.
Pada pemilihan yang dibuka pada pukul 07.00 hingga 19.00 waktu setempat, masyarakat Zimbabwe pun rela mengantre panjang dalam cuaca dingin bahkan sebelum terbit fajar.
Pada satu tempat pemungutan suara di provinsi timur Manicaland, para pemilih yang mengantre sepanjang 1 km pun terbungkus selimut.
Optimis
Komisi Pemilihan mengatakan secara nasional jumlah pemilih tinggi, tetapi dengan tidak ada rincian pemilih antara daerah perkotaan dan pedesaan, maka tidak mungkin untuk mengatakan apakah ini akan menguntungkan Mugabe atau penantangnya tang berumur 61 tahun.
Di Harare, pusat dukungan untuk Tsvangirai dan Gerakan untuk Perubahan Demokratik (MDC) partai begitu optimis.
"Kami di sini untuk memilih, dan saya yakin masyarakat Harare akan memimpin perubahan," kata John Phiri, seorang pembersih rumah di sebuah TPS di wilayah pinggiran Mount Pleasant.
Begitu pula dengan Tsvangirai, yang memberikan suara di sebuah sekolah tinggi Harare yang berharap untuk menang dengan perolehan "cukup menyolok".
Sekitar 6,4 juta orang, atau setengah dari populasi, terdaftar untuk memilih pemimpin Zimbabwe baru. Sementara hasil pemilu tersebut diperkirakan rampung dalam 5 hari. (Tnt)