Seorang pemuda Australia berusia 19 tahun berusaha untuk memecahkan rekor dunia Guinness World Record sebagai orang termuda yang terbang solo ke seluruh dunia.
Ryan Campbell, nama pemuda itu, mengawali perjalanannya dari Merimbula pada 29 Juni 2013. Jika berhasil, Ryan akan menggeser posisi pilot muda asal Amerika, Jack Wiegand. Jack mencatat rekor dunia pada awal Juni 2013 lalu dengan menyelesaikan penerbangan dunia pada usia termuda, 21 tahun.
Dalam perjalanan yang dijuluki 'Teen World Flight' , Ryan akan mendarat di 28 destinasi di 14 negara, yang ada di 5 benua. Perjalanan dunia itu akan menempuh jarak sekitar 24.500 mil atau 39.429 km.
Perjalanan yang menelan biaya sekitar 250 ribu dolar Australia atau Rp 2,3 miliar mendapat dukungan sponsor, baik perusahaan besar dan perusahaan lokal, juga bantuan dari penerbang swasta, Dick Smith. Sponsor cukup besar juga diterima dari Frogs Hollow Aero Club.
"Aku bersyukur banyak sponsor yang mendukung acara ini. Juga begitu banyak orang yang memberiku semangat. Mulai dari keluarga, teman-teman, juga instrukturku, Alan Lindsay. Tentu saja pemilik Merimbula Air Services yang juga pamanku, Andy Campbell," ujar Ryan seperti dikutip Merimbula Weekly News, dan dilansir News.com.au, Kamis (1/8/2013).
Ryan sudah jatuh cinta pada dunia penerbangan sejak ia masih berusia 6 tahun. Obsesinya membuatnya mampu terbang solo tepat di ulang tahunnya yang ke-15. Sebab, saat umur 15 barulah seseorang dibolehkan terbang sendiri.
Perjalanan itu sudah direncanakan dua tahun sebelumnya. Ryan berharap upayanya tak sia-sia dan masuk dalam rekor dunia.
"Aku harus mengecek persediaan bahan bakarku setiap mendarat. Sebab, jika cuaca buruk, aku akan kehilangan manajemen kontrol untuk persediaan bahan bakarku," ujar Ryan. Ryan juga sudah mengajukan visa untuk melewati imigrasi setiap negara.
Memang ada sedikit waktu untuk menikmati negara yang dituju, tetapi dia tak akan bisa bersenang-senang. "Perjalanan ini akan menjadi perjalanan non-stop. Waktuku akan habis untuk perencanaan, pemeliharaan rutin, juga persiapan untuk terbang ke negara selanjutnya."
Penerbangan pertamanya dari Wollongong menuju Pulau Norfolk, pulau kecil di antara New Zealand dan New Caledonia. Perjalanan dengan pesawat yang ditempuh Ryan beragam, mulai dari 20 menit hingga 14 jam. Namun, rata-rata lama terbangnya adalah sekitar 8-9 jam.
Indonesia Termasuk Tantangan
Penerbangan solo memang tak mudah. Ryan mengaku, kondisi beberapa negara yang menurutnya akan menjadi tantangan tersendiri dalam penerbangan keliling dunia pertamanya.
"Yang ketiga terakhir dari perjalanan akan menjadi yang paling menantang, Mesir, Oman, Sri Lanka, dan Indonesia. Sepertinya negara-negara itu tak begitu familiar dengan penerbangan mengelilingi dunia. Jadi aku perlu memikirkan masalah keamanan untuk diriku juga pesawat tercintaku, Cirrus," kata Ryan.
Kendala lain adalah bahasa. Memang Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa resmi penerbangan internasional, tetapi kadang ada juga negara yang mengucapkan bahasa negara mereka masing-masing.
"Tapi aku yakin, jika aku berbicara dengan Bahasa Inggris, pihak pengontrol lalu lintas udara atau pilot akan membalasku dengan bahasa yang sama," ujar Ryan.
Setiap harinya, Ryan akan membuat daftar peralatan apa saja yang diperlukan, seperti berapa botol air kemasan yang harus diminum setiap dia mengunjungi suatu negara.
Jika semua berjalan lancar, Ryan akan kembali di Wollongong, Illawarra, New South Wales pada 7 September. Lalu, akan bertolak ke rumahnya di Merimbula, Sapphire Coast, New South Wales pada hari berikutnya.
"Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan," kata Ryan.
Selain memecahkan rekor dunia, penerbangan Ryan juga bertujuan untuk mengumpulkan dana sebesar 50 ribu dolar Australia atau Rp 460 juta untuk event ‘Dare 2 Dream’. Untuk memberikan 10 beasiswa kepada remaja Australia yang ingin menjadi relawan di luar negeri. (Ein/Sss)
Ryan Campbell, nama pemuda itu, mengawali perjalanannya dari Merimbula pada 29 Juni 2013. Jika berhasil, Ryan akan menggeser posisi pilot muda asal Amerika, Jack Wiegand. Jack mencatat rekor dunia pada awal Juni 2013 lalu dengan menyelesaikan penerbangan dunia pada usia termuda, 21 tahun.
Dalam perjalanan yang dijuluki 'Teen World Flight' , Ryan akan mendarat di 28 destinasi di 14 negara, yang ada di 5 benua. Perjalanan dunia itu akan menempuh jarak sekitar 24.500 mil atau 39.429 km.
Perjalanan yang menelan biaya sekitar 250 ribu dolar Australia atau Rp 2,3 miliar mendapat dukungan sponsor, baik perusahaan besar dan perusahaan lokal, juga bantuan dari penerbang swasta, Dick Smith. Sponsor cukup besar juga diterima dari Frogs Hollow Aero Club.
"Aku bersyukur banyak sponsor yang mendukung acara ini. Juga begitu banyak orang yang memberiku semangat. Mulai dari keluarga, teman-teman, juga instrukturku, Alan Lindsay. Tentu saja pemilik Merimbula Air Services yang juga pamanku, Andy Campbell," ujar Ryan seperti dikutip Merimbula Weekly News, dan dilansir News.com.au, Kamis (1/8/2013).
Ryan sudah jatuh cinta pada dunia penerbangan sejak ia masih berusia 6 tahun. Obsesinya membuatnya mampu terbang solo tepat di ulang tahunnya yang ke-15. Sebab, saat umur 15 barulah seseorang dibolehkan terbang sendiri.
Perjalanan itu sudah direncanakan dua tahun sebelumnya. Ryan berharap upayanya tak sia-sia dan masuk dalam rekor dunia.
"Aku harus mengecek persediaan bahan bakarku setiap mendarat. Sebab, jika cuaca buruk, aku akan kehilangan manajemen kontrol untuk persediaan bahan bakarku," ujar Ryan. Ryan juga sudah mengajukan visa untuk melewati imigrasi setiap negara.
Memang ada sedikit waktu untuk menikmati negara yang dituju, tetapi dia tak akan bisa bersenang-senang. "Perjalanan ini akan menjadi perjalanan non-stop. Waktuku akan habis untuk perencanaan, pemeliharaan rutin, juga persiapan untuk terbang ke negara selanjutnya."
Penerbangan pertamanya dari Wollongong menuju Pulau Norfolk, pulau kecil di antara New Zealand dan New Caledonia. Perjalanan dengan pesawat yang ditempuh Ryan beragam, mulai dari 20 menit hingga 14 jam. Namun, rata-rata lama terbangnya adalah sekitar 8-9 jam.
Indonesia Termasuk Tantangan
Penerbangan solo memang tak mudah. Ryan mengaku, kondisi beberapa negara yang menurutnya akan menjadi tantangan tersendiri dalam penerbangan keliling dunia pertamanya.
"Yang ketiga terakhir dari perjalanan akan menjadi yang paling menantang, Mesir, Oman, Sri Lanka, dan Indonesia. Sepertinya negara-negara itu tak begitu familiar dengan penerbangan mengelilingi dunia. Jadi aku perlu memikirkan masalah keamanan untuk diriku juga pesawat tercintaku, Cirrus," kata Ryan.
Kendala lain adalah bahasa. Memang Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa resmi penerbangan internasional, tetapi kadang ada juga negara yang mengucapkan bahasa negara mereka masing-masing.
"Tapi aku yakin, jika aku berbicara dengan Bahasa Inggris, pihak pengontrol lalu lintas udara atau pilot akan membalasku dengan bahasa yang sama," ujar Ryan.
Setiap harinya, Ryan akan membuat daftar peralatan apa saja yang diperlukan, seperti berapa botol air kemasan yang harus diminum setiap dia mengunjungi suatu negara.
Jika semua berjalan lancar, Ryan akan kembali di Wollongong, Illawarra, New South Wales pada 7 September. Lalu, akan bertolak ke rumahnya di Merimbula, Sapphire Coast, New South Wales pada hari berikutnya.
"Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan," kata Ryan.
Selain memecahkan rekor dunia, penerbangan Ryan juga bertujuan untuk mengumpulkan dana sebesar 50 ribu dolar Australia atau Rp 460 juta untuk event ‘Dare 2 Dream’. Untuk memberikan 10 beasiswa kepada remaja Australia yang ingin menjadi relawan di luar negeri. (Ein/Sss)