Sukses

Mesir Berdarah, Menlu AS: Ini Pukulan Serius!

Menlu AS John Kerry sangat mengecam pertumpahan darah dan kerusuhan di Mesir.

Terjadinya insiden berdarah antara militer dan penguasa Mesir dengan pasukan pendukung presiden terguling Mohammed Morsi menuai reaksi keras dari Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Ia sangat mengecam pertumpahan darah dan kerusuhan di Mesir itu, dan menyebutnya sebagai 'pukulan serius' terhadap upaya rekonsiliasi di Negeri Piramida itu.

"Ini pukulan serius terhadap upaya rekonsiliasi dan harapan rakyat Mesir bagi peralihan ke arah demokrasi dan keterlibatan semua pihak," kata diplomat senior Amerika itu dalam pernyataan yang ia bacakan seperti dimuat di Xinhua, Kamis (15/8/2013).

"Kejadian pada Rabu 14 Agustus waktu setempat adalah hal buruk, dan semua itu bertentangan dengan aspirasi rakyat Mesir untuk perdamaian, keterlibatan semua pihak dan demokrasi murni," tambah Kerry.

Informasi dari Stasiun TV resmi pemerintah Mesir, sedikitnya 43 polisi meninggal dunia dan 211 lainnya cedera dalam bentrokan antara pendukung Moursi dalam upaya memukul mundur demonstran di Ibukota Mesir, Kairo.

Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan, tindakan memukul mundur di kamp pendukung Moursi telah mengakibatkan bentrokan di seluruh Mesir dan menewaskan tak kurang dari 149 orang dan melukai lebih dari 1.400 orang.

Namun media Al-Jazeera mengungkapkan, hingga Kamis ini korban tewas berjumlah 278 orang.

"Rakyat Mesir di dalam dan luar pemerintahan perlu melakukan tindakan untuk mundur. Mereka perlu meredakan situasi yang telah memanas dan menghindari lebih banyak korban jiwa berjatuhan," ungkap Kerry.

Dalam percakapan telepon Kerry dengan menteri luar negeri Mesir dan beberapa negara lain pada Rabu 14 Agustus, ia mengaku optimis dan yakin jalan ke arah penyelesaian politik Mesir masih terbuka dan memungkinkan untuk dilakukan.

Selain Kerry, Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest juga sempat mengeluarkan pernyataan kecaman terkait aksi kekerasan yang dilakukan militer Mesir terhadap demonstran. Ia pun mendesak semua pihak di Mesir agar menahan diri supaya tak terjadi kerusuhan lagi, dan menyelesaikan perbedaan pendapat mereka secara damai.

Pengikut Morsi telah berkemah di dua bundaran di Kairo guna menuntut pemulihan Morsi sebagai Presiden Mesir. Penggulingannya pada 3 Juli oleh militer telah memicu bentrokan mematikan.

Beberapa jam setelah aksi pukul mundur militer Mesir di kamp pendukung Morsi di Kairo, pemerintah sementara pun mengumumkan keadaan darurat di seluruh negeri selama 1 bulan. Selain itu, pemerintah juga menerapkan aturan jam malam, dan mengizinkan pasukan keamanan menangkap serta menahan warga sipil yang melanggar aturan tersebut.
   
Pemerintah Washington DC memilih untuk tidak mencap penggulingan Morsi sebagai kudeta. Untuk itu, mereka masih memungkinkan melanjutkan bantuan tahunan sebesar US$ 1,3 miliar untuk militer Mesir.

Namun menanggapi insiden berdarah tersebut, AS memutuskan untuk menghentikan pengiriman 4 pesawat tempur F-16 ke Kairo untuk menunjukkan rasa tidak senang dengan cara militer Mesir menangani pendukung Morsi. (Tnt/Sss)