Sukses

Mesir Berdarah, 4 Jurnalis Gugur

Di antara 200-an orang tewas dalam tragedi Mesir berdarah, ada 4 jurnalis meregang nyawa.

Di antara 200-an orang tewas dalam tragedi Mesir berdarah, ada 4 jurnalis meregang nyawa. Mereka gugur saat meliput bentrokan, menyusul aksi pukul mundur aparat Mesir terhadap pendukung Presiden terguling Mohemed Morsi di Bundaran Rabaa Al-Adawiya dan Alun-alun Al Nahdhah pada Rabu 14 Agustus waktu setempat. 1 Di antaranya wartawan asing dan 3 lainnya wartawan lokal.

Dimuat dalam Al Ahram Online, Kamis (15/8/2013), kemerawan Sky News Mick Deane gugur tertembak saat sedang meliput aksi pukul mundur pendukung Morsi di Rabaa Al-Adawiya. Namun anggota tim Sky News yang meliput bersama Mick dengan koresponden Timur Tengah Sam Kiley, dalam keadaan baik-baik saja dan tak terluka.

Mendengar berita duka itu, Perdana Menteri Inggris David Cameron pun segera menyatakan belasungkawanya melalui melalui Twitter.

"Saya sedih mendengar kematian juru kamera Mick Deane, meliputi kekerasan Mesir. Pikiran saya bersama keluarga dan tim Sky News," kicau Cameron di Twitter.

Mick yang berusia 61 tahun itu meninggalkan istri dan 2 anak.

Jurnalis lain yang menjadi korban adalah dari harian Mesir XPress, Habiba Ahmed Abd Elaziz. Wanita 26 tahun itu tertembak, juga saat berada di Rabaa Al-Adawiya Square pada Rabu pagi.

Pihak Gulf News, selaku media yang berdiri di induk yang sama dengan harian XPress yang berbasis di Dubai, menyatakan kesedihan atas kematian Abd Elaziz. Mereka mengungkapkan, Abd Elaziz gugur saat sedang tak bertugas. Ia sedang mengambil cuti tahunan.

Informasi yang diperoleh dari akun Facebook Abd Elaziz, ia ketika itu sedang menjadi pendukung Morsi, dan berada di Rabaa sebagai salah satu demonstran.

Sementara wakil editor XPress Mazhar Farooqui mengatakan, seluruh timnya sangat shock mengetahui berita kematian rekannya.

"Sulit untuk percaya dia telah meninggal. Dia sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan memiliki peluang karir yang menjanjikan ke depannya," ujar Mazhar.

Situs berita Rassd (RNN), jaringan media alternatif yang pro-Islam, juga melaporkan pada hari yang sama saat insiden berdarah terjadi, salah satu wartawan mereka yang bernama Mosab El-Shami meninggal karena tertembak.

"Rassd mengucapkan selamat dengan bangga kepada keluarga fotografer Mosab El-Shami, martir kebebasan dan martabat Mesir yang dibunuh oleh tangan pengkhianat saat meliput insiden berdarah di Rabaa, di tangan orang-orang yang dieksekusi secara kudeta," tulis pihak RNN pada halaman Facebook-nya.

Wartawan bernama Ahmed Abdel Gawad, yang menulis surat kabar yang dikelola negara, Al Akhbar juga dilaporkan tewas saat meliput aksi pukul mundur militer Mesir kepada pendukung Morsi di Rabaa. Serikat Jurnalis di Mesir, Egyptian Press Syndicate telah mengonfirmasi berita kematian Gawad, namun belum ada rincian mengenai penyebab pasti kematiannya.

Jadi Bulan-bulanan

Media Reuters juga melaporkan fotografer mereka, Asmaa Waguih, ditembak pada bagian kaki ketika meliput insiden pukul mundur pendukung Morsi di Rabaa. Namun kantor berita resmi pemerintah Mesir menyatakan Asmaa telah mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Koresponden untuk Daily Beast Mike Giglio yang berada di garis depan Rabaa saat meliput juga menjadi korban. Aparat Mesir menangkapnya tiba-tiba dan menjadikannya bulan-bulanan.

"Ditangkap, dipukuli oleh pasukan keamanan dan kemudian dikumpulkan di suatu tempat," tulis Mike melalui Twitter.

Lanjut Mike, polisi juga mengambil laptop miliknya, membukanya di tempat kejadian dan meninju wajahnya sampai diberikan password. "Dompet dan ponselku juga disita dan tidak dikembalikan," tambah Mike.

Seorang fotografer freelance Mesir Mahmoud Abou Zeid juga ditahan bersama Mike. Mike meyakini Mahmoud belum dibebaskan seperti dirinya.

"Pihak berwenang tahu benar aku seorang wartawan sambil menangkap saya ketika itu. Dengan alasan itu, tampaknya menjadi alasan untuk memberikanku beberapa pukulan ekstra," kenang Mike.

Kacau Balau

Reporter Ahram Online Bel Trew menggambarkan situasi saat aksi pukul mundur yang dilakukan oleh militer Mesir di Rabaa Al-Adawiya pada Rabu waktu setempat sangat mengerikan. Kondisi kacau-balau, peluru dari mana-mana. Sehingga Bel pun mengaku hanya bisa terus merunduk, guna melindunginya dari rentetan tembakan.

Komite Pelindung Wartawan (CPJ) pun mengeluarkan pernyataan berduka kematian Mick dari Sky News. Dan berharap tak ada lagi jurnalis-jurnasli yang menjadi korban saat meliput insiden serupa.

"Kami menyerukan kepada pemerintah Mesir untuk mengeluarkan perintah yang jelas kepada pasukan keamanan untuk menghormati hak wartawan, untuk bekerja secara bebas dan aman ketika meliput peristiwa di Kairo dan seluruh negeri," kata Deputi Direktur CPJ Robert Mahoney.

Pekan lalu, Asosiasi untuk Kebebasan Berpikir dan Berekspresi melaporkan 2 wartawan tewas dan 21 kasus kekerasan terhadap jurnalis di Mesir yang terjadi pada 26 Juni hingga 27 Juli 2013, sejak demonstrasi massa pendukung mantan presiden Mohamned Morsi mulai 'bersuara'.

Wartawan memang telah menjadi target serangan sejak 25 Januari, revolusi pada tahun 2011 di bawah kekuasaan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) dan di bawah naungan Morsi. (Tnt/Sss)