Suriah semakin menjadi sorotan sejak adanya serangan senjata kimia yang disebut-sebut dilakukan militer pemerintah. Badan perdamaian PBB pun mengutus tim untuk menyelidiki kebenaran penggunaan senjata kimia itu.
Namun tim investigasi tersebut disambut tembakan dari sekelompok sniper tak dikenal. Iring-iringan 6 mobil yang melintas di Damaskus diserang rentetan peluru. Tak ada yang terluka dalam insiden itu, namun salah satu mobil mereka rusak.
"Mobil pertama yang terkena tembakan sniper berkali-kali di zona perbatasan wilayah pemerintah dengan pemberontak," kata juru bicara PBB Martin Nesirky, seperti dimuat Al-Jazeera, Selasa (27/8/2013).
Dia menjelaskan, setelah insiden tersebut, para penyidik akan kembali ke tempat pemeriksaan setelah mengganti kendaraan.
Tim PBB berkunjung ke lokasi tempat dugaan penggunaan senjata kimia di kawasan pinggiran ibukota Damaskus untuk mengumpulkan bukti-bukti. Mereka rencananya akan memeriksa puing-puing dan mengambil sampel tanah, darah, maupun jaringan tubuh untuk uji laboratorium.
Presiden Suriah Bashar al-Assad telah memberi izin kepada tim penyidik untuk datang ke negaranya beberapa hari setelah munculnya desakan sejumlah negara.
Amerika Serikat dan Inggris sebelumnya mengatakan ada banyak bukti yang sudah dihancurkan dalam 5 lima hari setelah adanya dugaan penggunaan senjata kimia terhadap kelompok pemberontak.
Gejala Neurotoksin
Presiden lembaga bantuan kesehatan, MSF, Unni Karunakara mengatakan, mereka mendapat laporan ada 3 rumah sakit di Damaskus yang didatangi ribuan pasien dengan gejala neurotoksin.
"Mereka menunjukkan gejala-gejala seperti kejang, kemudian ada air liur berlebihan, pupil mata mengecil dan pandangan kabur serta gangguan pernafasan," jelasnya Karunakara, seperti dilansir BBC.
Pada Rabu 21 Agustus 2013 dini hari kemarin, sejumlah roket membawa gas beracun menghantam beberapa wilayah di pinggiran ibu kota Suriah, Damaskus, di antaranya wilayah Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar.
Akibatnya banyak korban jiwa berjatuhan dalam serangan 1 hari itu. Namun jumlahnya simpang siur. Berdasarkan data komite koordinasi lokal atau LCC, korban tewas sebanyak 755 jiwa.
Sementara pihak oposisi menyebut korban tewas mencapai ribuan orang. George Sabra dari koalisi oposisi nasional Suriah menyatakan, lebih dari 1.300 orang tewas akibat terkena roket gas beracun oleh rezim pemerintah Suriah.
"Rezim Suriah berani melawan PBB dan kekuatan besar internasional dengan menyerang orang-orang di dekat Damaskus," kata Sabra.
Selama ini, kelompok pemberontak dan pasukan pemerintah saling menuduh pihak lain menggunakan senjata kimia dalam konflik yang sudah berlangsung 2 tahun lebih, yang menurut PBB sudah menewaskan lebih dari 100 ribu jiwa. (Riz/Ism)
Tim Investigasi Serangan Kimia PBB Ditembaki Sniper di Suriah
Badan perdamaian PBB pun mengutus tim untuk menyelidiki kebenaran penggunaan senjata kimia di Suriah.
Advertisement