Seperti telah diprediksi sebelumnya, pemimpin koalisi Liberal-Konservatif, Tony Abbott menang dalam Pemilu Australia. Menyingkirkan Kevin Rudd dan Partai Buruh-nya, dengan skor 88 versus 57 kursi di parlemen.
Itu berarti, tinggal selangkah lagi ia akan menjadi perdana menteri.
Dalam perayaan kemenangan, Abbott tampil bersama istrinya Margie, juga tiga buah hatinya -- Louise, Bridget, dan Frances. Ia menjanjikan pemerintahannya bisa dipercaya dan kompeten.
"Mulai hari ini saya menyatakan bahwa Australia berada di bawah manajemen baru. Dan Australia kini terbuka untuk bisnis," kata Abbott dalam pidato kemenangannya, seperti dimuat BBC, 7 September 2013.
Abbott juga menjanjikan akan mengembalikan perekonomian negaranya jadi surplus, dan mencegat kapal para pencari suaka yang akan masuk Australia.
Sementara, lawannya, Kevin Rudd telah menyampaikan ucapan selamat. "Saya sudah melakukan segalanya. Tapi tak cukup untuk membuat kami menang," kata dia.
Rudd juga menyatakan tak akan mencalonkan kembali sebagai pimpinan Partai Buruh. Menurutnya, Australia "berhak mendapat sebuah awal baru".
Namun, ia tetap merasa senang karena partainya bisa mempertahankan kekuatan untuk bertarung di pemilu berikutnya.
Implikasi bagi Indonesia
Salah satu janji kampanye Abbott adalah kebijakan yang lebih keras dalam menghadapi pencari suaka. Ia juga akan menunjuk komandan militer untuk memimpin operasi mengatasi para imigran yang datang dengan perahu dan penyelundup manusia.
Bisa jadi kebijakan tersebut mempengaruhi hubungan bilateral dengan Indonesia. Sebab, mayoritas perahu para pencari suaka melewati perairan nusantara.
"Masalah pengungsi menjadi masalah berat untuk hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia karena Tony Abbott juga menjanjikan bahwa dia akan mengembalikan kapal pengangkut pencari suaka ke Indonesia," kata guru besar politik dari Australian National University, Dr Greg Fealy, kepada wartawan BBC Indonesia, Liston Siregar.
"Nah saya kira itu sangat riskan, karena sangat mungkin pemerintah Indonesia tidak begitu senang dengan program itu."
Sebaliknya, kebijakan imigrasi yang lebih tegas justru dianggap sebagai salah satu faktor yang berperan dalam mengantarkan kemenangan kubu pimpinan Abbott.
"Isu pendatang haram menjadi isu yang sangat sensitif dan ada anggapan hal itu semacam invasi dari luar."
Partai Buruh juga diwarnai dengan konflik internal dan berbagai skandal sehingga memberi keuntungan kepada koalisi Liberal-Konservatif. (Ein/Mut)
Itu berarti, tinggal selangkah lagi ia akan menjadi perdana menteri.
Dalam perayaan kemenangan, Abbott tampil bersama istrinya Margie, juga tiga buah hatinya -- Louise, Bridget, dan Frances. Ia menjanjikan pemerintahannya bisa dipercaya dan kompeten.
"Mulai hari ini saya menyatakan bahwa Australia berada di bawah manajemen baru. Dan Australia kini terbuka untuk bisnis," kata Abbott dalam pidato kemenangannya, seperti dimuat BBC, 7 September 2013.
Abbott juga menjanjikan akan mengembalikan perekonomian negaranya jadi surplus, dan mencegat kapal para pencari suaka yang akan masuk Australia.
Sementara, lawannya, Kevin Rudd telah menyampaikan ucapan selamat. "Saya sudah melakukan segalanya. Tapi tak cukup untuk membuat kami menang," kata dia.
Rudd juga menyatakan tak akan mencalonkan kembali sebagai pimpinan Partai Buruh. Menurutnya, Australia "berhak mendapat sebuah awal baru".
Namun, ia tetap merasa senang karena partainya bisa mempertahankan kekuatan untuk bertarung di pemilu berikutnya.
Implikasi bagi Indonesia
Salah satu janji kampanye Abbott adalah kebijakan yang lebih keras dalam menghadapi pencari suaka. Ia juga akan menunjuk komandan militer untuk memimpin operasi mengatasi para imigran yang datang dengan perahu dan penyelundup manusia.
Bisa jadi kebijakan tersebut mempengaruhi hubungan bilateral dengan Indonesia. Sebab, mayoritas perahu para pencari suaka melewati perairan nusantara.
"Masalah pengungsi menjadi masalah berat untuk hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia karena Tony Abbott juga menjanjikan bahwa dia akan mengembalikan kapal pengangkut pencari suaka ke Indonesia," kata guru besar politik dari Australian National University, Dr Greg Fealy, kepada wartawan BBC Indonesia, Liston Siregar.
"Nah saya kira itu sangat riskan, karena sangat mungkin pemerintah Indonesia tidak begitu senang dengan program itu."
Sebaliknya, kebijakan imigrasi yang lebih tegas justru dianggap sebagai salah satu faktor yang berperan dalam mengantarkan kemenangan kubu pimpinan Abbott.
"Isu pendatang haram menjadi isu yang sangat sensitif dan ada anggapan hal itu semacam invasi dari luar."
Partai Buruh juga diwarnai dengan konflik internal dan berbagai skandal sehingga memberi keuntungan kepada koalisi Liberal-Konservatif. (Ein/Mut)