Sejak diluncurkan pada 5 September 1977, pesawat antariksa tanpa awak Voyager 1 telah menjelajahi Jupiter dan Saturnus serta cincin dan bulan kedua planet tersebut. Dan kini, ia bertualang di 'dunia baru'.
Para ilmuwan kini memiliki bukti bahwa pesawat milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu telah melintasi perbatasan penting, mencatat sejarah sebagai benda buatan manusia pertama yang meninggalkan heliosfer -- gelembung di angkasa luar yang "ditiup" pada medium antarbintang oleh angin surya. Yang terjauh meninggalkan Bumi.
"Ketika meninggalkan heliosfer dan berlayar di lautan kosmik antarbintang, Voyager telah bergabung dengan sejarah perjalanan eksplorasi angkasa luar lainnya: perjalanan pertama mengelilingi Bumi dan langkah manusia pertama di Bulan. Ini kali pertamanya kita mulai mengeksplorasi ruang antarbintang," kata Ed Stone, kepala ilmuwan misi Voyager seperti dimuat CNN, Jumat (13/9/2013).
"Ini adalah peristiwa penting yang kami harapkan saat memulai proyek ini lebih dari 40 tahun lalu -- bahwa kita bisa mengirim pesawat ke ruang antarbintang."
Sebuah studi baru dalam jurnal Science menunjukkan bahwa Voyager 1 memasuki medium antarbintang sekitar 25 Agustus 2012 .
"Ia masih berfungsi mengambil data dan memberitahu pada kita, seperti apa di luar sana," kata Marc Swisdak, ilmuwan Institute for Research in Electronics and Applied Physics, University of Maryland.
Pesawat kembar Voyager 1 dan 2 diluncurkan pada tahun 1977, selang 16 hari. Pada hari Kamis, menurut data real-time odometer NASA, Voyager 1 berjarak 18,8 miliar kilometer dari Bumi. Sementara Voyager 2 sejauh 15,3 miliar kilometer dari planet manusia.
Jarak tersebut amat jauh, sehingga butuh 17 jam agar sinyal radio yang dikirim dari Voyager bisa mencapai penerimanya di Bumi.
Sensor yang terpasang pada Voyager telah menunjukkan selama beberapa waktu bahwa lingkungan di sekitarnya telah berubah .
Â
Data yang meyakinkan tim berasal dari instrumen Plasma Wave Science (PWS). Ia bisa mengukir kepadatan partikel bermuatan di sekitar Voyager .
Data yang dibawa diambil pada bulan April-Mei tahun ini dan Oktober-November tahun lalu, yang mengungkap ada lompatan hampir 100 kali lipat dalam hal jumlah proton yang yang menempati setiap centimeter kubik.
Para ilmuwan telah lama berteori bahwa lonjakan tersebut akan bisa teramati jika Voyager bisa melampaui pengaruh medan magnet dan angin partikel yang mengepul dari permukaan Matahari.
Ini adalah prestasi luar biasa. "Benar-benar mengejutkan bahwa artefak rapuh, yang didasarkan pada teknologi tahun 1970-an, bisa mengirimkan sinyal keberadaannya dari lokasi amat jauh," kata Astronom Kerajaan Inggris, Prof Sir Martin Rees, seperti Liputan6.com kutip dari BBC.
Apalagi misi Voyager ditargetkan selesai tahun 1989 lalu, energi yang ditenagai plutonium diperkirakan akan habis dalam waktu 10 tahun.
Voyager 2 Dibajak 1 'Alien'?
Jika Voyager 1 di luar Tata Surya, di mana Voyager 2? Para ilmuwan memperkirakan ia akan meninggalkan Tata Surya sekitar 3 sampai 4 tahun mendatang.
Plasma dalam instrumen tersebut masih berfungsi. Jadi ilmuwan bisa secara langsung mengukur kepadatan, kecepatan, dan suhu angin bintang. Itu juga berarti bahwa ketika melintasi heliosfer, Voyager 2 akan mengirimkan sinyal yang lebih jelas.
Lalu, ia akan bergabung dengan kembarannya, di tengah kehampaan luas antarbintang, di luar jangkauan manusia.
Sebelumnya dilaporkan, Voyager 2 mengirimkan pesan dalam format yang tak bisa dibaca ilmuwan NASA.
Lantas, beredar spekulasi pesawat itu dibajak alien alias mahluk luar angkasa -- yang mengirimkan jawaban pesan NASA. Apalagi, menurut astrofisikawan, Stephen Hawking, NASA pernah mengirim sinyal ke luar angkasa berupa sebuah tembang dari grup pop legendaris The Beatles.Tembang itu berjudul, "Across the Universe" (Melintasi Alam Semesta).
Keanehan Voyager 2 terjadi pada bulan lalu, ketika pesawat itu mengirim data dari jarak 8,6 miliar mil ke Bumi dalam format yang berubah dari sebelumnya. Data itu tak terbaca.
"Ini seperti seseorang telah memprogram ulang atau membajak Voyager 2, tapi kita tak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi," kata pakar alien, Hartwig Hausdorf, seperti dimuat laman Daily Telegraph, 12 Mei 2010. (Ein)
Para ilmuwan kini memiliki bukti bahwa pesawat milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu telah melintasi perbatasan penting, mencatat sejarah sebagai benda buatan manusia pertama yang meninggalkan heliosfer -- gelembung di angkasa luar yang "ditiup" pada medium antarbintang oleh angin surya. Yang terjauh meninggalkan Bumi.
"Ketika meninggalkan heliosfer dan berlayar di lautan kosmik antarbintang, Voyager telah bergabung dengan sejarah perjalanan eksplorasi angkasa luar lainnya: perjalanan pertama mengelilingi Bumi dan langkah manusia pertama di Bulan. Ini kali pertamanya kita mulai mengeksplorasi ruang antarbintang," kata Ed Stone, kepala ilmuwan misi Voyager seperti dimuat CNN, Jumat (13/9/2013).
"Ini adalah peristiwa penting yang kami harapkan saat memulai proyek ini lebih dari 40 tahun lalu -- bahwa kita bisa mengirim pesawat ke ruang antarbintang."
Sebuah studi baru dalam jurnal Science menunjukkan bahwa Voyager 1 memasuki medium antarbintang sekitar 25 Agustus 2012 .
"Ia masih berfungsi mengambil data dan memberitahu pada kita, seperti apa di luar sana," kata Marc Swisdak, ilmuwan Institute for Research in Electronics and Applied Physics, University of Maryland.
Pesawat kembar Voyager 1 dan 2 diluncurkan pada tahun 1977, selang 16 hari. Pada hari Kamis, menurut data real-time odometer NASA, Voyager 1 berjarak 18,8 miliar kilometer dari Bumi. Sementara Voyager 2 sejauh 15,3 miliar kilometer dari planet manusia.
Jarak tersebut amat jauh, sehingga butuh 17 jam agar sinyal radio yang dikirim dari Voyager bisa mencapai penerimanya di Bumi.
Sensor yang terpasang pada Voyager telah menunjukkan selama beberapa waktu bahwa lingkungan di sekitarnya telah berubah .
Â
Data yang meyakinkan tim berasal dari instrumen Plasma Wave Science (PWS). Ia bisa mengukir kepadatan partikel bermuatan di sekitar Voyager .
Data yang dibawa diambil pada bulan April-Mei tahun ini dan Oktober-November tahun lalu, yang mengungkap ada lompatan hampir 100 kali lipat dalam hal jumlah proton yang yang menempati setiap centimeter kubik.
Para ilmuwan telah lama berteori bahwa lonjakan tersebut akan bisa teramati jika Voyager bisa melampaui pengaruh medan magnet dan angin partikel yang mengepul dari permukaan Matahari.
Ini adalah prestasi luar biasa. "Benar-benar mengejutkan bahwa artefak rapuh, yang didasarkan pada teknologi tahun 1970-an, bisa mengirimkan sinyal keberadaannya dari lokasi amat jauh," kata Astronom Kerajaan Inggris, Prof Sir Martin Rees, seperti Liputan6.com kutip dari BBC.
Apalagi misi Voyager ditargetkan selesai tahun 1989 lalu, energi yang ditenagai plutonium diperkirakan akan habis dalam waktu 10 tahun.
Voyager 2 Dibajak 1 'Alien'?
Jika Voyager 1 di luar Tata Surya, di mana Voyager 2? Para ilmuwan memperkirakan ia akan meninggalkan Tata Surya sekitar 3 sampai 4 tahun mendatang.
Plasma dalam instrumen tersebut masih berfungsi. Jadi ilmuwan bisa secara langsung mengukur kepadatan, kecepatan, dan suhu angin bintang. Itu juga berarti bahwa ketika melintasi heliosfer, Voyager 2 akan mengirimkan sinyal yang lebih jelas.
Lalu, ia akan bergabung dengan kembarannya, di tengah kehampaan luas antarbintang, di luar jangkauan manusia.
Sebelumnya dilaporkan, Voyager 2 mengirimkan pesan dalam format yang tak bisa dibaca ilmuwan NASA.
Lantas, beredar spekulasi pesawat itu dibajak alien alias mahluk luar angkasa -- yang mengirimkan jawaban pesan NASA. Apalagi, menurut astrofisikawan, Stephen Hawking, NASA pernah mengirim sinyal ke luar angkasa berupa sebuah tembang dari grup pop legendaris The Beatles.Tembang itu berjudul, "Across the Universe" (Melintasi Alam Semesta).
Keanehan Voyager 2 terjadi pada bulan lalu, ketika pesawat itu mengirim data dari jarak 8,6 miliar mil ke Bumi dalam format yang berubah dari sebelumnya. Data itu tak terbaca.
"Ini seperti seseorang telah memprogram ulang atau membajak Voyager 2, tapi kita tak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi," kata pakar alien, Hartwig Hausdorf, seperti dimuat laman Daily Telegraph, 12 Mei 2010. (Ein)