Korban ledakan bom di luar sebuah gereja di Peshawar, yang sebelumnya disebutkan setidaknya 75 orang tewas menurut BBC, sementara CNN menyebut korban mencapai 77 orang, kini bertambah menjadi 85 orang.
Menurut hitungan AFP yang dilansir The Guardian dan dimuat Liputan6.com, Selasa (24/9/2013), 85 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka. Seorang dokter yang tiba di tempat kejadian setelah ledakan percaya bahwa ada lebih banyak orang tewas, tapi mayat mereka telah ditemukan oleh kerabat sebelum dihitung oleh pihak berwenang.
Berapa pun jumlahnya, itu adalah serangan terburuk di Pakistan bagi umat Kristen dan memicu protes besar-besaran.
Umat kristen merupakan minoritas dan lemah secara politik di Pakistan. Namun, serangan pada Minggu 22 September itu merupakan pertama kalinya terjadi dan mempunyai efek sangat buruk.
Mengenang
Pasca serangan itu, di jalan-jalan dan lorong kota Peshawar, umat Kristen mengenang para korban tak berdosa dalam insiden itu.
Setelah jenazah-jenazah korban dimakamkan pada Senin waktu setempat, noda-noda darah, dinding gereja, dan bangunan yang rusak masih terlihat dan meninggalkan kepedihan bagi keluarga korban.
"Tidak aman bagi orang Kristen di negara ini," kata Mano Rumalshah, uskup emeritus Peshawar yang berdiri di halaman sambil menghibur umatnya yang sedang menangis.
Orang Kristen hanya akan aman jika mereka meninggalkan Pakistan, lanjut Mano. Ini bukan pendapat satu-satunya. Beberapa pemeluk Kristen lain bersumpah untuk tetap tinggal dan menunjukkan bahwa mereka tidak takut.
Dua pembom bunuh diri meledakkan diri saat para jemaat keluar dari gereja bersejarah, All Saints, setelah menghadiri peribadatan Minggu.
Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengutuk keras insiden tersebut dan berdoa bagi kesembuhan mereka yang terluka. Sharif menegaskan, terorisme 'tak punya agama'. Dan siapapun yang menargetkan orang tak bersalah, membunuh orang lain, tak sesuai dengan kesejatian ajaran Islam. (Tnt/Yus)
Menurut hitungan AFP yang dilansir The Guardian dan dimuat Liputan6.com, Selasa (24/9/2013), 85 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka. Seorang dokter yang tiba di tempat kejadian setelah ledakan percaya bahwa ada lebih banyak orang tewas, tapi mayat mereka telah ditemukan oleh kerabat sebelum dihitung oleh pihak berwenang.
Berapa pun jumlahnya, itu adalah serangan terburuk di Pakistan bagi umat Kristen dan memicu protes besar-besaran.
Umat kristen merupakan minoritas dan lemah secara politik di Pakistan. Namun, serangan pada Minggu 22 September itu merupakan pertama kalinya terjadi dan mempunyai efek sangat buruk.
Mengenang
Pasca serangan itu, di jalan-jalan dan lorong kota Peshawar, umat Kristen mengenang para korban tak berdosa dalam insiden itu.
Setelah jenazah-jenazah korban dimakamkan pada Senin waktu setempat, noda-noda darah, dinding gereja, dan bangunan yang rusak masih terlihat dan meninggalkan kepedihan bagi keluarga korban.
"Tidak aman bagi orang Kristen di negara ini," kata Mano Rumalshah, uskup emeritus Peshawar yang berdiri di halaman sambil menghibur umatnya yang sedang menangis.
Orang Kristen hanya akan aman jika mereka meninggalkan Pakistan, lanjut Mano. Ini bukan pendapat satu-satunya. Beberapa pemeluk Kristen lain bersumpah untuk tetap tinggal dan menunjukkan bahwa mereka tidak takut.
Dua pembom bunuh diri meledakkan diri saat para jemaat keluar dari gereja bersejarah, All Saints, setelah menghadiri peribadatan Minggu.
Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengutuk keras insiden tersebut dan berdoa bagi kesembuhan mereka yang terluka. Sharif menegaskan, terorisme 'tak punya agama'. Dan siapapun yang menargetkan orang tak bersalah, membunuh orang lain, tak sesuai dengan kesejatian ajaran Islam. (Tnt/Yus)