Sukses

Abdul Haji, Pria Muslim Jadi Pahlawan dalam Teror di Mal Kenya

Abdul Haji menyelamatkan ibu asal AS serta 3 anaknya sekaligus. Aksi heroiknya diabadikan dalam foto.

Pada Sabtu 21 September 2013, Katherine Walton membawa anak-anaknya berekreasi di mal Westgate, Nairobi. Sejurus kemudian, ia dan 3 anaknya terjebak di tengah berondongan peluru dan teror berdarah di pusat perbelanjaan mewah itu. Mereka berlindung di bawah meja supermarket selama berjam-jam.

"Kami akan menemui dua anak lelakiku yang lain di supermarket, tiba-tiba terdengar suara ledakan," kata Katherine, ibu 5 anak, seperti dimuat Daily Mail, Jumat (27/9/2013).

Ia lalu bersembunyi. "Aku meraih 3 putriku dan berlari. Seorang perempuan menarik kami ke balik meja promo. Aku bisa melihat peluru menghantam atap toko dan suara jeritan terdengar di mana-mana. "Khaterine dan anak-anaknya terjebak di antara seorang perempuan Kenya dan dua perempuan India.

Katherine mengatakan, kalau saja tak muncul seorang pria bernama Abdul Haji, tak tahu apa yang bakal terjadi padanya dan anak-anaknya, juga perempuan lain yang bersembunyi di sana. Mungkin mereka tak bakal semangat.
 
Di tengah situasi panik, Katherine melihat seorang pria, bersenjatakan pistol, melawan balik para teroris.

Pria itu adalah Abdul Haji. Alih-alih keluar menyelamatkan diri, ia saat itu cepat-cepat masuk ke dalam mal, setelah menerima pesan pendek dari kakaknya.

Ia terlatih memegang senjata, berkat gemblengan ayahnya yang seorang mantan menteri bidang keamanan Kenya.

Abdul lalu membujuk para perempuan yang sedang bersembunyi untuk berlari ke arahnya. Saat para perempuan terlalu takut untuk bergerak, orang pertama yang bereaksi adalah Portia, putri Katherine yang baru berusia 4 tahun.

Gadis cilik itu muncul dari balik meja. Tanpa ragu, Portia kecil lari dan meraih tangan penyelamatnya. Momentum itu diabadikan dalam jepretan kamera, menjadi salah satu foto yang tak terlupakan selama teror di mal Kenya.

"Aku tak tahu bagaimana ia (Portia) melakukannya," kata Khaterine. "Tapi ia melakukan apa yang diminta dan tanpa ragu."

Dalam foto lain, Abdul Haji membantu sejumlah perempuan dan anak-anak lain yang takut bukan main. Dan Katherine lega luar biasa saat melihat dua putranya yang lain berdiri selamat di belakang garis polisi di depan mal.

Katherine mengaku berutang budi pada Abdul Haji. "Aku berutang satu atau dua pelukan."

Pengakuan 'Sang Pahlawan'

Namun, Abdul Haji sendiri tak merasa dirinya pahlawan. "Aku pikir semua orang Kenya dalam situasi seperti itu akan melakukan segala macam cara untuk menolong orang lain, tanpa pandang bulu kebangsaan, agama, atau keyakinan," kata dia.

"Kami melihat banyak orang tewas. Yang masih berusia sangat muda, anak-anak, perempuan sepuh, sama sekali tak terbayang."

Dalam sebuah wawancara dengan NTV, Abdul Haji mengakui kakaknya yang juga berada di mal untuk menyelamatkan korban, adalah anggota pasukan antiteror -- yang sebelum kejadian -- dalam penyamaran.

Ia menambahkan, baik ayah maupun kakaknya menerima ancaman pembunuhan, setelah terungkap sang kakak bekerja untuk melemahkan kelompok teror seperti Al Shabab.

Abdul Haji mengaku, ayahnya mengajarinya menggunakan senjata sejak kecil untuk mempertahankan ternak mereka dari para bandit.

Dan Sabtu lalu, ia menggunakan keahliannya untuk memberikan perlindungan pada pekerja palang merah Kenya, selama 3 jam, membantu evakuasi 1.000 orang dari mal.

Saat bersiaga bersama pasukan penyelamat lain di luar supermarket Nakumatt, di dalam mal, Abdul Haji melihat keberadaan sejumlah perempuan dan anak-anak yang bersembunyi di bawah meja.

"Baru beberapa saat lalu kami saling tembak dengan teroris, mereka (para korban) berada di tengah baku tembak. Kami lalu menyusun strategi untuk menyelamatkan mereka."

Serangan Al Shabaab adalah pembalasan atas tindakan Pemerintah Kenya mengirimkan tentara ke Somalia. Pemimpin kelompok itu, Ahmed Godane mengatakan aksi teror di mal adalah balasan atas dukungan Barat atas invasi Kenya ke Somalia dan "kepentingan perusahaan minyak mereka".

Somalia diketahui punya cadangan energi yang belum dimanfaatkan. "Serangan akan berlanjut," ancam Godane. "Jika Kenya belum menarik pasukannya."

Al Shabab, yang bermakna 'pemuda' dalam bahasa Arab, pertama meneror Kenya dengan serangan di akhir 2011 -- setelah Kenya mengirim pasukan ke Somalia menyusul serangkaian penculikan warga Barat di sana. (Ein/Yus)