Sukses

Oposisi: Tak Benar Ada `Jihad Seks` di Suriah

Petinggi FSA Qassim Saad al-Din menegaskan, tidak benar ada jihad seks di Suriah.

Kabar adanya jihad seks di Suriah dibantah keras Free Syrian Army (FSA). Petinggi FSA Qassim Saad al-Din menegaskan, tidak benar ada 'jihad seks' di Suriah.

"Tak benar. Isu jihad seks ini merupakan sebuah desain dari media. Ini kesalahpahaman," ujar Qassim, seperti dikutip dari World Bulletin, Senin (30/9/2013).

Qassim menyatakan pernyataaan Menteri Dalam Negeri Tunisia Lotfi Bin Jeddo yang menyebut sejumlah perempuan dari negaranya pulang dari Suriah dalam kondisi berbadan dua karena 'jihad seks' itu tak benar. "Di lapangan, kami tak melihat praktik seperti itu. Itu bukan jihad namanya, tapi perzinahan," kata Qassim.

Mendagri Tunisia Lotfi mengeluarkan pernyataan yang menggemparkan Timur Tengah. Dia bilang wanita Tunisia ditipu daya untuk jihad seks di Suriah. "Kerap berhubungan seks dengan 20, 30, hingga 100 pemberontak Suriah. Kami tidak bisa tinggal diam," ujar Jeddo, seperti dimuat Al Arabiya.

Kemudian muncul seorang perempuan Suriah, Rawan Qadah yang membuat pernyataan di televisi. Dia mengaku diculik oleh kelompok bersenjata, diperkosa kaum pemberontak dan disuruh bergabung dengan kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda untuk memenuhi kebutuhan biologis para pejuang. Mereka menyebutnya sebagai 'jihad seks'-suatu hal yang sejatinya tak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Korban Jihad Seks?

Dalam laporannya berjudul 'Tunisian girls return home pregnant after ‘sexual jihad’ in Syria', Al Arabiya memampang foto seorang perempuan bersama pria. Foto itu menimbulkan persepsi bahwa wanita itu adalah salah satu yang ikut jihad seks.

Tapi sebenarnya wanita itu bukanlah seperti yang dikira orang. Dia adalah Ummu Jaafar, penembak jitu di sebuah brigade tempur Aleppo. Sementara pria yang ada disampingnya itu adalah suaminya, bernama Abu Jaafar. Demikian yang dimuat Al Jazeera.

Meski pihaknya memuat foto itu, General Manajer Al Arabiya, Abdulrahman al-Rashed menyatakan tak dibenarkan berjihad melalui seks.

"Wajar jika seorang pria berangkat untuk berperang. Siap mati untuk agama. Itu baru jihad. Tapi kalau wanita pergi untuk memuaskan hasrat seksual, itu merupakan salah kaprah dalam sebuah konsep jihad," paparnya dalam tulisannya 'Sexual jihad: propaganda or truth?' yang dimuat di Al Arabiya.

Propaganda Al Qaeda

Abdulrahman menilai, kabar adanya jihad seks di Suriah bisa jadi merupakan propaganda atau cara kelompok Al Qaeda untuk merekrut anggotanya. Menurut dia, Al Qaeda menghalalkan segala cara untuk memperluas jaringan.

"Terorisme menggunakan propaganda layaknya pedagang. Mengiming-imingi dengan cara apapun. Menawarkan seks untuk merekrut anggota. Mereka menjanjikan mati syahid dan hidup menyenangkan," ungkap Abdulrahman.

Lebih lanjut, Abdulrahman juga menjelaskan bagaimana Al Qaeda melakukan hal serupa di Aljazair. Banyak wanita diculik dan kemudian dijadikan budak seks. "Mereka juga ditipu daya atau dicuci otak untuk diarahkan melakukan kejahatan," ujar Abdulrahman. (Riz/Ism)