Sukses

Teori Kontroversial Baru: Bumi `Mencuri` Bulan dari Venus?

Meski terasa dekat, Bulan masih banyak menyimpan misteri. Salah satunya soal asal usulnya.

Bulan selalu setia mendampingi Bumi. Ia bulat, padat, memantulkan cahaya Matahari yang menerangi langit malam. Meski terasa dekat, satelit planet manusia itu masih banyak menyimpan misteri. Salah satunya soal asal
usulnya.

Dari mana sejatinya Bulan berasal? Ada berbagai teori yang disajikan. Salah satu yang paling banyak diyakini adalah 'Giant Impact', yang menyebut, satelit alami Bumi itu terbentuk dari puing hasil tubrukan antara Bumi dan planet
misterius seukuran Mars yang lantas diberi nama Theia (ibu dari Dewi Bulan -- Selene--dalam mitologi Yunani). Sebuah tabrakan kolosal yang terjadi 4,5 miliar tahun lalu.

Namun, seperti halnya teori lain, Giant Impact masih punya beberapa kelemahan. Karena itulah  para peneliti dalam diskusi Royal Society mengajukan hipotesis baru yang 'liar', jauh berbeda dari sebelumnya: Bulan adalah 'hadiah' dari Venus, atau Bumi mungkin 'mencurinya' dari Venus. Planet Venus dulu diduga punya Bulan, namun kemudian hilang. Satelit itu lalu tertangkap gravitasi Bumi.

"Saya pikir bagian dari kunci untuk memahami Bulan mungkin adalah fakta bahwa Venus tak memiliki satelit. Pastinya kita harus lebih banyak mempelajari Venus," kata Dave Stevenson, dosen ilmu planet dari Caltech University, seperti dimuat Daily Mail, 30 September 2013.

Sebagai petunjuk, Bumi punya 1 bulan, Uranus memiliki 27, Saturnus bahkan lebih dari 50, tapi Venus tak punya sama sekali.

Seperti dikutip Liputan6.com dari situs sains SPACE.com, Stevenson mengaku, secara pribadi ia meyakini teori Giant Impact, namun teori itu belum menjelaskan segalanya.

Bagaimana Bumi Mendapatkan Bulan?

Teori "menangkap bulan" mengasumsikan Bumi menggunakan kekuatan gravitasinya untuk menarik benda langit itu ke orbitnya.

Namun teori ini gampang dipatahkan. Apalagi terbukti, komposisi geokimia Bulan dan Bumi serupa. Analisis batuan Bulan yang dibawa oleh misi Apollo NASA menunjukkan bahwa satelit itu memiliki komposisi isotop sangat mirip dengan Bumi.

Dan jika Bulan dan Bumi punya isotop serupa, maka teori 'menangkap bulan' sulit dipertahankan. Demikian menurut Alex Halliday dari Oxford University. Kesamaan isotop menunjukkan bahwa, "Bulan dan Bumi terbentuk dari bahan yang sama."

Namun, teori baru itu menarik. "Salah satu alasannya,  Bumi dan Venus dekat satu sama lain . Mereka memiliki massa yang sama, dan orang-orang akan berpikir keduanya mungkin telah terbentuk dengan cara yang sama," tambah Alex Halliday. "Jadi, pertanyaannya adalah, jika Bumi dan Venus terbentuk dengan cara yang sama, kenapa Bumi memiliki Bulan dan Venus tidak?"

Tanpa Bulan, Tak Ada Kehidupan

Apapun, untunglah Bumi memiliki Bulan. Dr Frederic Moynier dari Washington University, St Louis menyebut, tanpa keberadaan Bulan, mungkin tak akan ada kehidupan di muka Bumi.

Begini penjelasannya. Setelah tabrakan besar terjadi, Bulan mengorbit jauh lebih dekat dari saat ini dan
menyebabkan pasang surut besar tiap beberapa jam.

Fluktuasi pasang surut dramatis diyakini mendinginkan Bumi, mendorong evolusi dramatis DNA primitif seperti biomolekul.

Untuk sampai pada kesimpulan itu, Dr Frederic Moynier menganalisa 20 sampel batuan Bulan, termasuk dari misi Apollo 11, 12, 15, dan 17 yang mendatangi lokasi berbeda di Bulan. Juga sebuah meteorit dari Bulan.

Tanpa pengaruh menstabilkan dari Bulan, interaksinya saat berotasi pada planet manusia, Bumi mungkin menjadi tempat yang benar-benar berbeda: berputar lebih cepat, hari akan lebih pendek, cuaca lebih ganas, dan iklim yang lebih kacau dan ekstrem. Bukan tempat yang tepat bagi evolusi manusia. (Ein)