Gala dinner yang dilanjutkan sesi foto 21 pemimpin ekonomi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013, Senin 7 Oktober 2013 malam, berlangsung meriah dan penuh warna. Ibu Negara, Ani Yudhoyono tampil beda mengenakan tenun ikat Bali atau endek, lengkap dengan sanggul dan petitis emas. Presiden SBY memakai kemeja biru yang serasi.
Lalu satu persatu muncul para pemimpin negara lain, juga mengenakan endek. Warna pakaian PM Jepang Sinzo Abe mirip dengan yang dipakai SBY. Pemimpin Rusia Vladimir Putin pakai yang berwarna hijau, Presiden China Xi Jinping memakai merah, sementara Menlu AS John Kerry memakai warna ungu -- serupa yang digunakan PM cantik Thailand, Yinluck Shinawatra.
Meski berbeda warna, ada pesan yang sama dalam motif endek karya Ida Bagus Adnyana: "simbol harmoni dan keseimbangan".
Namun, bukan simbol filosofis dalam motif endek atau kekayaan budaya Indonesia yang mengemuka dalam pemberitaan di media internasional, melainkan istilah yang agak mengganggu "silly shirts" -- kemeja konyol.
Seperti yang dikabarkan situs Australia, News.com.au yang memuat artikel, "Indonesia reintroduces APEC 'silly shirts'", juga CNN mengetengahkan artikel, "APEC fashion hits and misses".
Situs populer Inggris, Daily Mail bahkan memuat judul panjang, "'Look, it's MY turn to wear a loud shirt': Putin and Kerry square up again at international summit (or are they just discussing their clashing outfits?)" -- hanya untuk membahas fashion APEC 2013 itu.
Namun, jangan sakit hati dulu. Istilah "silly shirt" atau "kemeja konyol" tidak ditujukan langsung pada endek atau budaya Indonesia pada umumnya.
Asal Usul 'Silly Shirt'
Istilah 'silly shirt' diawali pada KTT APEC pertama yang digelar di dekat Seattle pada 1993.
Seperti Liputan6.com kutip dari CNN, 8 Oktober 2013, kala itu, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton memberikan jaket bomber berbahan kulit-- yang biasa digunakan para pilot tempur -- kepada para pemimpin negara. Dengan jaket yang sama, mereka berfoto bersama.
Jeket kulit serupa juga menjadi 'seragam' dalam KTT APEC di Vancouver, Kanada pada 1997. Dipakai para pemimpin dunia yang tampil kasual dan rukun --seperti dalam foto -- saling bergandeng tangan, dengan Bill Clinton berdiri di ujung kanan.
Sejak saat itu, dengan beberapa perkecualian, hal yang sama berulang tiap tahun. Menjadi tradisi. Para pemimpin dunia mengenakan pakaian kembar, yang dipilih negara tuan rumah, saat sesi foto bersama.
Seringkali negara penyelenggara menyediakan pakaian sesuai dengan tradisi masing-masing. Dari poncho ala Amerika Selatan, ao dai di Vietnam, batik pada KTT APEC di Bogor tahun 1994, dan tahun ini, endek.
Kritik dari media luar, meski baik untuk menunjukkan kesatuan para pemimpin negara, pakaian kembaran itu bisa berujung pada dua hal: pemakainya tampak gemilang atau sebaliknya, canggung.
"PM Australia, Tony Abbot terlihat tak nyaman, pemimpin Rusia Vladimir Putin terlihat agak kaku dalam kemeja hijau," demikian dikabarkan CNN.
Sementara, media Selandia Baru, Stuff.co.nz dalam artikelnya, "It was never going to be flattering" mengabarkan pendapat PM John Key soal endek. Ia mengaku lebih suka memakai tenun Bali itu ketimbang setelan jas. Lebih adem, katanya.
"Ini adalah kenang-kenangan," kata dia mendeskripsikan sesi foto tradisi APEC.
Parade Busana APEC
Tak hanya Indonesia yang menjadi APEC sebagai ajang promosi keluhuran budayanya di mata dunia. Berikut parade sejumlah busana APEC yang mengandung unsur budaya negara penyelenggaranya:
Bangkok, Thailand APEC 2003
Shanghai, China APEC 2001
Busan, Korea Selatan APEC 2005
Lima, Peru APEC 2008
Hanoi, Vietnam APEC 2006
Lalu satu persatu muncul para pemimpin negara lain, juga mengenakan endek. Warna pakaian PM Jepang Sinzo Abe mirip dengan yang dipakai SBY. Pemimpin Rusia Vladimir Putin pakai yang berwarna hijau, Presiden China Xi Jinping memakai merah, sementara Menlu AS John Kerry memakai warna ungu -- serupa yang digunakan PM cantik Thailand, Yinluck Shinawatra.
Meski berbeda warna, ada pesan yang sama dalam motif endek karya Ida Bagus Adnyana: "simbol harmoni dan keseimbangan".
Namun, bukan simbol filosofis dalam motif endek atau kekayaan budaya Indonesia yang mengemuka dalam pemberitaan di media internasional, melainkan istilah yang agak mengganggu "silly shirts" -- kemeja konyol.
Seperti yang dikabarkan situs Australia, News.com.au yang memuat artikel, "Indonesia reintroduces APEC 'silly shirts'", juga CNN mengetengahkan artikel, "APEC fashion hits and misses".
Situs populer Inggris, Daily Mail bahkan memuat judul panjang, "'Look, it's MY turn to wear a loud shirt': Putin and Kerry square up again at international summit (or are they just discussing their clashing outfits?)" -- hanya untuk membahas fashion APEC 2013 itu.
Namun, jangan sakit hati dulu. Istilah "silly shirt" atau "kemeja konyol" tidak ditujukan langsung pada endek atau budaya Indonesia pada umumnya.
Asal Usul 'Silly Shirt'
Istilah 'silly shirt' diawali pada KTT APEC pertama yang digelar di dekat Seattle pada 1993.
Seperti Liputan6.com kutip dari CNN, 8 Oktober 2013, kala itu, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton memberikan jaket bomber berbahan kulit-- yang biasa digunakan para pilot tempur -- kepada para pemimpin negara. Dengan jaket yang sama, mereka berfoto bersama.
Jeket kulit serupa juga menjadi 'seragam' dalam KTT APEC di Vancouver, Kanada pada 1997. Dipakai para pemimpin dunia yang tampil kasual dan rukun --seperti dalam foto -- saling bergandeng tangan, dengan Bill Clinton berdiri di ujung kanan.
Sejak saat itu, dengan beberapa perkecualian, hal yang sama berulang tiap tahun. Menjadi tradisi. Para pemimpin dunia mengenakan pakaian kembar, yang dipilih negara tuan rumah, saat sesi foto bersama.
Seringkali negara penyelenggara menyediakan pakaian sesuai dengan tradisi masing-masing. Dari poncho ala Amerika Selatan, ao dai di Vietnam, batik pada KTT APEC di Bogor tahun 1994, dan tahun ini, endek.
Kritik dari media luar, meski baik untuk menunjukkan kesatuan para pemimpin negara, pakaian kembaran itu bisa berujung pada dua hal: pemakainya tampak gemilang atau sebaliknya, canggung.
"PM Australia, Tony Abbot terlihat tak nyaman, pemimpin Rusia Vladimir Putin terlihat agak kaku dalam kemeja hijau," demikian dikabarkan CNN.
Sementara, media Selandia Baru, Stuff.co.nz dalam artikelnya, "It was never going to be flattering" mengabarkan pendapat PM John Key soal endek. Ia mengaku lebih suka memakai tenun Bali itu ketimbang setelan jas. Lebih adem, katanya.
"Ini adalah kenang-kenangan," kata dia mendeskripsikan sesi foto tradisi APEC.
Parade Busana APEC
Tak hanya Indonesia yang menjadi APEC sebagai ajang promosi keluhuran budayanya di mata dunia. Berikut parade sejumlah busana APEC yang mengandung unsur budaya negara penyelenggaranya:
Bangkok, Thailand APEC 2003
Shanghai, China APEC 2001
Busan, Korea Selatan APEC 2005
Lima, Peru APEC 2008
Hanoi, Vietnam APEC 2006