Gara-gara 'disembur' toilet, seorang pria berkebangsaan New York mengalami luka-luka. Bahkan saat ditemukan, pria bernama Michel Pierre itu dalam keadaan berlumuran darah dan pingsan.
Seperti dimuat News.com.au yang dilansir Liputan6.com, Sabtu (12/10/2013), insiden semburan toilet ke wajah Michel bermula saat dirinya menarik tuas untuk menguji tekanan air di apartemennya di Brooklyn, New York.
Michel menderita luka akibat terkena serpihan porselen toilet yang hancur dan berterbangan ke wajah, tangan dan kakinya.
"Akibat luka tersebut, Michel mendapatkan 30 jahitan," ujar Sanford Rubenstein, pengacara Michel.
Pria berusia 58 tahun yang merupakan spesialis teknologi informasi, kini mengalami trauma pasca-insiden ledakan pada toiletnya, 2 Oktober lalu. Bahkan ia menggunakan tali untuk menyiram toilet dari balik pintu kamar mandinya, pada jarak yang aman.
"Mereka ketakutan terhadap kerusakan yang terjadi. Seharusnya tuas toilet itu untuk menyiram (flush), tidak meledak," ujar Sanford.
"Kedengarannya konyol, tapi aku masih takut. Mungkin suatu hari nanti akan hilang rasa takutnya, tapi sekarang aku kesakitan," ujar Michele seperti dikutip Daily News.
Ternyata insiden itu tak hanya dialami oleh Michel. Ternyata 3 penyewa apartemen lain juga terluka oleh ledakan yang disebut-sebut sebagai bom porselen.
Pasca pengobatan, lanjut Sanford, gugatan akan diajukan terhadap pihak manajemen gedung. Sehingga hakim bisa memutuskan berapa banyak kompensasi yang harus dibayarkan ke Michel.
"Seluruh pembiayaan medisnya, dan apakah ia membutuhkan operasi plastik belum diketahui. Jelas ada masalah serius dalam gedung," kata Sanford.
Kecelakaan Murni?
Saat insiden toilet meledak itu terjadi, air sedang dimatikan saat itu. Sebab sedang dilakukan pekerjaan pemeliharaan di gedung 16 lantai yang dibangun pada tahun 1964 dan berisi 275 kamar.
Menanggapi insiden tersebut, Theresa Racht, pengacara pihak pengelola apartemen mengatakan, tampaknya insiden toilet meledak itu adalah sebuah kecelakaan.
"Ini adalah insiden yang mengerikan. Semua orang merasa mengerikan, hal seperti itu bisa saja terjadi," ucap Theresa.
"Ini tentu membuat saya berpikir dua kali tentang pembilasan toilet ketika air telah dimatikan," tutur Theresa.
Dia mengatakan, 4 toilet di gedung meledak tetapi tidak ada bukti terjadinya keaslahan dalam toilet itu.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan tentu saja tidak ada yang bermasalah sebelumnya," ungkap Theresa.
"Satu-satunya kesimpulan yang diduga --dan mereka masih menyelidiki-- adalah bahwa ada penumpukan tekanan udara dalam pipa. Sehingga ketika dipicu oleh tekanan tuas, tekanan itu hanya mendorong melalui pipa dan menyebabkan ledakan," jelas Theresa.
"Boleh dibilang, ini mungkin saja benar-benar murni sebuah kecelakaan," ucap Theresa. (Tnt)
Seperti dimuat News.com.au yang dilansir Liputan6.com, Sabtu (12/10/2013), insiden semburan toilet ke wajah Michel bermula saat dirinya menarik tuas untuk menguji tekanan air di apartemennya di Brooklyn, New York.
Michel menderita luka akibat terkena serpihan porselen toilet yang hancur dan berterbangan ke wajah, tangan dan kakinya.
"Akibat luka tersebut, Michel mendapatkan 30 jahitan," ujar Sanford Rubenstein, pengacara Michel.
Pria berusia 58 tahun yang merupakan spesialis teknologi informasi, kini mengalami trauma pasca-insiden ledakan pada toiletnya, 2 Oktober lalu. Bahkan ia menggunakan tali untuk menyiram toilet dari balik pintu kamar mandinya, pada jarak yang aman.
"Mereka ketakutan terhadap kerusakan yang terjadi. Seharusnya tuas toilet itu untuk menyiram (flush), tidak meledak," ujar Sanford.
"Kedengarannya konyol, tapi aku masih takut. Mungkin suatu hari nanti akan hilang rasa takutnya, tapi sekarang aku kesakitan," ujar Michele seperti dikutip Daily News.
Ternyata insiden itu tak hanya dialami oleh Michel. Ternyata 3 penyewa apartemen lain juga terluka oleh ledakan yang disebut-sebut sebagai bom porselen.
Pasca pengobatan, lanjut Sanford, gugatan akan diajukan terhadap pihak manajemen gedung. Sehingga hakim bisa memutuskan berapa banyak kompensasi yang harus dibayarkan ke Michel.
"Seluruh pembiayaan medisnya, dan apakah ia membutuhkan operasi plastik belum diketahui. Jelas ada masalah serius dalam gedung," kata Sanford.
Kecelakaan Murni?
Saat insiden toilet meledak itu terjadi, air sedang dimatikan saat itu. Sebab sedang dilakukan pekerjaan pemeliharaan di gedung 16 lantai yang dibangun pada tahun 1964 dan berisi 275 kamar.
Menanggapi insiden tersebut, Theresa Racht, pengacara pihak pengelola apartemen mengatakan, tampaknya insiden toilet meledak itu adalah sebuah kecelakaan.
"Ini adalah insiden yang mengerikan. Semua orang merasa mengerikan, hal seperti itu bisa saja terjadi," ucap Theresa.
"Ini tentu membuat saya berpikir dua kali tentang pembilasan toilet ketika air telah dimatikan," tutur Theresa.
Dia mengatakan, 4 toilet di gedung meledak tetapi tidak ada bukti terjadinya keaslahan dalam toilet itu.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan tentu saja tidak ada yang bermasalah sebelumnya," ungkap Theresa.
"Satu-satunya kesimpulan yang diduga --dan mereka masih menyelidiki-- adalah bahwa ada penumpukan tekanan udara dalam pipa. Sehingga ketika dipicu oleh tekanan tuas, tekanan itu hanya mendorong melalui pipa dan menyebabkan ledakan," jelas Theresa.
"Boleh dibilang, ini mungkin saja benar-benar murni sebuah kecelakaan," ucap Theresa. (Tnt)