Badan Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) meraih Nobel Perdamaian atas kerja kerasnya dalam mengawasi senjata kimia pemusnah massal di Suriah.
Namun Presiden Suriah Bashar al-Assad menilai dirinya lebih layak menerima Nobel Perdamaian. Namun kabarnya, ucapan itu hanya guyonan belaka.
"Harusnya saya yang dapat Nobel Perdamaian," kata Assad, menurut surat kabar Al-Akhbar yang dimuat News.com.au, Senin (14/10/2013).
Selain itu, dilaporkan Al-Akhbar, pada 2003, Assad pernah mengusulkan kepada semua negara untuk menghancurkan senjata kimia yang ada. Namun tak disebutkan secara jelas di mana ia berbicara hal tersebut.
Saat ini, OPCW sedang bekerja keras untuk memonitor pelucutan dan pemusnahan senjata dan fasilitas kimia Suriah. Hal tersebut dijalankan sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dalam tragedi senjata kimia di Suriah pada Rabu 21 Agustus dini hari itu, sekitar 1.300 pria, wanita, bahkan anak anak tewas dalam serangan sadis roket gas beracun. Di Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar.
Wajah-wajah tak berdosa terbaring di rumah sakit. Mereka yang saat kejadian sedang tertidur lelap, tak sadar nyawa telah lepas dari raga. Saat terbangun, mereka ada di dunia lain.
Sekitar 30 pakar senjata OPCW dan pekerja logistik PBB kini berada di Suriah. Mereka mulai menghancurkan fasilitas-fasilitas pembuat senjata kimia Suriah.
Pada Selasa 8 Oktober 2013 lalu, OPCW menyatakan, akan mengirim pengawas senjata lagi untuk mempercepat proses peluncuran senjata di Suriah yang dilanda perang saudara sejak Maret 2011. (Riz)
Presiden Assad: Harusnya Saya Dapat Nobel Perdamaian
Pemimpin Suriah yang tengah dilanda perang saudara, Bashar al-Assad menilai dirinya lebih layak menerima Nobel Perdamaian.
Advertisement