Perang Irak tak hanya melengserkan sang diktator Saddam Hussein -- yang kemudian tewas di tiang gantung pada 30 Desember 2006 lalu -- tapi menciptakan kehancuran dan merenggut ratusan ribu nyawa.
Horor di selama perang tergambar dalam data terbaru, yang menyebut, hampir setengah juta warga Irak tewas dalam konflik di negerinya.
Menurut studi terbaru yang diungkap dalam jurnal PLOS Medicine, diperkirakan 461 ribu rakyat Irak tewas, antara Maret 2003 sampai juni 2011 -- 6 bulan sebelum penarikan mundur pasukan AS. Sebagai akibat langsung dan tak langsung dari pertempuran yang terjadi.
Yang lebih mengerikan, angka itu diperkirakan tak ajeg, bakal terus bertambah. Sebab, perang di Irak belum lagi usai, masih banyak kehidupan yang bakal terenggut.
Studi tersebut menyebut, sebagian korban tewas akibat kekerasan. Sementara, sepertiganya akibat tak langsung dari perang, seperti sistem pelayanan kesehatan yang lumpuh bahkan hancur lebur, dan kurangnya pasokan barang-barang kebutuhan penting, juga buruknya sanitasi.
Seperti dimuat Daily Mail 16 Oktober 2013, untuk kematian akibat kekerasan didominasi tembakan senjata, yakni mencakup 62 persen. Bom mobil 12 persen, sementara 9 persennya adalah ledakan lainnya.
Untuk penyebab kematian non-kekerasan, penyakit jantung mendominasi.
Data angka tersebut disusun oleh tim peneliti di Irak dan AS, yang dipimpin Amy Hagopian, dari University of Washington. Didasarkan pada survei 2.000 rumah tangga di Irak antara Mei dan Juli 2011.
Tiap rumah tangga ditanya terkait kelahiran dan kematian sejak 2001. Semua anggota keluarga dewasa juga ditanya soal kematian di antara saudara-saudara mereka.
Studi juga mengkalkulasi, ada lebih dari 50 persen angka kematian kotor pada periode 1 Maret 2003 sampai 30 Juni 2011 -- lebih tinggi dari periode 26 bulan sebelum perang.
AS, dibantu Inggris, menginvasi Irak untuk menggulingkan Saddam Hussein pada Maret 2003.
"Lebih dari dua tahun terakhir akhir periode yang dicakup dalam penelitian ini, konflik di Irak masih jauh dari selesai. Itu akan terus mengambil korban nyawa pada tingkat yang mengkhawatirkan," demikian pernyataan tim peneliti.
Sementara, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, perhitungan korban jiwa oleh lembaga Iraq Body Count -- yang secara rutin melakukan perhitungan korban perang Irak-- jauh lebih rendah, yaitu 112 ribu penduduk sipil
Iraq Body Count yang berkantor di Inggris mendasarkan perhitungannya pada laporan media, catatan rumah sakit dan kamar jenazah, serta informasi dari pemerintah maupun lembaga nonpemerintah. (Ein/Yus)
Baca juga: `Harta Karun` Rp 313 T di Bandara Moskow, Milik Saddam Hussein?
Horor di selama perang tergambar dalam data terbaru, yang menyebut, hampir setengah juta warga Irak tewas dalam konflik di negerinya.
Menurut studi terbaru yang diungkap dalam jurnal PLOS Medicine, diperkirakan 461 ribu rakyat Irak tewas, antara Maret 2003 sampai juni 2011 -- 6 bulan sebelum penarikan mundur pasukan AS. Sebagai akibat langsung dan tak langsung dari pertempuran yang terjadi.
Yang lebih mengerikan, angka itu diperkirakan tak ajeg, bakal terus bertambah. Sebab, perang di Irak belum lagi usai, masih banyak kehidupan yang bakal terenggut.
Studi tersebut menyebut, sebagian korban tewas akibat kekerasan. Sementara, sepertiganya akibat tak langsung dari perang, seperti sistem pelayanan kesehatan yang lumpuh bahkan hancur lebur, dan kurangnya pasokan barang-barang kebutuhan penting, juga buruknya sanitasi.
Seperti dimuat Daily Mail 16 Oktober 2013, untuk kematian akibat kekerasan didominasi tembakan senjata, yakni mencakup 62 persen. Bom mobil 12 persen, sementara 9 persennya adalah ledakan lainnya.
Untuk penyebab kematian non-kekerasan, penyakit jantung mendominasi.
Data angka tersebut disusun oleh tim peneliti di Irak dan AS, yang dipimpin Amy Hagopian, dari University of Washington. Didasarkan pada survei 2.000 rumah tangga di Irak antara Mei dan Juli 2011.
Tiap rumah tangga ditanya terkait kelahiran dan kematian sejak 2001. Semua anggota keluarga dewasa juga ditanya soal kematian di antara saudara-saudara mereka.
Studi juga mengkalkulasi, ada lebih dari 50 persen angka kematian kotor pada periode 1 Maret 2003 sampai 30 Juni 2011 -- lebih tinggi dari periode 26 bulan sebelum perang.
AS, dibantu Inggris, menginvasi Irak untuk menggulingkan Saddam Hussein pada Maret 2003.
"Lebih dari dua tahun terakhir akhir periode yang dicakup dalam penelitian ini, konflik di Irak masih jauh dari selesai. Itu akan terus mengambil korban nyawa pada tingkat yang mengkhawatirkan," demikian pernyataan tim peneliti.
Sementara, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, perhitungan korban jiwa oleh lembaga Iraq Body Count -- yang secara rutin melakukan perhitungan korban perang Irak-- jauh lebih rendah, yaitu 112 ribu penduduk sipil
Iraq Body Count yang berkantor di Inggris mendasarkan perhitungannya pada laporan media, catatan rumah sakit dan kamar jenazah, serta informasi dari pemerintah maupun lembaga nonpemerintah. (Ein/Yus)
Baca juga: `Harta Karun` Rp 313 T di Bandara Moskow, Milik Saddam Hussein?