Bisa berjalan, bicara, bahkan punya dada yang berdebar. Namun, ia bukanlah manusia, melainkan robot manusia bionik utuh pertama di dunia. Sebut saja dia 'Bionic Man'.
Seperti halnya monster Frankenstein, ia dirakit dari campuran bagian tubuh prostesik manusia yang paling canggih -- dari anggota badan robotik sampai organ dalam tiruan.
Adalah dua pembuat robot Rich Walker dan Matthew Godden dari Godden of Shadow Robot Co yang memimpin perakitan manusia bionik dari bagian tubuh palsu dan organ buatan yang disumbangkan oleh laboratorium di seluruh dunia.
"Tugas kami adalah menerima kiriman koleksi bagian tubuh dalam jumlah besar -- anggota badan, mata, kepala, dan dalam waktu 6 minggu, mengubahnya menjadi manusia bionik," kata Walker seperti dimuat situs sains LiveScience, 18 Oktober 2013. "Tapi tak sesederhana menghubungkan semuanya seperti Tinkertoys."
Dia menambahkan, prostetik biasa digunakan untuk menggantikan organ luar manusia yang hilang. "Tapi kami tak melakukannya pada manusia. Kami membuat 'manusia' dari bagian-bagian prostetik."
Robot yang menghabiskan biaya hampir US$ 1 juta, aspek fisiknya mengacu pada Bertolt Meye, psikolog sosial dari University of Zurich, Swiss, yang memakai salah satu tangan bionik yang paling maju di dunia.
Manusia bionik memiliki tangan palsu yang sama seperti Meyer -- i-LIMB buatan Touch Bionics, dengan pergelangan tangan yang bisa diputar dan motor di masing-masing jari.
Tak cuma itu, daya cengkeram tangan prostetik itu juga mengesankan, meski kadang-kadang si manusia bionik masih menjatuhkan gelas berisi air. "Dia bukan bartender yang baik," kata Walker soal Bionic Man.
Untuk bagian kaki, robot itu menggunakan sepasang tungkai dan pergelangan kaki dari BiOM, Bedford, yang didesain dan dipakai sendiri oleh ahli bioengineer Hugh Herr dari Media Lab, MIT, yang kehilangan kakinya saat remaja, akibat terjebak badai salju.
Manusia bionik juga menggunakan lapisan luar (exoskeleton) yang disebut 'Rex' yang dibuat REX Bionics di Selandia Baru. Cara berjalannya yang canggung membuatnya makin mirip Frankenstein.
Organ Buatan PabrikÂ
Tak cukup di situ, Bionic Man juga memiliki organ-organ nyaris lengkap, termasuk jantung, darah, paru-paru, tenggorokan, pankreas, limpa, ginjal dan sistem sirkulasi fungsional.
Jantungnya si robot adalah bikinan SynCardia Systems, Tucson, Arizona -- yang biasanya dipasang di tubuh pasien selama 6-12 bulan, menggantikan fungsi jantung, sembari menunggu transplantasi. Sistem peredaran darah, yang dibuat Alex Seifalian dari University College London itu, terdiri dari pembuluh darah dan arteri yang terbuat dari polimer.
Sementara 'otak' manusia bionik bisa meniru fungsi-fungsi tertentu dari otak manusia . Dia juga memiliki retina prostesis, yang dibuat oleh Second Sight di Sylmar, California -- yang dapat memulihkan penglihatan terbatas pada orang buta. Manusia bionik juga memiliki implan koklea, punya sistem pengenalan suara dan sistem produksi ucapan.
Para insinyur melengkapi manusia bionik dengan program ChatBot canggih sehingga membuatnya bisa bercakap-cakap.
Aspek yang paling mengerikan dari manusia bionik, justru adalah wajah prostetiknya. Ini adalah replika luar biasa dari wajah Meyer. Ketika Meyer pertama kali melihatnya, ia sama sekali tak menyukainya. Aneh.
Pria bionik berhasil mensimulasikan sekitar dua pertiga dari tubuh manusia. Ia masih tak punya organ seperti hati, lambung dan usus, yang masih terlalu kompleks untuk ditiru di laboratorium.
Kehadiran manusia bionik relatif utuh ini memicu beberapa pertanyaan etis dan filosofis : Apakah menciptakan sesuatu yang begitu mirip dengan manusia mengancam pengertian manusia sejati?
Juga, hingga sejauh mana peniruan tubuh dan organ manusia dibolehkan? Dan salahkah jika hanya beberapa orang yang memiliki akses ke teknologi yang mampu memperpanjang hidup?
Masalah akses dianggap yang paling merepotkan. "Mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi pernyataan mendasar terkait teknis dan ekonomi," kata Walker.
Bionic Man membuat debut pertamanya dalam ajang New York Comic Con yang digelar 10-13 Oktober 2013, setelahnya, ia akan dipajang di National Air and Space Museum Smithsonian di Washington DC. (Ein/Riz)
Seperti halnya monster Frankenstein, ia dirakit dari campuran bagian tubuh prostesik manusia yang paling canggih -- dari anggota badan robotik sampai organ dalam tiruan.
Adalah dua pembuat robot Rich Walker dan Matthew Godden dari Godden of Shadow Robot Co yang memimpin perakitan manusia bionik dari bagian tubuh palsu dan organ buatan yang disumbangkan oleh laboratorium di seluruh dunia.
"Tugas kami adalah menerima kiriman koleksi bagian tubuh dalam jumlah besar -- anggota badan, mata, kepala, dan dalam waktu 6 minggu, mengubahnya menjadi manusia bionik," kata Walker seperti dimuat situs sains LiveScience, 18 Oktober 2013. "Tapi tak sesederhana menghubungkan semuanya seperti Tinkertoys."
Dia menambahkan, prostetik biasa digunakan untuk menggantikan organ luar manusia yang hilang. "Tapi kami tak melakukannya pada manusia. Kami membuat 'manusia' dari bagian-bagian prostetik."
Robot yang menghabiskan biaya hampir US$ 1 juta, aspek fisiknya mengacu pada Bertolt Meye, psikolog sosial dari University of Zurich, Swiss, yang memakai salah satu tangan bionik yang paling maju di dunia.
Manusia bionik memiliki tangan palsu yang sama seperti Meyer -- i-LIMB buatan Touch Bionics, dengan pergelangan tangan yang bisa diputar dan motor di masing-masing jari.
Tak cuma itu, daya cengkeram tangan prostetik itu juga mengesankan, meski kadang-kadang si manusia bionik masih menjatuhkan gelas berisi air. "Dia bukan bartender yang baik," kata Walker soal Bionic Man.
Untuk bagian kaki, robot itu menggunakan sepasang tungkai dan pergelangan kaki dari BiOM, Bedford, yang didesain dan dipakai sendiri oleh ahli bioengineer Hugh Herr dari Media Lab, MIT, yang kehilangan kakinya saat remaja, akibat terjebak badai salju.
Manusia bionik juga menggunakan lapisan luar (exoskeleton) yang disebut 'Rex' yang dibuat REX Bionics di Selandia Baru. Cara berjalannya yang canggung membuatnya makin mirip Frankenstein.
Organ Buatan PabrikÂ
Tak cukup di situ, Bionic Man juga memiliki organ-organ nyaris lengkap, termasuk jantung, darah, paru-paru, tenggorokan, pankreas, limpa, ginjal dan sistem sirkulasi fungsional.
Jantungnya si robot adalah bikinan SynCardia Systems, Tucson, Arizona -- yang biasanya dipasang di tubuh pasien selama 6-12 bulan, menggantikan fungsi jantung, sembari menunggu transplantasi. Sistem peredaran darah, yang dibuat Alex Seifalian dari University College London itu, terdiri dari pembuluh darah dan arteri yang terbuat dari polimer.
Sementara 'otak' manusia bionik bisa meniru fungsi-fungsi tertentu dari otak manusia . Dia juga memiliki retina prostesis, yang dibuat oleh Second Sight di Sylmar, California -- yang dapat memulihkan penglihatan terbatas pada orang buta. Manusia bionik juga memiliki implan koklea, punya sistem pengenalan suara dan sistem produksi ucapan.
Para insinyur melengkapi manusia bionik dengan program ChatBot canggih sehingga membuatnya bisa bercakap-cakap.
Aspek yang paling mengerikan dari manusia bionik, justru adalah wajah prostetiknya. Ini adalah replika luar biasa dari wajah Meyer. Ketika Meyer pertama kali melihatnya, ia sama sekali tak menyukainya. Aneh.
Pria bionik berhasil mensimulasikan sekitar dua pertiga dari tubuh manusia. Ia masih tak punya organ seperti hati, lambung dan usus, yang masih terlalu kompleks untuk ditiru di laboratorium.
Kehadiran manusia bionik relatif utuh ini memicu beberapa pertanyaan etis dan filosofis : Apakah menciptakan sesuatu yang begitu mirip dengan manusia mengancam pengertian manusia sejati?
Juga, hingga sejauh mana peniruan tubuh dan organ manusia dibolehkan? Dan salahkah jika hanya beberapa orang yang memiliki akses ke teknologi yang mampu memperpanjang hidup?
Masalah akses dianggap yang paling merepotkan. "Mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi pernyataan mendasar terkait teknis dan ekonomi," kata Walker.
Bionic Man membuat debut pertamanya dalam ajang New York Comic Con yang digelar 10-13 Oktober 2013, setelahnya, ia akan dipajang di National Air and Space Museum Smithsonian di Washington DC. (Ein/Riz)