Sukses

Lawan Aturan, 60 Wanita Arab Saudi Sengaja Mengemudikan Mobil

Lebih dari 60 wanita di seluruh Negeri Piramid itu mengklaim sengaja berkendara bersama, sebagai protes dilarang mengemudi.

Protes terhadap larangan mengemudi bagi kaum hawa di Arab Saudi, lebih dari 60 wanita di sana sengaja berkendara pada Sabtu, 26 Oktober waktu setempat. Meski di tempat terpisah, mereka sengaja melanggar aturan itu di hari yang sama.

Dalam aksi pelanggaran aturan bersama itu, para wanita Arab itu sekaligus berkampanye menyuarakan bahwa mengemudi juga menjadi pilihan bagi kaum wanita. Mereka berjuang melawan aturan kerajaan itu.

Meskipun tidak ada undang-undang melarang perempuan mengemudi di Arab Saudi, namun pemerintah tidak mengeluarkan surat izin mengemudi (SIM) bagi mereka.

"Wanita yang berkendara (sebagai aksi protes) pada Sabtu, umumnya memiliki SIM dari luar negeri," kata Aziza Youssef, seorang aktivis seperti dilansir Washington Post yang dimuat Liputan6.com, Minggu (20/10/2013).

Aziza, seorang profesor di King Saud University dan aktivis lainnya mengatakan, penyelenggara aksi protes itu menerima 13 video dan sekitar 50 pesan telepon dari wanita, yang menunjukkan dirinya sedang mengemudi  atau mengklaim bahwa mereka telah mengemudi. Namun Aziza menyatakan dirinya tidak bisa memverifikasi pesan-pesan tersebut.

May al- Sawyan, seorang ibu dari dua anak berusia 32 tahun sekaligus seorang peneliti ekonomi mengaku berkendara dari rumahnya di Riyadh menuju toko dan kembali ke rumah. Lalu aksi berkendaranya diunggah ke akun YouTube oleh aktivis. Video berdurasi empat menit menunjukkan May berada di balik kemudi pun masuk ke dalam kampanye yang melarang keras wanita mengemudi.

May mengaku sudah siap untuk dipenjara jika ia tertangkap oleh pihak berwenang. Dia bilang dia cukup jauh dari mobil polisi sehingga ia tidak terlihat. "Aku hanya berkendara jarak dekat. Aku tidak mengemudi di jalan besar, tapi buktinya baik-baik saja," kata May

Sementara itu, suami May dan keluarganya telah menunggu di rumah dan terlihat gugup ketika mengetahui istrinhya tiba di toko. Dalam perjalanan, seorang wartawan televisi lokal perempuan menemani May di dalam mobil.  Hal itu  terkait norma yang tak memperbolehkan perempuan harus disertai saudara laki-lakinya ketika berada di tempat publik.

"Saya sangat senang dan bangga bahwa tidak ada reaksi terhadap saya," ungkap May.

Tak Ditilang

Meski sudah jelas-jelas ke luar rumah, tidak ada tindakan tilang atau sanksi bagi pengendara mobil bernama May itu. Entah memang sengaja mengabaikan perempuan yang sedang berkendara atau polisi tidak melihat mereka.

Seorang wartawan dari Associated Press di Riyadh mengatakan, tidak ada hambatan atau pos-pos pemeriksaan yang didirikan untuk mengawasi pengemudi perempuan. Ia mengatakan hanya melihat kendaraan penegak hukum beberapa sudut jalan.

Seorang pejabat keamanan yang dirahasiakan identitasnya juga membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan polisi tidak menangkap atau mendenda sopir perempuan yang berkendara pada Sabtu.

Sebelum protes itu terjadi, pemerintah telah mengeluarkan pesan untuk berhati-hati agar tidak telalu keras melawan aturan dari institusi agama kerajaan. Para ulama garis keras itu pernah mengatakan, mengemudi akan merusak ovarium wanita.

Sementara dari Kementerian yang membawahi polisi memperingatkan, pelanggar yang mengganggu ketenangan publik akan ditangani dengan tegas. Pernyataan itu tentunya juga mengarah pada pengendara perempuan, tetapi juga ditafsirkan oleh para reformis sebagai peringatan untuk tidak mengganggu pengemudi wanita.

"Analisis saya adalah bahwa pemerintah melakukan semua ini untuk melindungi wanita dari pelecehan," ucap aktivis Aziza. (Tnt/Yus)